Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Negara Tanggung Jawab Negara Terhadap Peluncuran Benda Ruang Angkasa Ditinjau Dari Space Liability Convention 1972

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PELUNCURAN BENDA RUANG ANGKASA DITINJAU DARI SPACE LIABILITY CONVENTION 1972

F. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Negara

Peluncur Bentuk-bentuk pertanggungjawaban negara peluncur dapat dirumuskan dan dibagi kedalam empat macam klasifikasi yaitu 51 1. Tanggungjawab secara mutlak absolute liability : 2. Tanggungjawab berdasarkan kesalahan liability based on fault 3. Tanggungjawab secara bersama antara negara dan sebagian negara-negara joint and several liability, dan 4. Pengecualian atau pembebasan dari Tanggungjawab exoneration from liability. Berikut ini akan dibahas dan dianalisis masing-masing tanggung jawab dari negara peluncur tersebut sehingga akan jelas perbedaan dari empat macam bentuk tanggung jawab negara peluncur tersebut yang merupakan inti dari Liability Convention 1972.

1. Absolute Liability Tanggungjawab Secara Mutlak

51 Bruce A. Hurwitz, State Liability for Outer Space Activities in Accordance with the 1972Convention on International Liability for Damage caused by Space Objects, Martinus Nijhoff Publishers, hlm. 117. Aturan mengenai kewajiban mutlak ini secara spesifik disebutkan dalam Liability Convention 1972 Pasal II yang menyebutkan bahwa : A launching State shall be absolutely liable to pay compenstation for damage caused by its space object on the surface on the Earth to air craft in flight. Pasal II menyajikan suatu aturan hukum mengenai tanggung jawab mutlak atau absolut yang dibebankan kepada negara peluncur mengenai kerusakankerugian yang ditimbulkan oleh benda ruang angkasa. Negara peluncur harus bertanggung jawab secara mutlak atas segala kerugian yang ditimbulkan oleh benda ruang angkasanya terhadap negara lain baik terhadap harta benda dan manusia, badan hukum maupun terhadap kerugian yang diderita oleh suatu pesawat udara dalam penerbangan sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan keantariksaan oleh negara peluncur. Negara peluncur harus bertanggung jawab secara mutlak atas segala kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan keantariksaannya, yang terjadi di permukaan bumi atau terhadap pesawat udara yang sedang dalam penerbangan. Negara peluncur penyebab kerugian bertanggung jawab secara penuh dan absolut. Dalam arti negara tersebut harus dapat dan mampu mengganti seluruh kerugian yang diderita oleh pihak ketiga sesegera mungkin setelah terjadinya kerugian. Dalam hal ini pihak yang dirugikan tidak perlu lagi untuk membuktikan atau memberikan suatu pembuktian tentang adanya unsur kesalahan pada pihakpenyebab kerugian burden off proof, tetapi cukup dengan menunjukkan fakta tentang adanya kerugian di pihak mereka yang jelas-jelas telah disebabkan oleh benda yang ruang angkasa yang diidentifikasikan sebagai milik negara peluncur tersebut. Diterapkannya prinsip tanggung jawab secara mutlak absolute liability ini adalah dengan maksud untuk melindungi pihak ketiga dari risiko bahaya yang tinggi “Extra hazardous activity” yang tanpa keinginannya harus ikut merasakan akibatnya. Alasan yang mendasari prinsip tanggung jawab mutlak ini adalah ketidak mampuan pihak yang dirugikan untuk memberikan suatu pembuktian yang lengkap seperti yang lazim diperlukan dalam kasus ganti rugi yang umum, dimana diharuskan adanya pembuktian unsur kesalahan atau kelalaian yang disengaja. Hal ini disebabkan oleh adanya asumsi bahwa mustahil bagi orang awam misalnya untuk mengerti maupun sanggup membiayai suatu pemeriksaan atau penelitian untuk mencari sebab teknis dari kesalahan dipihak operator 52

2. Liability Based on Fault tanggungjawab berdasarkan kesalahan.

. Absolute Liability tanggung jawab mutlak terbatas pada tanah, air, dan ruang angkasa, sedangkan subjek pada prinsip pertanggungjawaban berdasarkan atas kesalahan Fault Liability itu misalnya seperti pada suatu kejadian yang memungkinkan bahwa ada kerugian yang disebabkan oleh benda ruang angkasa di ruang angkasa. Aturan mengenai prinsip pertanggungjawaban berdasarkan atas kesalahan ini dapat dilihat dalam Pasal III Liability Convention 1972 : 53 52 Mieke Komar Kantaatmadja, Berbagai Masalah Hukum Udara dan Angkasa, Remaja Karya, Bandung, 1984, hlm. 127 53 Bruce A. Hurwitz, Op. Cit.,Hal 119 In the event of damage being caused elsewhere then on the surface of the earth to a space object of one launching state or two persons or property on board such a space object by a space object of another launching state, the latter shall be liable only the damage is due to its fault or the fault of persons for whom it is responsible dalam hal terjadi kemungkinan bukan diatas permukaan bumi dan menimpa benda antariksa milik negara peluncur lainnya, atau orang dan harta milik yang ada di dalam benda antariksa milik negara peluncur lain, maka negara peluncur yang menimbulkan kerugian harus bertanggung jawab apabila negara lainnya dapat membuktikan adanya unsur kesalahan atau kelalaian di pihak negara peluncur tersebut. Pada dasarnya pasal ini hanya mempertimbangkan satu kejadian yaitu tabrakan antara benda ruang angkasa diruang angkasa, pertanggungjawaban hanya dikenakan dalam hal adanya suatu kesalahan. Prinsip ini diberlakukan bila kerugian itu terjadi bukan di permukaan bumi dan diudara, akan tetapi kerugian itu terjadi di ruang angkasa yakni dalam hal benda angkasa tersebut merugikan negara lain karena telah merusak atau menabrak benda angkasa milik negara peluncur lainnya yang telah ditempatkan pada orbitnya. Kemudian dalam hal terjadi kemungkinan bukan diatas permukaan bumi dan menimpa benda antariksa milik negara peluncur lainnya, atau orang dan harta milik yang ada di dalam benda antariksa milik negara peluncur lain, maka negara peluncur yang menimbulkan kerugian harus bertanggung jawab apabila negara lainnya dapat membuktikan adanya unsur kesalahan atau kelalaian di pihak negara peluncur tersebut.

C. Joint dan Several Liability tanggung jawab antara gabungan atau beberapa negara.