MahkamahPeradilan atau Peradilan Administratif atau Badan Peradilan lainnya terhadap negara peluncur, artikel XI ayat 2.
E. Implementasi Penanganan dan Penyelesaian Kasus
Cosmos 954
Satelit Cosmos 954 milik Uni Soviet dapat dijadikan suatu peringatan dari akibat yang dapat terjadi bagi manusia yang tertimpa objek ruang angkasa. Satelit
Cosmos 954 milik Uni Soviet telah ditempatkan di orbitnya pada tanggal 18 September 1977, di mana peluncurannya telah dilaporkan kepada Sekertaris
Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dimuat dalam dokumen PBB No. AAC.105INF.368 tertanggal 22 November 1977. Menurut Nota
Kedutaan Besar Uni Soviet di Ottawa tanggal 21 Maret 1978, satelit tersebut membawa sumber tenaga nuklir berupa uranium dengan isotop 235, pada tanggal
24 Januari 1978 tepatnya sekitar jam 11.53 waktu Greenwich telah memasuki atmosfer Bumi dan jatuh di sebelah utara kepulauan Queen Charlotte pesisir barat
pantai Kanada. Dari hasil operasi yang telah dilakukan dalam dua tahap, telah
menghasilkan suatu kesimpulan bahwa akibat tersebut telah menimbulkan radiasi nuklir yang telah dilaporkan Sekretaris Jenderal PBB yang dimuat dalam
dokumen AAC.105214 dan 214 Corr.1 tertanggal 8 Pebruari 1978, dokumen AAC.105217 tertanggal 6 Maret 1978 dan dokumen AAC. 105236 tertanggal
22 Desember 1978. Pemerintah Kanada selaku pihak yang dirugikan mempunyai hak untuk
menuntut pihak Uni Soviet karena benda ruang angkasa milik Uni Soviet tersebut
telah jatuh di wilayah Kanada dan menyebabkan kerusakan. Dasar hukumnya dilihat pada Liability Convention 1972 pasal I ayat c yang berbunyi :
Negara peluncur berarti negara yang meluncurkan atau ikut berperan serta dalam pelaksanaan peluncuran benda antariksa”.
Menurut penjelasan dari pasal I di atas dapat kita ketahui bahwa Uni Soviet merupakan pihak yang melakukan peluncuran benda antariksa atau kita
sebut sebagai negara peluncur. Sebagai negara yang melakukan peluncuran benda antariksa, Uni Soviet memiliki kewajiban untuk mendaftarkan benda ruang
angkasa miliknya agar dapat diidentifikasikan dengan jelas kepemilikannya. Seperti yang tertuang dalam Registration Convention 1975 pasal II ayat 1 yang
menyebutkan bahwa : “Jika suatu benda antariksa diluncurkan ke orbit bumi atau ke luar orbit bumi,
Negara peluncur mendaftarkan benda antariksa tersebut dengan cara mencantumkan pada daftar yang diadakan dan dipelihara. Tiap Negara peluncur
harus memberitahukan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pembuatan suatu pendaftaran”.
Registration Convention 1975 pasal IV yang menyebutkan bahwa : 1.
Setiap Negara tempat pendaftaran sesegera mungkin harus memberikan informasi kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa tentang pendaftaran benda
antariksa sebagai berikut ini : a.
Nama negara atau negara-negara peluncur; b.
Keterangan tanda benda antariksa atau nomor pendaftaran benda antariksa; c.
Tanggal dan tempat peluncuran;
d. Parameter orbit dasar yang meliputi:
i. Periode Nodal,
ii. Inklinasi,
iii. Apogee,
iv. Perigee,
v. Fungsi umum benda antariksa
2. Setiap Negara peluncur dari waktu ke waktu boleh memberikan keterangan
tambahan tentang benda antariksa yang telah didaftarkan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai benda antariksa yang telah
dilakukan pendaftaran. 3.
Setiap negara tempat pendaftaran harus memberitahukan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, sesegera mungkin dan kemungkinan
memperluas benda antariksa yang bersangkutan sebelum mengirimkan informasi atau tidak lama berada di orbit bumi.
Dengan dilakukannya pendaftaran benda ruang angkasa oleh suatu negara dapat mewujudkan suatu kepastian kepemilikan, khususnya dalam penentuan
yurisdiksi dan kontrol atas benda ruang angkasa yang dimaksud serta memudahkan pula dalam hal pertanggungjawaban maupun dalam rangka
mendapatkan bantuan pada negara lain guna melakukan identifikasi suatu benda antariksa.
Kanada sebagai negara yang mengalami kerugian terutama di wilayah yuridiksinya, perlu melakukan suatu tindakan penginformasian kepihak Uni
Soviet dengan berpedoman atas ketentuan Rescue Agreement 1968 pasal IV yang menyatakan bahwa :
1. Setiap Peserta Persetujuan yang menerima informasi atau menemukan benda
antariksa atau bagian-bagian komponennya yang kembali ke bumi, di wilayah yurisdiksinya atau dilaut bebas atau di manapun di tempat lain yang tidak berada
di wilayah jurisdiksi setiap negara, harus memberitahu negara peluncur dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
2. Setiap Peserta Persetujuan yang di wilayah jurisdiksinya ditemukan benda
antariksa atau bagian-bagian komponennya, atas permintaan negara peluncur atau dengan bantuan dari negara peluncur jika diminta, melakukan langkah-langkah
untuk menemukan kembali benda antariksa dan bagian-bagian komponennya. 3.
Atas permintaan negara peluncur, benda yang diluncurkan ke antariksa atau bagian-bagian komponennya yang ditemukan di luar batas teritorial negara
peluncur harus dikembalikan kepada negara peluncur, atau perwakilan negara peluncur dan atas permintaan Peserta Persetujuan, sebelum dikembalikan negara
peluncur harus memberikan data tertentu terlebih dahulu. 4.
Dengan mengecualikan ayat 2 dan 3 Pasal ini, Peserta Persetujuan yang berkeyakinan bahwa benda antariksa atau bagian-bagian komponennya yang
ditemukan pada wilayah jurisdiksinya atau ditemukan di mana saja, benda tersebut membahayakan atau dapat merusak alam, dapat memberitahukan negara
peluncur yang harus dengan segera mengambi langkah-langkah yang efektif, di bawah pimpinan dan pengawasan negara Peserta Persetujuan untuk menghindari
terjadinya bahaya
5. Biaya yang dikeluarkan dalam penyelesaian kewajiban menemukan kembali dan
pengembalian benda antariksa dan bagian-bagian komponennya seperti tersebut pada ayat 2 dan 3 Pasal ini dibebankan pada negara peluncur.
Sementara itu pihak Uni Soviet selaku negara yang melakukan peluncuran benda ruang angkasa berkewajiban untuk mengawasi dan bertanggung jawab atas
benda ruang angkasa yang diluncurkannya. Hal ini ditegaskan dalam Space Treaty 1967 pasal VIII yang menegaskan bahwa :
“A State Party to the Treaty on whose registry on object launched into outer space is carried shall retain jurisdiction and control over such object, and over
any personnel there of while in outer space or on a celestial body. Ownership of objects launched into outer space, including objects landed or constructed on a
celestial body, and of there component parts, its not affected by there presence in outer space or on a celestial body or by there return to the earth. Such object or
component parts found beyond the limits of the State Party to the Treaty on whose registry they are carried shall be returned to that State Party, which shall, upon
request, furnish identifying data prior to this return. Sudah tidak diragukan lagi berdasarkan pengakuan dan pernyataan
perwakilan dari sovyet tanggal 14 Februari 1978 mengenai asal mula cosmos 954 juga termasuk pengakuan dampak yang diakibatkan oleh puing-puing satelit di
wilayah barat laut Kanada, cosmos 954 adalah benda antariksa yang diidentifikasikan sebagai satelit milik Uni Soviet dan Uni Soviet selaku negara
peluncur bertanggungjawab secara penuh terhadap Cosmos 954.
Oleh karena itu, sehubungan dengan tuntutan Kanada ke pihak Uni Soviet atas kompensasi kerusakan yang ditimbulkan oleh satelit cosmos 954 dan
tumpukan puing-puing beradioaktif berbahaya di wilayah Kanada, itu merupakan suatu hak yang dimiliki oleh Kanada. Dasar dari pengajuan tuntutan ini mengacu
ketentuan Space Treaty Pasal IX yang menyebutkan bahwa : “In the exploration and use of outer space, including the moon and other celestial
bodies, State Parties to the Treaty shall be guided by the principle of cooperation and mutual assistance and shall conduct all their activities in outer space,
including the moon and other celestial bodies, with due regard to the corresponding interest of all other State Parties to the Treaty. States Parties to the
Treaty shall pursue studies of outer space including the moon and other celestial bodies, and conduct exploration of them so as to avoid their harmful
contamination and also adverse change in the environment of the Earth resulting from the introduction of extraterrestrial matter and, where necessary, shall adopt
appropriate measures for this purpose. If a State Party to the Treaty has reason to believe that an activity or experiment planned by it or its national in outer space,
including the moon and other celestial bodies, would cause potentially harmful interference with activities of other States Parties in the peaceful exploration and
use of outer space, including the moon and other celestial bodies, it shall undertake appropriate international consultation before proceeding with any such
activity or esperiment. A State Party to the Treaty which has reason to believe that activities or experiment planned by another State Party in outer space,
including the moon and other celestial bodies, would cause potentially harmful
interference with activities in the peaceful exploration and use of outer space, including the moon and other celestial bodies, may request consultation
concerning the activities of experiment. Prinsip yang terkandung di dalam Space Treaty ini adalah prinsip yang
tujuannya untuk melindungi seluruh umat manusia dan terhadap lingkungan terhadap kemungkinan bahaya akibat kegiatan antariksa yang dilakukan oleh
Negara-negara. Mengenai tuntutan ganti rugi atas kerugian yang diakibatkan oleh objek
ruang angkasanya, maka pihak Canada dapat mengajukan penuntutan kepada pihak Uni Soviet dengan ketentuan-ketentuan dari Liability Convention. Tuntutan
untuk dasar ganti ruginya dapat berdasarkan pada Liability Convention 1972 lewat pasal VIII yang menerangkan bahwa :
1. A State which suffer damage, or whose natural or juridical persons suffer
damage, may present to a launching State claim for compensation for such damage.
2. If the State of nationally has not presented a claim, another State may, in respect
of damage sustained in its territory by any natural or juridical person, present a claim to a launching State.
3. If neither the State of nationality not the State in whose territory the damage was
sustained has presented a claim or notified its intention of presenting a claim, another State may, in respect of damage sustained by its permanent residence
resent a claim to launching State.
Pasal VIII mengatur bahwa negara dari orang-orang pribadi maupun badan hukum dapat melakukan suatu penuntutan apabila telah terbukti bahwa pihak
negara itu menderita kerugian yang diakibatkan oleh benda angkasa yang menjadi milik negara peluncur. Selanjutnya mengenai mekanisme untuk menangani
masalah penyelesaian ganti rugi ini ditempuh melalui saluran diplomatik, seperti yang telah diatur dalam Pasal IX Liability Convention 1972 ini yang menyatakan :
A claim for compensation for damage shall be present to a launching State through a diplomatic channels. If a State does not maintain diplomatic relation
with the launching State concerned, it may request to present its claim to the launching State on otherwise represent its interest under this convention. It may
also present its claim through the Secretary General of the United Nations, provided the claimant State and the launching State or both members of the
United Nations. Pengajuan mengenai penyelesaian masalah tuntutan ganti rugi diatur
dalam Liability Convention 1972 ini lewat Pasal X-XI yang berbunyi : Pasal X
1. A claim for compensation for damage may be presented to a launching state not
later than one year following the date of the occurrence of the damage or the identifications of the launching state which is liable.
2. If, however, a state does not know of the occurrence of the damage or has not
been able to identify the launching state which is liable, it may present a claim within one year following the date on which is learned of the aforementioned facts
; however, this period shall in no event exceed one year following the date on
which the state could reasonably be expected to have learned of the facts through the exercise of due diligence.
3. The time-limits specified in paragraphs 1 and 2 of this Article shall apply even if
the full extent of the damage may not be known. In this event, howover, the claimant State shall be entitled to revise the claim and submit additional
documentation after the expiration of such time-limits until one year after the full extent of the damage is known.
Rumusan dari pasal X mengenai jangka waktu pengajuan klaim ganti rugi. Suatu tuntutan untuk kompensasi atas kerusakan yang diderita dapat diajukan
kepada negara peluncur tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal terjadinya kerusakankerugian atau sejak diketahuinya adanya ciri-ciri negara peluncur harus
bertanggungjawab. Pasal XI
1. Presentation of a claim to a launching State for compensation for damage under
this Convention shall not require the prior exhaustion of any local remedies which may be available to a claimant State or to natural or judicial persons it
represents. 2.
Nothing in this Convention shall prevent a State, or natural or juridical persons it might represent, from persuing a claim in the courts or administrative tribunals
or agencies of a launching State. A State shall not, however, be entitled to present a claim under this Convention in respect of the same damage for which a claim is
being pursued in the courts or administrative tribunals or agencies of a launching
State or under another international agreement which is binding on the States concerned.
Perumusan dari pasal ini yaitu bahwa konvensi sama sekali tidak akan mempersulit adanya suatu penuntutan oleh pihak individu, negara maupun badan
hukum terhadap negara peluncur. Namun jika dalam berjalannya mekanisme penyelesaian sengketa
pengajuan tuntutan ganti rugi melalui saluran diplomatik ini mengalami suatu hambatan yang menyebabkan macetnya penyelesaian tuntutan ganti rugi ini maka
menurut Liability Convention 1972 harus dibentuk suatu komisi penuntut yang terdiri dari tiga orang anggota dimana komisi penuntut ini harus dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan penyelesaian sengketa.
Hal mengenai komisi penuntut ini dapat kita lihat dalam Pasal XIV – XIX Liability Convention 1972 :
Pasal XIV “If no settlement of a claim is arrived at through diplomatic negotiations as
provided for in Article IX, whithin one year from the date on which the claimant State notifies, the launching State that it has submitted the documentation of its
claim, the parties concerned shall establish a Claims Commission at the request of either party”.
Maksud dari pasal ini adalah dengan kehendak masing-masing pihak yang berkaitan dengan penuntutan dan menyatakan bilamana penyelesaian suatu
tuntutan tidak dapat dicapai melalui perundingan diplomatik, maka dalam jangka
waktu satu tahun dari sejak tanggal pemberitahuan negara penuntut kepada negara peluncur, maka masing-masing pihak berhubungan dengan suatu Komisi Penuntut
yang dapat dilakukan melalui permohonan salah satu pihak. Pasal XV
1. The Claims Commission shall be composed of three members; one appointed by
the claimant State, one appointed by the launching State and the third member, the Chairman, to be chosen by both parties jointly. Each party shall make its
appointment within two months of the request for the establishment of the Claims Commission
2. If no agreement is reached on the choice of the Chairman within four months of
the request for the establishment of the Commission, either party may request the Secretary-General of the United Nations to appoint the Chairman within a further
period of two months. Pasal XVI
1. If one of the parties does not make its appointment within the stipulated period,
the Chairman shall, at the request of other party, constitute a single member Claims Commissions
2. Any vacancy which may arise the Commissions for whatever reason shall be filled
by the same procedure adopted o the original appointment 3.
The claims Commissions shall determine its own procedure 4.
The Commisions shall determine the place or places where it shall sit and all other administrative matters
5. Except in the case of decisions and aards by single member Commissions, all
decisions and awards of the commission be by majority vote. Rumusan dari pasal diatas adalah Komisi penuntut harus mempunyai
komposisi yang terdiri dari tiga anggota, satu ditunjuk oleh negara penuntut, satu oleh negara peluncur dan satunya adalah anggota dari pihak ketiga.
Ketua komisi dapat dipilih oleh pihak-pihak yang mengadakan persetujuan kerja sama dalam jangka waktu dua bulan. Jika dalam persetujuan itu tidak dapat
dipilih seorang ketua, maka salah satu pihak dapat mengajukan permintaan kepada Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menunjuk ketua
dalam jangka waktu tidak lebih dari dua bulan. Pasal XVIII
The Claims Commissions shall be decide the merits of the claim for compensation and determine the amount of compensation payable, if any.
Rumusan dari pasal ini adalah Komisi Penuntut akan memutuskan melalui jasa-jasa baik bagi suatu penuntutan untuk pembayaran kompensasi dan
menentukan jumlah kompensasi yang harus dibayar sejauh hal itu memungkinkan. Pasal XIX
1. The Claims Commission shall act in accordance with the provisions of article XII
2. The decisions of the commissions shall be final and binding if the parties have so
agreed, otherwise the commissions shall render a final and recomendatory award, which the parties shall consider in good faith. The Commisions shall state reasons
for its decisions or award.
Pasal ini menjelaskan bahwa keputusan komisi merupakan keputusan akhir dan mengikat jika telah disetujui oleh masing-masing pihak.
Kanada adalah negara pihak dalam Rescue Agreement 1968, demikian pula Uni Soviet selain sebagai pihak dalam Rescue Agreement 1968, juga sebagai
pihak dalam Registration Convention 1975 dan Liability Convention 1972. Tuntutan dari pada pihak Kanada kepada pihak Uni Soviet untuk kompensasi atas
masalah yang ditimbulkan oleh satelit Cosmos 954 untuk biaya penggantian kerugian dan biaya operasi dan pemulihan lingkungan adalah senilai 7 Juta Dolar
Kanada. Tetapi pihak Uni Soviet hanya melakukan pemenuhan ganti rugi sebesar 3 Juta Dollar Kanada.
Pihak Uni Soviet mengajukan suatu dalil bahwa pihak Kanada tidak memenuhi ketentuan dalam Rescue Agreement 1968 sebagai pihak yang tidak
memenuhi kewajiban dalam konvensi yang terkait dengan pemberitahuan secara meluas kepada masyarakat internasional dengan alasan tidak dapat melakukan
identifikasi terhadap benda antariksa. Sebaliknya pihak Kanada menuntut sebesar 7 Juta Dollar Kanada karena
disamping berdasarkan fakta kerugian yang dideritanya, pihak Kanada mengkaitkan kesalahan pihak Soviet sebagai negara pihak pada dalam
Registration Convention 1975 ternyata tidak memenuhi ketentuan Registration Convention 1975 dengan melakukan pendaftaran benda antariksa miliknya kepada
Sekretariat Jenderal PBB. Mahkamah Internasional akhirnya dalam menyelesaikan kasus Satelit
Cosmos 954 ini akhirnya mengambil suatu keputusan bahwa pihak Uni Sovyet
harus menbayar denda kompensasi sebanyak 3 juta dollar Kanada kepada pihak Kanada. Hal ini dikarenakan mahkamah Internasional menganggap bahwa
masing-masing pihak tidak menerapkan ketentuan-ketentuan dalam konvensasi. Sebagaimana yang telah diterangkan diatas, Kanada hanya membatasi
biaya kompensasi yang telah ditentukan dalam tuntutan pada biaya yang layak dari perkiraan yang disebabkan oleh kerusakan satelit.
Mengenai kerugian, Liability Convention 1972 memberikan batasan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Pasal I ayat a sebagai berikut :
The term damage means loss of life, personal injury or other impairment of health; or loss of or damage to property of states or of person, natural judirical,
or property of international intergovermental organization Menilik artikel I ayat a di atas, maka kerugian yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh negara peluncur diartikan sebagai kerugian atau kerusakan yang diderita oleh orang personil secara individu atau kerugian yang
berkaitan dengan rusaknya kesehatan seseorang atau kehilangan, rusaknya harta benda milik pribadi, badan hukum atau harta benda milik organisasi internasional
yang bersifat antar pemerintah. Kerugian sebagaimana yang disebutkan di atas dapat terjadi di permukaan
bumi, berarti dapat di wilayah darat atau wilayah laut suatu negara atau di wilayah yang bukan merupakan yuridiksi dari negara mana pun, juga dapat terjadi di ruang
udara dalam hal tertabraknya pesawat udara yang sedang melakukan penerbangan dan akhirnya kerugian itu dapat pula terjadi di ruang angkasa dalam hal benda-
benda ruang angkasa milik negara peluncur lainnya.
Dalam hal kerusakan menurut penjelasan diatas negara peluncur harus mengganti kerusakan yang disebabkan oleh benda-benda antariksa yang jatuh di
negara pihak ketiga. Hal ini didukung oleh pernyataan Liability Convention Pasal II :64
“Negara peluncur harus bertanggung jawab secara mutlak untuk membayar ganti rugi atas kerugian yang disebabkan oleh benda antariksanya terhadap permukaan
bumi atau terhadap pesawat udara dalam penerbangan”. Kompensasi yang dikenakan kepada negara peluncur itu mencakup atas
segala hal mengenai kerugian, kerusakan diderita oleh pihak ketiga. Dan konpensasi atas kerusakan yang diderita harus sesuai dengan prinsip hukum
internasional, sesuai dengan prinsip persamaan drajat dan keadilan yang diatur dalam pasal XII :
The compensation which the launching state shall be liable to pay for damage under this convention shall be determined in accordance with international long
and the principles of justice and equity, in order to such preparation in respect of the damage as will restore the person, natural or juridical State or international
organization on whose behalf the claims is present to the condition which would have exist if the damage had not occurred.
Kemudian dalam pengajuan ganti rugi ini tentunya terdapat dua belah pihak yang berbeda nasionalitasnya, oleh karena itu dalam menentukan mata uang
yang digunakan untuk penggantian kompensasi yang dibayarkan maka digunaka ketentuan dalam konvensi ini mengenai penggunaan mata uang untuk pembayaran
yang diterangkan dalam pasal XIII dari Liability Convention :
Unless the claimant State and the State from which compensation is due under this convention agree on another from of compensation, the compensation shall
be paid in the currency of the claimant State, or, if that State so requests, in currency of the State from which compensation is due.
Namun, meskipun negara peluncur itu mempunyai suatu pertanggungjawaban yang mutlak untuk mengganti dan mengurus seluruh
kerugian yang ditimbulkan oleh benda ruang angkasa tersebut, baik kerugian itu berupa fisik maupun non fisik dan kerugian berupa harta benda maupun materi
terdapat sesuatu batasan mengenai pemberian ganti rugi tersebut. Pertanggungjawaban ini dibatasi dengan menunjukan fakta tentang adanya
kerugian yang disebabkan oleh benda ruang angkasa yang diidentifikasikan sebagai milik negara peluncur dengan mengacu pada pasal VI Liability
Convention 1972 yang menyatakan : 1.
Subject to the provisions of paragraph 2 of this Article, exoneration from absolute liability shall be granted to the extent that a launching State establishes
the damage has results either wholly all partially from gross negligence or from an act or commission done with intent to cause damage on the part of a claimant
State or of natural or juridical persons it represents. 2.
No exoneration whatever, shall be granted in cases where the damage has resulted from activities conducted by a launching State which are not in
conformity with international law including, in particular, the Charter of the United Nations and The Treaty on Principles Governing the Activities of States in
the Exploration and Use of Outer Space, including the Moon and Other Celestial Bodies
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan