Mengenai tata cara pengajuan ganti rugi yang dilakukan oleh pihak yang menderita kerugian pada negara peluncur, hal ini telah diatur secara jelas
dalam Liability Convention 1972. Hal-hal yang diatur mengenai tata cara pengajuan ganti rugi ini adalah mengenai bagaimana cara mengajukan
tuntutan ganti rugi ini melalui saluran diplomatik. Kemudian mengenai mata uang negara manakah yang digunakan untuk penggantian kompensasi,
mengingat perbedaan nasionalitas antara pihak yang dirugikan dan pihak negara peluncur. Kemudian diatur juga mengenai jangka waktu untuk
pengajuan klaim ganti rugi, standar pemberian ganti rugi yang sesuai dengan prinsip keadilan, dan diatur juga mengenai pembentukan suatu komisi
penuntut yang dimana tugas dari komisi penuntut ini adalah untuk mencari jalan keluar atau keputusan untuk menyelesaikan masalah ini.
B. Saran
1. Berkembannya kegiatan ruang angkasa saat ini seperti komersialisasi ruang
angkasa maupun untuk kegiatan tertentu lainnya harus tetap mengutamakan penggunaan ruang angkasa itu untuk tujuan damai dan bukan untuk tujuan
yang dapat merusak perdamaian. 2.
Indonesia selaku pihak yang telah meratifikasi sejumlah konvensi-konvensi mengenai ruang angkasa harus memiliki suatu peraturan perundang-undangan
nasional yang dengan tegas mampu mengimplikasikan prinsip-prinsipaturan- aturan atau nilai nilai dari konvensi-konvensi Internasional tersebut agar jelas
landasan hukumnya mengingat posisi Indonesia selaku negara peluncur dan juga sebagai victim area atau negaradaerah yang berpotensi menjadi lokasi
jatuhnya benda ruang angkasa dan begitu juga dengan negara-negara lainnya juga harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsipketentuan hukum
internasional.
3.
Diharapkan Indonesia maupun negara-negara lainnya secara internasional harus dapat memahami dan mengerti mengenai tata cara pengajuan ganti rugi
sesuai dengan Liability Convention 1972 maupun pengaturan lainnya secara internasional sehingga adanya suatu kepastian dalam penerapan ganti rugi
yang disebabkan oleh peluncurun benda ruang angkasa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU :
Abdurrasyid, Priyatna. 1975. Pengantar Hukum Ruang Angkasa dan Space Treaty 1967. Bandung : Bina Cipta.
______.1989. Hukum Antariksa Nasional. Jakarta : Rajawali. Akehurst, Malanczuck, Peter. 1997. Modern Introduction to International
Law, 7
th
Edition, Routledge. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti. 2003. Hukum Internasional, Bunga Rampai.
Bandung : Alumni. Brownlie, Ian.1986. Systems of The Law of Nations, State Responsibility Part
I, Oxford, London. Dixon, Martin and McCorquodale, Robert. 2000. Cases and Materials on
International Law Third Edition. London : Blackstone Press Limited. Evan, D. Malcolm. 2001. International Law Documents, Fifth Edition. ,
London : Blackstone Press Limited.
jatuhnya benda ruang angkasa dan begitu juga dengan negara-negara lainnya juga harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsipketentuan hukum
internasional.
3.
Diharapkan Indonesia maupun negara-negara lainnya secara internasional harus dapat memahami dan mengerti mengenai tata cara pengajuan ganti rugi
sesuai dengan Liability Convention 1972 maupun pengaturan lainnya secara internasional sehingga adanya suatu kepastian dalam penerapan ganti rugi
yang disebabkan oleh peluncurun benda ruang angkasa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU :