ada di sekitar objek wisata harus memiliki pengetahuan tentang wisata, seperti pelayanan dan keramahan kepada pengunjung, karena ini merupakan salah satu strategi
untuk memajukan kepariwisataan di daerah ini. Kalau kita lihat dari pola hidup masyarakat Doulu, menurut saya belum. Kita masuk kekawasan witasa ini saja tidak ada
sambutan dari mereka. Kurang keramahan dan keterbukaan komunikasi, jadi perlu diberikan sosialisasi kepada mereka, supaya dapat memberikan pelayanan yang
sesungguhnya kepada pengunjung. Kalau mereka ramah dan welcome kan pengunjung merasa dekat dan betah untuk tinggal lebih lama.”
Dari informasi tersebut, diketahui bahwa menurut pengamatan salah satu anggota LSM, masyarakat di sekitar Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu belum
mencerminkan pola hidup yang sadar wisata. Masyarakat Doulu sebagai pemilik dan pelaku wisata di kawasan wisata ini perlu diberikan pengetahuan dan penyuluhan
tentang kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung, sampai pada pemberian pelayanannya. Beliau berpendapat bahwa perlunya
jalinan hubungan yang baik antara wisatawan dengan masyarakat lokal agar pengunjung yang datang akan merasa “dekat” dalam arti tidak merasa asing dengan objek wisata
alam ini dan betah untuk tinggal lebih lama di kawasan wisata pemandian air panas ini.
4.2.2. Sarana dan Prasarana
Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo merupakan pengelola objek wisata yang ada di Karo. Oleh karena itu, Dinas harus senantiasa memberikan
pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung yang datang. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan
Pemandian Air Panas Doulu, penulis mengadakan wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata, yaitu Bapak Musa Ginting, SH. Adapun
pertanyaan yang diajukan oleh penulis adalah : Apa upaya yang dilakukan untuk mengelola sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan objek wisata Doulu ?
Beliau menjawab :
Universitas Sumatera Utara
“ Dalam mengelola sarana dan prasarana yang ada di kawasan pemandian air panas ini, kami mengupayakan dua 2 hal pokok, yaitu mengontrol seluruh karyawan
pegawai di objek wisata pemandian air panas. Jadi, dalam melaksanakan kewajiban masing-masing, setiap karyawan harus mengupayakan kinerja yang maksimal dan
bertanggung jawab. Selain itu, kami mengupayakan penataan seluruh lokasi pemandiaan air panas agar dapat menjadi objek wisata yang berdaya saing. Seluruh
sarana maupun prasarana yang telah ada di rawat dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Kebersihan dan kerapian kawasan lingkungan wisata selalu dijaga.”
Informasi tersebut menjelaskan bahwa Dinas melakukan dua 2 hal pokok dalam mengelola sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan objek
pemandian air panas, yaitu pertama, mengontrol seluruh karyawanpegawai yang bekerja di objek wisata tersebut, artinya dilakukan pengawasan terhadap seluruh
karyawan di lokasi wisata sehingga mereka bekerja dengan baik, profesional dan bertanggung jawab. Upaya kedua adalah mengupayakan penataan seluruh lokasi wisata
agar dapat menjadi objek wisata yang dapat diandalkan dan berdaya saing. Artinya, sarana dan prasarana yang telah ada di kawasan wisata alam ini dipergunakan dengan
baik dan dilakukan perawatan. Penataan objek wisata ini juga dilakukan dengan menjaga kebersihan dan kerapian seluruh kawasan lingkungan sekitar pemandian air
panas.
Lebih lanjut, penulis ingin memperoleh informasi tentang sistem kerja dari Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata dalam mengelola objek
wisata pemandian air panas ini. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui jumlah pegawai yang bertugas di objek wisata pemandian air panas yang cukup luas. Untuk itu
penulis kembali mengajukan pertanyaan kepada beliau, dengan pertanyaan: Bagaimana sistem kerja dari seksi pengembangan objek dan daya tarik wisata secara khusus untuk
objek wisata pemandian air panas ini ? Berapa orang tenaga pegawai yang bertugas di objek wisata ini ? Apakah jumlah tersebut telah memadai mengingat kawasan wisata
alam ini cukup luas ?
Universitas Sumatera Utara
Beliau menjawab : “ Pegawai di Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata ada 25 orang.
Untuk objek wisata pemandian air panas Doulu sendiri, ada 20 orang pegawai yang dibagi menjadi 4 regu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan mengingat
mereka bekerja dari pagi hingga malam,dan juga mengingat objek wisata alam ini luasnya 7 Ha. Jelas dari segi kuantitas sangat kurang. Normalnya untuk wilayah seluas
ini jumlah itu sangat tidak sesuai, seharusnya pegawai harus ditambah. Namun karena keterbatasan dana, maka jumlah pegawai yang sangat minim itulah yang masih
dimaksimalkan dan diberdayakan saat ini.”
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa untuk mempermudah pengelolaan kawasan wisata alam yang luasnya 7 Ha, dilakukan pembagian regu kerja, yaitu empat
4 regu. Adapun total jumlah pegawai yang bertugas di kawasan wisata ini ada 20 orang. Menurut beliau, jumlah tersebut sangat minim dan tidak sesuai dengan luasnya
wilayah kerja. Beliau mengatakan bahwa jumlah pegawai yang seharusnya ditugaskan di kawasan wisata ini ditambah. Namun karena keterbatasan dana, maka penambahan
jumlah tenaga pegawai tidak dapat dipenuhi.
Untuk memperoleh keterangan yang lebih lengkap, penulis juga mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya kepada Staff Khusus
Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu yaitu Bapak Edison Barus. Pertanyaan yang diajukan penulis adalah : Bagaimana Bapak mengupayakan kinerja
yang lebih baik dalam mengelola objek wisata ini ? Apakah ada strategi tertentu yang Bapak lakukan ?
Beliau menjawab : “ Sistem kerja kita adalah dengan memberlakukan jam kerja kantor. Seluruh
pegawai mulai bekerja pada pukul 08.00 wib sampai pukul 12.00 wib. Istirahat sampai pukul 13.0, kemudian masuk lagi pukul 13.00 sampai pukul 16.00. Karena objek wisata
ini dibuka sampai malam, oleh sebab itu tenaga pegawai disini ada 20 orang yang dibagi menjadi empat 4 regu, semua honorer kecuali tiga 3 orang staff khusus pengelola
kawasan wisata air panas sebagai pimpinan regu, kami PNS. Pembagian itu untuk mempersempit ruang kerja pegawai mengingat kawasan wisata alam ini cukup luas, ada
7 Ha. Ada 4 orang petugas keamanan yang menjaga keamanan sekaligus merangkap petugas parkir di objek wisata ini. Jumlah yang terlalu minimum menurut saya, sebab
Universitas Sumatera Utara
objek wisata inikan buka dari pagi hingga malam. Tapi apa boleh buat, dana tidak cukup untuk memperkerjakan lebih banyak tenaga. Selain memberlakukan jam kantor,
strategi lain adalah dengan memperbolehkan para pegawai honorer untuk mencari mata pencaharian sampingan di objek wisata ini, namun hanya dihari libur hari merah
kalender. Mereka ada yang menjadi pemandu wisata bagi wisatawan yang ingin mendaki gunung Sibayak atau bekerjasama dengan membantu penduduk setempat
dalam mengelola angkutan umum untuk mengangkut penumpang dari simpang ke kawasan wisata ini maupun sebaliknya. Dengan demikian para pegawai lebih
bersemangat untuk bekerja karena adanya penghasilan tambahan.”
Dari jawaban tersebut diketahui bahwa untuk mengupayakan kinerja yang baik dalam mengelola objek wisata pemandian air panas, para pegawai bekerja sesuai dengan
jam kantor, yaitu mulai bekerja pada pukul 08.00 – 12.00, jam istirahat pada pukul 12.00 – 13.00, dan kembali bekerja pada pukul 13.00 – 16.00 wib. Adapun strategi yang
dilakukan ada 2 yaitu pertama, dengan pembagian reguwilayah tugas kawasan wisata menjadi 4 regu, dimana masing-masing regu dikoordinir oleh satu orang Pegawai
Negeri Sipil, mengingat jam kerja tidak hanya sampai sore, tetapi sampai malam hari dan wilayahnya yang cukup luas. Strategi kedua, memperbolehkan pegawai honorer
untuk menambah penghasilan mereka sebagai pemandu wisata dan mencari penumpang di hari libur hari merah kalender. Strategi ini dinilai dapat memberikan semangat kerja
bagi para pegawai karena mereka bisa memperoleh penghasilan tambahan. Selanjutnya, penulis ingin mengetahui tentang sarana dan prasarana yang akan
dilengkapi dalam rangka pengembangan objek wisata pemandian air panas. Penulis kembali bertanya kepada Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata,
yaitu Bapak Musa Ginting, SH, dengan pertanyaan : Apa saja fasilitas yang akan di perlengkapi dalam rangka pengembangan objek wisata pemandian air panas ?
Beliau menjawab : “ Sebenarnya ada banyak fasilitas yang perlu ditambah dan dibangun dikawasan
ini karena seperti yang kita ketahui bahwa objek wisata air panas ini sejak dibangun awalnya, tidak banyak mengalami perubahan sampai sekarang. Pihak dinas sendiri
sudah merencanakan pembangunan mini open stage dan fasilitas karaoke sebagai media hiburan, namun sampai saat ini program tersebut belum sepenuhnya berjalan. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
pada saaat ini, sedang dibangun beberapa kolam pemandian air panas yang sepenuhnya dikelola oleh Pemda.”
Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa ada banyak fasilitas yang perlu ditambah untuk memperlengkapi objek wisata air panas, diantaranya adalah sarana
hiburan seperti mini open stage dan fasilitas karaoke. Tentu saja ini dibangun untuk mengantisipasi kejenuhan pengunjung, namun sampai saat ini belum
direalisasikan.Yang sedang dilakukan adalah penambahan kolam pemandian yang nantinya sepenuhnya akan dikelola oleh Pemda.
Pertanyaan selanjutnya yang diajukan oleh penulis tentang sistem pemeliharaan segala sarana dan prasarana yang tersedia dan keamanan lokasi wisata. Penulis kembali
bertanya kepada beliau dengan pertanyaan : Upaya-upaya apa yang dilakukan agar lokasi objek wisata ini dengan segala sarana dan prasarana yang telah tersedia dapat
terpelihara dengan baik ? Bagaimana dengan sistem keamanan di sepanjang kawasan objek wisata ini ?
Beliau menjawab : “ Pemeliharaan objek wisata ini tidak terlepas dari peran masyarakat. Kami
melakukan pengawasan terhadap semua sarana dan prasarana yang telah ada di sini. Petugas keamanan hanya empat orang sebenarnya tidak sanggup mengamankan
kawasan yang cukup luas ini. Oleh karena itulah kami juga melakukan kerjasama dan sosialisasi kepasa masyarakat agar selalu menjaga kebersihan dan keamanan lokasi
wisata. Jadi, masyarakat yang tinggal di desa Doulu pada khususnya harus ikut berpartisipasi untuk menjaga kebersihan dan keamanan objek wisata ini. Kalau
pengamanan terhadap pengunjung, kami juga mengadakan sosialisasi kepada para pengelola kafe atau rumah makan. Jadi kalau ada pengunjung yang melanggar atau
berbuat yang dianggap tidak baik di lokasi wisata, para pengelola kafe maupun rumah makan juga bertugas untuk mengingatkan.”
Keterangan tersebut menggambarkan tentang pengawasan yang dilakukan oleh pegawai dalam menjaga dan memelihara sarana dan prasarana dan keamanan di
kawasan wisata. Pemeliharaan sarana maupun prasrana dan keamanan lokasi wisata dilaksanakan oleh pegawai, pihak yang memilikimembuka usaha di lokasi wisata, dan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat setempat. Mereka bekerjasama untuk memelihara dan menjaga objek wisata pemandian air panas Doulu ini. Dalam hal ini, Dinas memberikan sosialisasi
kepada masyarakat dan pegawai yang ada disana, sehingga objek wisata ini terpelihara dan terjaga keamanannya.
Kemudian penulis bertanya kepada beliau tentang masalah maupun hambatan yang dihadapi dalam mengelola sarana dan prasana di objek wisata air panas, dengan
pertanyaan : Apa permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan wisata pemandian air panas ini ? Apa solusi yang
ditempuh ? Beliau menjawab :
“ Minimnya dana yang dianggarkan untuk pengelolaan saranaprasarana di lokasi wisata merupakan masalah serius. Jumlah tenaga kerja kurang, honor juga
kurang. Kitakan kerja untuk dapat uang. Penggajian juga sering tidak tepat wa. Hal ini membuat para pekerja enggan untuk bekerja sepenuh hati. Sama halnya dengan kami
juga. PNS yang ditugaskan di lokasi wisata ini sangat lelah karena harus bekerja sepanjang hari. Bagi kami tidak ada hari libur. Namanya juga pariwisataan, tidak
menentu. Pengunjung bisa saja datang kapan saja ke objek wisata pemandian air panas ini, yang menjadi masalah adalah tidak adanya “fee” bagi kami, setidaknya dari hasil
restribusi yang dipungut setiap harinya. Kami yang ditugaskan di lokasi wisata inikan tidak pernah libur, apalagi di akhir pekan, jumlah pengunjung biasanya meningkat.
Seharusnya Pemda memperhatikan hal itu.”
Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan wisata air
panas adalah masalah dana. Keterbatasan dana yang diberikan untuk mengelola sarana dan prasarana di kawasan wisata mempengaruhi kinerja pegawai yang ada. Tenaga kerja
yang sedikit mengakibatkan luasnya lahan kerja pegawai. Apalagi mereka bekerja sampai malam hari. Banyaknya tanggung jawab yang diemban oleh pegawai tidak
sesuai dengan honor yang mereka terima. Apalagi sering terjadi keterlambatan penggajian. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya kinerja pegawai. Demikian halnya
Universitas Sumatera Utara
dengan Staff Khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas. Pekerjaan mereka yang sangat melelahkan karena tidak memiliki hari libur, tidak diikuti pemberian
insentif.
4.2.3. Promosi