4.2.1. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh, Doulu.
Salah satu dari beberapa objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Karo adalah Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas Raja Berneh yang
terletak di Lereng Gunung Sibayak, tepatnya di Desa Doulu, Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Objek wisata ini bisa dikatakan salah satu ikon pariwisata di
Kabupaten Karo. Oleh karena itu, objek wisata alam ini harus terus dkembangkan secara profesional dan dioptimalkan sehingga keberadaanya benar-benar dapat diketahui
oleh masyarakat luas sekaligus sebagai salah satu penyumpang Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Karo.
Pertama-tama, penulis bertanya kepada Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo yaitu Bapak Dinasti Sitepu S, Sos tentang gambaran umum pariwisata
di Karo beserta keunggulannya. Pertanyaannya adalah : Bagaimana sebenarnya gambaran Kepariwisataan Karo dan faktor apa yang membuatnya unggul ?
Beliau menjawab : “ Seperti yang kita ketahui, Kabupaten Karo terletak di jajaran pengunungan
Bukit Barisan yang mengakibatkan Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berbagai keindahan alam serta daya tarik wisata. Memang pada saat sekarang,
kondisi kepariwisataan di Karo sangat terpuruk, terlebih sejak krisis multidimensi pada tahun 90-an. Tapi kita akan berusaha bangkit karena sektor pariwisata memberikan
peranan penting terhadap penerimaan daerah.Keunggulan pariwisata di Karo bisa kita lihat dari beberapa hal, yaitu pertama, posisi Kota Berastagi yang strategis, dapat
dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain. Kedua, jarak dari ibukota provinsi hanya sekitar 65 km dan aksesbilitasnya sangat baik dan yang ketiga, memiliki
sarana akomodasi yang memadai serta memiliki alam yang indah dan sejuk”.
Dari penjelasan beliau, dapat diketahui bagaimana gambaran kepariwisataan di Karo dan faktor yang mendukung sehingga membuat kepariwisataan di Karo unggul.
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut, penulis bertanya tentang potensi pariwisata Kabupaten Karo. Pertanyaannya adalah : Bagaimana dengan potensi pariwisata Kabupaten Karo, apakah
sudah dimanfaatkan secara optimal? Beliau menjawab :
“ Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki potensi yang tidak kalah baik dengan daerah tujuan
wisata lainnya di Indonesia. Namun harus diakui potensi yang ada belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan
pengembangannya. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam memasuki era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari
segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai Daerah Tujuan Wisata Utama, sehingga sektor kapariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam
menunjang pembangunan daerah”.
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa, potensi kepariwisataan di Kabupaten Karo belum bisa dioptimalkan karena keterbatasan dana dalam pembangunannya. Oleh
karena itu, di era otonomi dan globalisasi ini, Pemkab harus berupaya membenahi kepariwisataan dari berbagai aspek sehingga sektor kepariwisataan bisa menjadi sumber
pemasukan dalam rangka pembangunan.
Kemudian, penulis bertanya kembali kepada beliau. Pertanyaan selanjutnya adalah : Jadi, apa menurut Bapak yang harus dilakukan agar potensi wisata tersebut bisa
dimanfaatkan lebih optimal lagi ? Beliau menjawab :
“ Jadi, agar potensi kepariwisataan dapat berkembang dan dapat dijadikan sebagai produk andalan yang layak jual di pasar global, seperti yang saya katakan tadi,
Pemerintah Kabupaten Karo harus berupaya membenahi kepariwisataan di setiap aspek, tentu saja Dinas Pariwisata harus lebih dahulu mengambil peran. Selain itu,
kepariwisataan harus ditangani oleh tenaga-tenaga profesional di bidang pariwisata itu sendiri. Tenaga profesional diartikan bahwa tenaga-tenaga aparatur pemerintah
pengelola pariwisata yang mampu membawa dan menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat sehingga dapat membangun sektor kepariwisataan tetapi tetap mengacu
kepada visi pembangunan yang telah kita tetapkan, serta mengadopsi prinsip-prinsip Good Governance di dalam melaksanakan pelayanan masyarakat.”
Universitas Sumatera Utara
Dari keterangan beliau, diketahui bahwa perlu pembenahan di setiap aspek agar potensi kepariwisataan di Karo bisa lebih dioptimalkan dan berkembang menjadi suatu
produk andalan yang layak jual di pasar global. Selain itu, untuk mendukung itu semua, dibutuhkan tenaga-tenaga profesional yang tentu saja mengetahui tentang
kepariwisataan, tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai pendukungnya. Kemudian, penulis kembali bertanya kepada beliau. Pertanyaannya adalah :
sebenarnya apa faktor yang menyebabkan banyak tidaknya wisatawan yang mengunjungi suatu objek wisata?
Beliau menjawab : “ Ada tiga faktor yang sangat mempengaruhi hal tersebut, yakni destinasi
positif, destinasi nol, dan destinasi negatif. Yang dimaksud dengan destinasi positif adalah dimana wisatawan datang sangat senang dan puas berada di lokasi wisata dan
memiliki keinginan untuk kembali ke objek wisata tersebut karena di dukung fasilitas yang memadai, lingkungan bersih dan aman sekaligus memiliki kenangan tersendiri
bagi mereka. Kalau destinasi nol biasanya wisatawan merasa senang, namun tidak memiliki kepuasan dan kenangan tersendiri pada saat berada di lokasi wisata, sedangkan
destinasi negatif dapat diartikan wisatawan memiliki rasa penyesalan saat berkunjung. Mungkin karena lingkungan tidak bersih dan aman, fasilitas kalaupun ada pasti tidak
memadai dan tidak mencukupi dan tidak ada kenangan sehingga mereka berpikir untuk tidak mengunjungi objek wisata tersebut”.
Dari jawaban beliau diketahui bahwa, banyak tidaknya kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh masalah atau faktor destinasi, yaitu destinasi positif, destinasi nol dan
destinasi negatif.
Keterangan kedua yang penulis peroleh adalah dari Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik WISata Ibu Eva Angela S.SS, MM. Pertanyaan yang diajukan adalah :
Bagaimana mekanisme atau strategi yang dilakukan untuk mengembangkan Objek Wisata Pemandian Air Panas Pemandian Air Panas Raja Berneh, Doulu dan apa saja
program pengembangan yang dilakukan untuk membenahi dan memperlengkapi objek wisata ini ?
Universitas Sumatera Utara
Beliau menjawab : “ Sejak diubahnya status objek wisata ini dari cagar alam menjadi taman wisata
pada tahun 1980-an, kawasan ini sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup pesat walaupun seperti yang kita lihat perkembangannya sangat lama dan
membutuhkan proses. Sistem pengembangannya meliputi dua 2 hal, yaitu : pertama, melengkapi seluruh sarana dan prasarana di taman wisata sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku. Dalam Perda ada diatur tentang pengembangan kawasan wisata Pemandian Air Panas ini.Disana disebutkan bahwa pengembangan Objek Wisata
Pemandian Air Panas Raja Berneh disesuaikan dengan bentuk dan kebutuhan kawasan wisata itu sendiri. Kedua, membuat program-program yang berhubungan dengan
pengembangan pariwisata seperti yang tertuang dalam Renstra 2010-2014, yaitu : program pengembangan pemasaran pariwisata, program pengembangan destinasi
pariwisata, dan program pengembangan kemitraan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama ini seperti melakukan promosi ke seluruh daerah di Kabupaten Karo.
Jadi, kita upayakan seluruh masyarakat Karo-lah yang pertama sekali mengetahui keberadaan objek wisata ini. Beberapa cara yang kita tempuh adalah membuat surat
edaran ke desa-desa dan berbagai organisasi masyarakat yang ada. Selain itu kita juga sedapat mungkin mengikuti even-even di luar daerah, semacam studi banding. Dari segi
sarana dan prasarana, saat ini sedang dilaksanakan. Untuk memperlengkapi objek wisata ini kan harus bertahap dan berkelanjutan. Seluruh fasilitas diperlengkapi sesuai
kebutuhan.”.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat diketahui bahwa pembangunan dan pengembangan di kawasan wisata tersebut dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya telah melaksanakan banyak program untuk memperlengkapi sarana dan prasarana di
Pemandian Air Panas Raja Berneh. Di samping itu, Pemda juga telah menempuh beberapa cara promosi untuk memperkenalkan Pemandian Air Panas Doulu kepada
umum. Semua program yang dilaksanakan didasarkan pada Peraturan Daerah dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah RENSTRA SKPD yang berlaku.
Selanjutnya, penulis ingin mengetahui tentang latar belakang dan tujuan pengembangan Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu. Oleh karena itu, penulis
kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan : Apa yang mendasari
Universitas Sumatera Utara
pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu dan apa tujuan pengembangannya ?
Beliau menjawab : “ Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu adalah aset yang
cukup berharga yang dimiliki oleh Karo. Pembangunan dan pengembangannya menghabiskan waktu yang cukup lama dan dana yang cukup besar. Selain itu, potensi
alam yang dimiliki Pemandian Air Panas Raja Berneh juga sangat mendukung pengembangan ini. Jadi, kalau bisa kita kembangkan lagi agar lebih baik, kenapa tidak.
Tujuan pengembangan objek Wisata Pemandian Air Panas ini didasarkan pada misi Dinas yaitu Peningkatan Pengelolaan Potensi Kepariwisataan melalui Penataan dan
Pengembangan Kepariwisataan, baik yang sudah ada maupun mencari alternatif lain. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kuantitas objek wisata, meningkatkan
keterampilan dan kreatifitas usaha-usaha pariwisata masyarakat, meningkatkan akurasi data sebagai informasi promosi terhadap objek wisata, dan meningkatkan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi dalam menciptakan kepariwisataan yang berdaya saing. Hal ini juga tertuang dalam Kenstra SKPD tahun 2010-2014.
Dari informasi tersebut diketahui bahwa latar belakang pengembangan terhadap objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu adalah potensi alam yang
dimiliki oleh kawasan wisata alam itu sendiri dan dalam pembangunannya telah menghabiskan waktu yang cukup lama. Kedua hal itu menjadikan kawasan pemandian
air panas tersebut sebagai aset yang penting bagi Karo. Sedangkan tujuan pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu sesuai dengan
misi Dinas yang tertuang dalam Kenstra SKPD 2010-2014.
Kemudian untuk mengetahui tentang kebijakan apakah yang telah dilakukan oleh Pemda dalam mengembangkan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh
Doulu sehingga menjadi daerah tujuan wisata yang menarik bagi para wisatawan, penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan : Upaya apa yang dilakukan
untuk meningkatkan daya tarik objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh ini sehingga bernilai dan menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan ?
Beliau menjawab :
Universitas Sumatera Utara
“ Tentunya objek wisata ini harus dilengkapi dengan atraksi yang dibutuhkan oleh pengunjung, namun tidak boleh lari dari tema Pemandian Air Panas yang alamiah
dan natural. Di lokasi ini telah dibuat kawasan wisata hutan lindung. Banyak wisatawan yang datang tidak hanya untuk menikmati hangatnya kolam pemandian air panas, tetapi
juga tertantang untuk menaklukkan hutan lindung di kaki Gunung Sibayak ini. Ini dibuat supaya mereka tidak jenuh. Di kawasan wisata ini juga sedang diupayakan
penambahan kios – kios tempat penjualan souvenir dan aksesories agar wisatawan merasa lebih nyaman dan betah berada di objek wisata ini”.
Pertanyaan yang sama juga penulis ajukan ketika melakukan wawancara dengan seorang Staff Khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas Bapak Edison
Barus. Beliau menjawab :
“ Memang harus diakui, belum banyak perubahan yang dilakukan disini, fasilitas maupun akomodasi yang ada di objek wisata tidak banyak diubah, hanya saja
pada saat ini kita melakukan perawatan terhadap fasilitas yang ada karena kita harus tetap memenuhi kebutuhan wisatawan yang datang kesini. Memang beberapa waktu
yang lalu pihak dari Dinas Pariwisata sendiri ingin membangun open stage disini untuk menyelenggarakan even-even budaya seperti tarian daerah, namun sampai saat ini
belum dibangun juga dan fasilitas karaokean untuk keluarga di objek wisata ini. Mudah- mudahan pembangunan fasilitas ini dapat segera dlaksanakan karena sangat penting
keberadaanya agar para wisatawan tidak merasa jenuh’’.
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa Dinas sangat bersungguh-sungguh dalam upaya mengembangkan Objek Wisata Pemandian Air Panas. Berbagai program
kerja yang dilakukan mencerminkan niat besar Pemda untuk meningkatan kawasan wisata ini. Program-program yang direncanakan dan yang telah diimplementasikan
merupakan wujud nyata upaya untuk semakin memperlengkapi objek wisata Pemandian Aiar Panas menjadi tujuan wisata yang menarik perhatian pengunjung. Beberapa
program yang telah berhasil diwujudkan adalah pembangunan beberapa kios yang dikelola leh masyarakat setempat, pondok-pondok kecil tempat beristirahat bagi
pengunjung. Sedangkan program pengembangan yang diharapkan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat dan telah disetujui oleh Pemda adalah pembangunan
Universitas Sumatera Utara
Open Stage dan pembangunan fasilitas karaoke yang diperuntukkan bagi keluarga maupun wisatawan lainnya.
Selanjutnya mengingat Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu merupakan kawasan yang cukup luas 7 Ha, penulis mencoba mengeksplorasi pertanyaan tentang
langkah pengembangan lain yang dilakukan oleh dinas berhubungan dengan cara tempuh aksesibilitas ke kawasan wisata ini. Pertanyaan yang di ajukan oleh penulis
kepada Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata Ibu Eva Angela S. SS, MM adalah : Bagaimana dengan sistem transportasi akses menuju kawasan ini ? Apakah
perlu dibuka trayek angkutan untuk menjangkau Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh ini ?
Beliau menjawab : “ Sebenarnya, tidak ada kesulitan dalam hal transportasi maupun aksesbilitas ke
kawasan wisata itu. Wisatawan yang ingin mengunjungi objek wisata ini, bisa menaiki bus umum atau kendaraan umum jurusan Medan – Berastagi. Kemudian mengingat bus
atau kendaraan umum jurusan tersebut tidak dapat memasuki lokasi Taman Wisata, hanya bisa sampai di persimpangan Pos Polisi Desa Doulu, maka untuk menuju lokasi
wisata wisatawan bisa menyewa angkutan yang biasanya dimiliki oleh penduduk setempat. Atau bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki apabila wisatawan ingin
merasakan suasana alam yang sejuk kira-kira 1 km. Namun bagi yang memiliki kendaraan pribadi dapat terus sampai ke lokasi wisata. Sampai saat ini, pihak Dinas
Pariwisata belum merasa perlu membuka trayek angkutan untuk menuju kawasan wisata. Kami percayakan sepenuhnya kepada penduduk setempat untuk mengaturnya.”
Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada kesulitan yang berarti untuk mengunnjungi kawasan wisata tersebut, baik dari segi transportasi maupun
aksesbilitasnya.
Kemudian penulis ingin memperoleh informasi tentang upaya yang dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung. Pada kesempatan yang berbeda,
penulis bertanya kepada Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata Bapak Piala Putera, SE. Adapun pertanyaan yang diajukan penulis adalah : Di dalam
Universitas Sumatera Utara
memberikan pelayanan kepada para pengunjung Objek Wisata Pemandian Air Panas, hal-hal apa saja yang dilakukan ?
Beliau menjawab : “ Kita selalu mengupayakan dan mengusahakan memberikan pelayanan yang
baik terhadap pengunjung, memfasilitasi mereka yang ingin membuat kegiatan di sepanjang lokasi taman, dan memberikan tiket masuk kepada setiap pengunjung.
Pemberian tiket diatur menurut Perda No. 11 Tahun 2006 tentang Retribusi Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan fasilitas Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh
Doulu.”
Dari keterangan beliau dapat diketahui bahwa Dinas berupaya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung. Dinas juga memfasilitasi
yang ingin membuat kegiatan di lokasi wisata tersebut dan diberlakukannya pemberian tiket kepada setiap pengunjung berdasarkan Perda No. 11 Tahun 2006 tentang Retribusi
Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan Fasilitas Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu.
Kemudian penulis ingin memperoleh informasi tentang respon masyarakat sebagai salah satu pelaku pariwisata terhadap keberadaan Pemandian Air Panas Doulu,
apakah sudah mencerminkan pola hidup masyarakat yang sadar wisata atau tidak. Oleh karena itu, penulis mengajukan pertanyaan kepada salah seorang anggota organisasi
atau LSM yang ada di Kabupaten Karo, yaitu KPAL dengan Bapak Idris Bangun. Adapun pertanyaan yang penulis ajukan adalah : Masyarakat lokal merupakan salah
satu pelaku pariwisata yang memegang peranan penting. Menurut Bapak, bagaimana respon masyarakat setempat terhadap keberadaan objek wisata tersebut ? Apakah
perilaku masyarakat tersebut telah mencerminkan pola hidup sadar wisata ? Beliau menjawab :
“ Memang benar bahwa dalam pengembangan pariwisata sangat didukung oleh masyarakat setempat. Karena sebagian besar potensi ada merupakan kepunyaan
masyarakat, apalagi yang namanya tanah turun-temurun. Seharusnya masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
ada di sekitar objek wisata harus memiliki pengetahuan tentang wisata, seperti pelayanan dan keramahan kepada pengunjung, karena ini merupakan salah satu strategi
untuk memajukan kepariwisataan di daerah ini. Kalau kita lihat dari pola hidup masyarakat Doulu, menurut saya belum. Kita masuk kekawasan witasa ini saja tidak ada
sambutan dari mereka. Kurang keramahan dan keterbukaan komunikasi, jadi perlu diberikan sosialisasi kepada mereka, supaya dapat memberikan pelayanan yang
sesungguhnya kepada pengunjung. Kalau mereka ramah dan welcome kan pengunjung merasa dekat dan betah untuk tinggal lebih lama.”
Dari informasi tersebut, diketahui bahwa menurut pengamatan salah satu anggota LSM, masyarakat di sekitar Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu belum
mencerminkan pola hidup yang sadar wisata. Masyarakat Doulu sebagai pemilik dan pelaku wisata di kawasan wisata ini perlu diberikan pengetahuan dan penyuluhan
tentang kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung, sampai pada pemberian pelayanannya. Beliau berpendapat bahwa perlunya
jalinan hubungan yang baik antara wisatawan dengan masyarakat lokal agar pengunjung yang datang akan merasa “dekat” dalam arti tidak merasa asing dengan objek wisata
alam ini dan betah untuk tinggal lebih lama di kawasan wisata pemandian air panas ini.
4.2.2. Sarana dan Prasarana