Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan
terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantnu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut
Menurut Bagong Suyanto 2005:172 informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu 1 Informasi Kunci keyinforman merupakan mereka yang mengetahui
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2 Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diterliti; 3
Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan iformasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti:
a. Informan Kunci berjumlah 1 orang yaitu:
1. Kepala Dinas Pariwisata, Seni Budaya Kabupaten Karo
b. Informan Utama berjumlah 4 orang, yaitu:
1. Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata
2. Kepala Bidang Pemasaran dan Usaha Promosi Pariwisata
3. Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya tarik Wisata
4. Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata
c. Informan Biasa berjumlah 4 orang, yaitu:
1. Staf di Bidang Pariwisata2 orang
2. Anggota LSM
3.Anggota DPRD Kabupaten Karo
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi dari keterangan-keterangan yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Sumber Data Primer, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
pada lokasi penelitian. Data primer tersebut dilakukan dengan instrumen sebagai berikut;
a. Wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada sejumlah pihak
yang terkait dengan masalah penelitian. Dalam metode ini, akan digunakan metode wawancara mendalam dengan orang-orang yang
berkompeten di bidang-bidang yang ingin diteliti, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara Bungin, 2007:108
b. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian di lokasi penelitian.
2 Sumber Data Sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi
kepustakaan, yang terdiri dari: a.
Penelitian Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi
dengan masalah penelitian b.
Studi dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan dengan menelaah catatan tertulis,dokumen dan arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang
berhubungan dengan instansi terkait.
2.5 Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton dalam bukunya Moleong 2000:103, adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan
uraian besar. Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu, proses
Universitas Sumatera Utara
penggambaran daerah penelitian. Dalam penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh dalam rangka
peningkatan PAD di Kabupaten Karo. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 4 empat tahap, sesuai dengan pendapat Matthew B. Miles dan A. Michael
Huberman 1992:16-20, yaitu: 1
Pengumpulan Data Field Note; peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan interview di lapangan
2 Reduksi data; diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data-data ”kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan
3 Sajian data; adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 4
Kesimpulanverifikasi data; didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1.
Gambaran Umum Kabupaten Karo
Secara geografis Daerah Kabupaten Karo terletak antara 02 50 sd 03
19 LU dan 97
55 sd 98 38 BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah dataran tinggi bukit
barisan dengan total luas administrasi 2.127,25 km
2
Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan : atau 212.725 ha.
1. Kabupaten Langkat dan Deli Serdang dibagian Utara
2. Kabupaten Simalungun dibagian Timur
3. Kabupaten Dairi dibagian Selatan
4. Propinsi Nangroe Aceh Darusallam dibagian Barat
Ditinjau dari kondisi topografinya, wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah +140 m diatas permukaan laut Paya lah-
lah Mardingding dan yang tertinggi ialah + 2.451 meter diatas permukaan laut Gunung Sinabung. Daerah Kabupaten Karo yang berada di daerah dataran tinggi bukit barisan
dengan kondisi topografi yang berbukit dan bergelombang maka wilayah ini ditemui banyak lembah-lembah dan alur-alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang
curam dan terjal. Sebagian besar 90 wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian atau elevasi +140 m sd +1400 m diatas permukaan air laut.
Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah aliran sungai DAS yang besar yakni DAS sungai Wampu dan DAS sungai Lawe Alas. Sungai Wampu
bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun Lawe Alas bermuara ke Lautan Hindia.
Universitas Sumatera Utara
Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2-3 bulan atau A menurut
Koppen dengan curah hujan rata-rata diatas 1.000 mmtahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.000-4.000 mmtahun, dimana curah hujan
terbesar terjadi pada bulan basah yaitu Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai dengan Juni.
3.1.1. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Karo pada akhir 2008 ialah 342.655 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Karo jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Karo
yakni 2.127,25 km
2
, maka kepadatan penduduk wilayah Kabupaten Karo pada akhir tahun 2008 adalah 161,03 jiwakm
2
3.1.2. Administrasi Pemerintahan
. Laju pertumbahan penduduk Kabupaten Karo pada periode tahun 2002-2008 adalah sebesar 3,19 pertahun.
Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut memperlihatkan bahwa penganut agama Nasrani merupakan yang terbanyak kemudian disusul oleh pemeluk
agama Islam dan agama lainnya. Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku
Karo, sedangkan suku lainnya seperti suku Batak Toba atau Tapanuli, Jawa, Simalungun dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya dibawah 5.
Kabupaten Karo merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas tujuh belas
Kecamatan yaitu : 1.
Kecamatan Kabanjahe, terdiri dari 13 desa 2.
Kecamatan Berastagi, terdiri dari 9 desa 3.
Kecamatan Simpang Empat, terdiri dari 17 desa
Universitas Sumatera Utara
4. Kecamatan Tigapanah, terdiri dari 22 desa
5. Kecamatan Payung, tediri dari 8 desa
6. Kecamatan Munte, terdiri dari 22 desa
7. Kecamatan Tiga Binanga, terdiri dari 19 desa
8. Kecamatan Merek, terdiri dari 19 desa
9. Kecamatan Kutabuluh, terdiri dari 16 desa
10. Kecamatan Juhar, terdiri dari 24 desa
11. Kecamatan Lau Baleng, terdiri 13 desa
12. Kecamatan Mardingding, terdiri dari 10 desa
13. Kecamatan Barusjahe, terdiri dari 19 desa
14. Kecamatan Naman Teran, terdiri dari 14 desa
15. Kecamatan Tiganderket, terdiri dari 17 desa
16. Kecamatan Dolat Rayat, terdiri dari 7 desa
17. Kecamatan Merdeka, terdiri dari 9 desa
Tujuh belas kecamatan tersebut diatas terdiri dari 248 dua ratus empat puluh delapan desa dan 10 sepuluh kelurahan.
3.2. Gambaran Umum Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo
3.2.1. Visi dan Misi
1. Visi
Setiap organisasi harus memiliki falsafah yang menjadi penentu arah gerak organisasi itu. Falsafah organisasi merupakan hal mutlak diketahui dan
dipahami setiap anggotanya serta komitmen untuk menuruti dan merealisasikannya sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat dicapai.
Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo memiliki Visi dan Misi
Universitas Sumatera Utara
yang telah dirumuskan bersifat tetap dan jangka panjang yang juga menjadi kerangka dasar perencanaan strategis.
Visi adalah cara pandang jauh ke depan, kemana motivasi pemerintah harus dibawa agar tetap eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Pengaruh
lingkungan internal dan eksternal yang mengakibatkan meningkatnya persaingan, tantangan dan tuntutan masyarakat, mendorong Dinas Pariwisata,
Seni dan Budaya Kabupaten Karo untuk mempersiapkan diri agar tetap eksis dan unggul dengan senantiasa mengupayakan perubahan ke arah yang lebih
baik. Adapun yang menjadi Visi dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Pemerintah Kabupaten Karo adalah “ Mewujudkan Kepariwisataan Karo Yang Maju, Modern dan Berwawasan Lingkungan dan Berdaya saing
tinggi dengan mempertahankan nilai-nilai Budaya Karo melalui peran serta masyarakat dan dunia usaha yang seluas-luasnya untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD dan Kesejahteraan Masyarakat ”.
2. Misi
Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi Pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada
suatu fokus. Misi dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Karo, dirumuskan dan ditetapkan sebagai
berikut : 1.
Memanfaatkan potensi pariwisata minat khusus secara optimal. 2.
Memberdayakan secara maksimal objek dan daya tarik wisata operasional dan potensial serta agrowisata.
Universitas Sumatera Utara
3. Keberpihakan kepada pengusaha menengah ke bawah serta masyarakat,
khususnya pengusaha dan masyarakat lokal. 4.
Peningkatan komitmen antara berbagai instansi teknis pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan yang saling terkait.
5. Peningkatan kualitas Aparatur Pemerintah Pelaku Pariwisata dan
masyarakat kecil. 6.
Membina budaya sebagai aset pariwisata. 7.
Mendorong pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas wisata. 8.
Peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan. 9.
Menumbuhkembangkan sadar wisata di tengah masyarakat. 10. Membina usaha pariwisata baik yang telah ada maupun yang akan
dibangun.
3.2.2 Struktur Organisasi
Sebagaimana amanat Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Karo, maka
Organisasi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo, terdiri dari : 1. Dinas;
2. Sekretariat : meliputi 2 dua Sub Bagian, yakni : a. Sub Bagian Keuangan
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 3. Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata ; meliputi 2 dua Seksi, yakni :
a. Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata b. Seksi Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata
4. Bidang Pembinaan Seni dan Kebudayaan ; meliputi 2 dua Seksi, yakni :
Universitas Sumatera Utara
a. Seksi Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah b. Seksi Kesenian dan Atraksi Wisata
5. Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata ; meliputi 2 dua Seksi, yakni : a. Seksi Informasi dan Promosi Wisata
b. Seksi Pengawasan dan Perizinan Usaha Pariwisata 6. Bidang Perencanaan ; meliputi 2 dua Seksi, yakni :
a. Seksi Perencanaan, Program dan Pengendalian b. Seksi Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Jumlah Dan Komposisi Personalia Dinas Pariwisata,Seni Dan Budaya Kabupaten Karo
No NAMA
NIP GOL
JABATAN
1. Dinasti Sitepu, S,Sos
19570603 198201 1 001 IVc Kepala Dinas
2. Drs. Karia Bakti Karo-Karo 19581112 198603 1 006 IVb
Sekretaris 3.
Teman Karo-Karo, SE 19611231 199303 1 031 IVa
Kabid Pembina Seni dan Kebudayaan
4. Dra. Martiana Sitepu
19590816 199203 2 002 IVa Kabid Perencanaan
5. Drs. Terkelin Bangun
19650930 199303 1 006 IVa Staf
6. Piala Putera, SE
19660821 199403 1 004 IVa
Kabid Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata
7. Drs. Losmen Bukit
19570121 198303 1 005 IIId
Kasi Perencanaan Program dan Pengendalian
8. Risnawati, SE
19651010 199303 2 004 IIId Kasi Pengawasan
Perizinan Usaha 9.
Kiranta Bangun, SH 19561231 197804 1 014 IIId
Kasi Kesenian Atraksi Wisata
10. Numpak S Brahmana 19550303 197904 1 001 IIId
Kepala UPT Pendapatan
11. Kasman Sembiring, SH 19640612 199402 1 002 IIId
Kasi Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan
12. Asmona P, SH 19691030 199312 1 001 IIId
Kasi Kebudayaan Peninggalan Sejarah
13. Pintauli br. Pinem 19621004 198602 2 001 IIId
Kasi Informasi dan Promosi Pariwisata
14. Akor Malem Ginting, SH 19601205 198103 1 003 IIId
Kasubbag Keuangan 15. Ester Muliana br. Meliala
19610124 198602 2 003 IIId Kasubbag Umum dan
Kepegawaian 16. Dartina
19590919 198712 2 001 IIId Kepala UPT Promosi
Pemasaran 17. Eva Angela S. SS, MM
19730704 200003 2 002 IIId Kabid Bina Obyek
Daya Tarik Wisata 18. Musa Ginting, SH
19760418 199703 1 003 IIId
Kasi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata
19. Marlon Barus, SH 19630208 198602 1 002 IIIc
Kasi Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata
20. Satimah br. Tarigan 19661221 199303 2 002 IIIc
Staf 21. Henyta br. Tarigan
19660510 199503 2 001 IIIa Staf
22. Edison Barus 19580629 198409 1 001 IIIa
Staf
Universitas Sumatera Utara
No NAMA
NIP GOL
JABATAN
23. Rehulina br. Ginting 19680614 199602 2 001 IIIa
Staf 24. Irwan Miwandi
19660504 198603 1 002 IIIa Staf
25. Sudi Barina br. Sinuhaji, SE 19790915 200212 2 003 IIIa Staf
26. Benyamin Sinuhaji 19690313 199203 1 008 IIIa
Staf 27. Arapenta Barus, S. Sos
19790520 201001 1 018 IIIa Staf
28. Miafitri Damanik, Se 19840615 201001 2 039 IIIa
Staf 29. Elvina br. Ginting
19770512 200003 2 001 IId Staf
30. Darmanto Tarigan 19680928 198909 1 001 IId
Staf 31. Dodot Eko Bumantoro
19780201 200604 1 020 IId Staf
32. Herlina Sinambela 19840525 200604 2 008 IId
Staf 33. Alexander Ginting
19781031 200604 1 006 IId Staf
34. Elpita br. Perangin-Angin 19821005 200604 2 021 IId
Staf 35. Riah Ukurta br. Ginting
19820426 200604 2 019 IId Staf
36. Ian Adian Tarigan 19820521 200803 1 001 IIc
Staf 37. Khairil Rijal
19710820 200903 1 001 IIc Staf
38. Ponda Eryono 19870623 200903 1 002 IIc
Staf 39. Liliani Coa Sitepu, Amd
19750211 201001 2 007 IIc Staf
40. Lolitanora Girsang, Amd 19781211 201001 2 009 IIc
Staf 41. Romanto Surbakti
19671019 200701 1 015 IIa Staf
42. Hartawan Ginting 19720711 200701 1 021 IIa
Staf 43. Sastra Sembiring
19790726 200801 1 003 IIa Staf
44. Antoni Ginting 19841121 200901 1 003 IIa
Staf 45. Esti Esteria Situmorang
19780616 200901 2 005 IIa Staf
3.2.4 Susunan Kepegawaian Penugasan
Universitas Sumatera Utara
Satuan Kerja Prangkat Daerah SKPD Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo memiliki Susunan Kepegawaian dan Penugasan sebagai berikut :
1. Kepala Dinas ; 2. Sekretaris ;
a. Kepala Sub Bagian Keuangan b. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3. Kepala Bidang Bina Obyek dan Daya Tarik Wisata ; a. Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata
b. Kepala Seksi Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata 4. Kepala Bidang Pembinaan Seni dan Kebudayaan ;
a. Kepala Seksi Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah b. Kepala Seksi Kesenian dan Atraksi Wisata
5. Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata ; a. Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata
b. Kepala Seksi Pengawasan dan Perizinan Usaha Pariwisata 6. Kepala Bidang Perencanaan ;
a. Kepala Seksi Perencanaan, Program dan Pengendalian b. Kepala Seksi Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan
3.2.5 Tugas dan Fungsi
Kedudukan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo adalah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo
adalah membantu Bupati melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dalam bidang
Universitas Sumatera Utara
Pariwisata, Kesenian dan Budaya berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Fungsi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo adalah :
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dibidang pengelolaan Kebudayaan,
Seni dan Kepariwisataan serta pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pengelolaan Kebudayaan, Seni
dan Kepariwisataan sesuai dengan lingkup tugasnya. d.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
Secara rinci, tugas-tugas pokok dan uraian-uraiannya khusus pada Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo telah ditetapkan melalui Peraturan Bupati
Karo Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Uraian Tugas Tiap-Tiap Jabatan paa Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Karo yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Mempunyai tugas pokok : Memimpin, merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan
mengendalikan setiap perencanaan program maupun urusan wajib yang meliputi Penetapan Kebijakan Bidang Kebudayaan, Pelaksanaan Bidang Kebudayaan,
Kebijakan Bidang Kepariwisataan, Pelaksanaan Bidang Kepariwisataan dan Kebijakan Bidang Kesenian.
2. Sekretaris
Mempunyai tugas Pokok : Merencanakan, mengatur, membina, mengelola, mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan tugas kesekretariatan yang meliputi urusan keuangan,
Universitas Sumatera Utara
penyusunan program, umum dan perlengkapan serta barang milik daerah pada SKPD maupun kepegawaian.
2.1. Kepala Sub Bagian Keuangan Mempunyai tugas pokok :
Melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan perumusan kebijakan teknis, kegiatan serta fasilitasi penyusunan rencana anggaran, pembinaan
bendahara, pengelolaan dan penatausahaan dan pertanggungjawaban administrasi keuangan dinas.
2.2. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepagawaian Mempunyai tugas pokok :
Melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan perumusan kebijakan teknis, kegiatan serta fasilitasi pelaksanaan pengelolaan administrasi
perlengkapan, ketatausahaan, kepegawaian dan urusan rumah tangga dinas.
3. Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata
Mempunyai tugas pokok : Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan
pelaksanaan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata dan Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata.
3.1. Kepala Seki Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata
Mempunyai tugas pokok : Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan prosedur perawatan dan pengamanan
aset atau karya seni serta menyiapkan bahan untuk kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan pedoman pengembangan destinasi pariwisata.
3.2. Kepala Seksi Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata
Mempunyai tugas pokok :
Universitas Sumatera Utara
Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan kebijakan nasional dan atau provinsi serta penetapan kebijakan di bidang penanaman nilai-nilai tradisi, pembinaan
karakter dan pekerti bangsa.
4. Kepala Bidang Pembinaan Seni dan Kebudayaan
Mempunyai tugas pokok : Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan
pelaksanaan penyelenggaraan Kebudayaan Peninggalan Sejarah Kesenian dan Atraksi Wisata.
4.1. Kepala Seksi Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah
Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan penetapan rencana induk pengembangan kebudayaan dan penerapan pedoman peningkatan pemahaman
sejarah dan wawasan kebangsaan. 4.2.
Kepala Seksi Kesenian dan Atraksi Wisata Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan kebijakan nasional dan atau provinsi dan
penetapan kebijakan mengenai standarisasi pemberian izin pengiriman dan penerimaan delegasi asing di bidang kesenian serta mengkoordinasikan
pelaksanaan pembentukan dan atau pengelolaan pusat kegiatan kesenian.
5. Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata
Mempunyai tugas pokok : Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan
pelaksanaan Informasi dan Promosi Pariwisata dan Pengawasan dan Perizinan Usaha Pariwisata.
5.1. Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata
Mempunyai tugas pokok :
Universitas Sumatera Utara
Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan kebijakan nasional dan atau provinsi dan penetapan kebijakan mengenai kerjasama luar negeri di bidang informasi dan
promosi pariwisata 5.2.
Kepala Seksi Pengawasan dan Perizinan Usaha Pariwisata Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan kebijakan nasional dan atau provinsi dan
penetapan kebijakan operasional perfilman dari proses pemberian perizinan usaha perfilman.
6. Kepala Bidang Perencanaan
Mempunyai tugas pokok : Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan
pelaksanaan tugas perencanaan, penyusunan program kerja, penyusunan rencana kerja, penyusunan anggaran, memverifikasi usulan rencana kerja anggaran,
pemantauan, pengendalian, evaluasi, pengolahan data, penyusunan laporan akuntabilitas kinerja pemerintah.
6.1. Kepala Seksi Perencanaan, Program dan Pengendalian
Mempunyai tugas pokok : Mempersiapkan program dan rencana kerja, kegiatan tahunan berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD, Rencana Strategis Renstra Dinas.
6.2. Kepala Seksi Pengumpulan Data, Pengelohan dan Pelaporan
Mempunyai tugas pokok : Mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan laporan atas pelaksanaan
program kerja dan mengolah data dan bahan laporan atas pelaksanaan program kerja.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh
3.3.1. Letak
Secara adminitratif pemerintahan, objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh terletak di Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Kawasan ini
sebelumnya berstatus sebagai Cagar Alam, berdasarkan Keputusan Raja Deli Tanggal 30 Desember 1924. Kemudian oleh Mentri Pertanian berdasarkan Surat Keputusan No.
320KptsUm51980 tanggal 9 Mei 1980 statusnya dialihkan menjadi Taman Wisata dengan luas 7 Ha.
Untuk dapat mencapai lokasi obyek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh bisa ditempuh dengan menggunakan sepeda motor, bus umum dan mobil pribadi dengan
jarak lebih kurang 60 km arah selatan Kota Medan.
3.3.2. Fasilitas
Sesuai dengan namanya, selain memiliki pemandian air panas, objek wisata ini merupakan Kawasan Wisata Alam yang menawarkan panorama alam yang indah dan
udara yang sejuk. Di obyek wisata Pemandian Air Panas Doulu terdapat : 1. Kolam Pemandian
Pengelolaan kolam pemandian ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah Dati II Karo dan masyarakat setempat. Kolam pemandian terdapat 15 buah dengan temperatur air
rata-rata 350 C dan temperatur udara saat itu 270
C. Terdapat beberapa kolam di desa ini seperti pemandian kolam-kolam air panas alam Sibayak, yang dikelola oleh
masyarakat setempat dan saat ini ramai di kunjungi pengunjung. Sebagian pendaki banyak memanfaatkan kolam-kolam air panas ini untuk melepaskan kepenatannya
selama pendakian dengan cara berendam di dalam kolam tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Penginapan Ada sekitar 4 penginapan di objek wisata alam ini. Semuanya dikelola oleh pemilik
kolam dan setiap penginapan bisa menampung 6 orang. 3. Kafetaria Rumah Makan
Di setiap kolam memiliki rumah makankafetaria yang bisa dimanfaatkan wisatawan untuk bersantai dan makan.
4. Sekuriti Keamanan Dilengkapi dengan pos pengamanan. Pos ini dipergunakan oleh petugas yang
berjumlah 2 sampai 3 orang untuk mengawasi kawasan wisata ini serta untuk mengontrol keamanan para pengunjung.
5. Pondok – pondok kecil Ada sekitar 10 pondok kecil di seluruh wilayah pemandian air panas ini yang dapat
dipergunakan oleh wisatawan untuk tempat bersantai dan beristirahat setelah berendam di kolam pemandian.
6. Pemandangan yang indah di sekitar Pemandian Air Panas Raja Berneh. 7. Areal parkir yang luas di setiap wilayah pemandian air panas.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENYAJIAN DATA
Pada bab ini akan disajikan data dan informasi yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang
ada. Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan
observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang mendukung data primer. Adapun permasalahan utama yang disajikan
dalam bab ini yaitu Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh, Doulu Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Karo
oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo.
4.1. Pelaksanaan Wawancara
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Karo dan lokasi wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh, Kabupaten Karo selama kurang
lebih tiga minggu. Dalam proses pengumpulan data guna memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian, penulis melakukan beberapa tahapan, yaitu : pertama, mencari
informasi dan data-data tentang kepariwisataan di Kabupaten Karo, secara khusus tentang objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh. Informasi dan data-data
tersebut dicari dari media dan meninjau langsung ke kawasan Pemandian Air Panas Raja Berneh. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan yang
sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih lengkap menyangkut masalah penelitian.
Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dari para informan yang telah ditetapkan tentang Strategi Pengembangan Objek
Universitas Sumatera Utara
Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Karo. Adapun informan yang telah ditetapkan sesuai dengan
proposal penelitian adalah orang-orang yang dianggap berkompeten, berhubungan dan mampu menjawab permasalahan penelitian. Di dalam penelitian ini ditetapkan ada
sembilan 9 orang yang menjadi informan, dengan klasifikasi sebagai berikut : Informan Kunci, yaitu Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, kemudian Informan
Utama terdiri dari Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata, Kepala Seksi Pengembangan Objek Dan Daya Tarik Wisata,Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi
Usaha Pariwisata serta Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata, sedangkan Informan Biasa adalah staff di Bidang Pariwisata 2 orang, anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Karo 1 orang dan unsur LSM 1 orang. Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu membuat susunan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan berkaitan dengan masalah penelitian. Penulis juga menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan tugas dan fungsi
masing-masing informan. Hal ini dimaksudkan agar informan memberikan keterangan yang lebih jelas dan lengkap sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing. Pertanyaan
– pertanyaan yang disusun berhubungan dengan Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
PAD Kabupaten Karo. Namun demikian, didalam prosesnya penulis tidak memberikan batasan terhadap berbagai pertanyaan lain yang bisa saja muncul yang
dapat menggali dan memperoleh informasi sebanyak mungkin dari para informan. Pelaksanaan wawancara dilakukan pada saat jam kerja kantor dan dilaksanakan
di kantor dinas tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Keterangan Para Informan Mengenai Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh dalam Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah PAD Kabupaten Karo.
Kabupaten Karo merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya alam. Sumber daya alam tersebut menjadikan sektor pertanian sebagai basis utama
perekonomian masyarakat. Di samping itu, Kabupaten Karo juga memiliki potensi pariwisata yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat termasuk bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD. Potensi Kepariwisataan Kabupaten Karo secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4
karakter yang berbeda yaitu : 1. Wisata Danau,
2. Wisata Alam, 3. Wisata Seni dan Budaya, dan
4. Wisata Religi Pengelolaan potensi pariwisata berupa wisata alampanorama, wisata seni dan budaya,
dan wisata religi harus selalu ditingkatkan, baik dari segi sarana dan prasarana pendukung pariwisata maupuan dari segi pengembangan destinasi pariwisata.
Adapun arah pengembangan objek wisata Kabupaten Karo Tahun 2006-2015 terdiri dari tiga 3 tahapan :
1. Pelestarian preservasi terhadap objek wisata ; 2. Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas penunjang objek wisata ; dan
3. Memantapkan peran objek wisata, dimana dalam pembinaan dan pengembangannya dijadikan dalam satu jaringan wisata.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah keterangan tentang letak objek wisata terdapat di wilayah Kabupaten Karo :
1. Kota Berastagi, merupakan kota pariwisata di Kabupaten Karo yang mendapat julukan kota bunga dan buah.
2. Bukit Gundaling yang terdapat di daerah Berastagi 3. Danau Lau Kawar yang terdapat di Kecamatan Simpang Empat, sekitar 27 Km dari
kota Berastagi. 4. Pemandian Air Panas Raja Berneh, letaknya 11 km dari kota Berastagi atau tepatnya
di Desa Doulu yang merupakan kolam renang alam dengan air panas belerang. 5. Air Terjun Sikulikap, terletak 12km dari kota Berastagi yang merupakan objek
wisata alamiah. 6. Desa Budaya Lingga, terletak di Kecamatan Simpang Empat, sekitar 15 km dari
kota Berastagi yang terkenal dengan rumah adat tradisional Karo. 7. Air Terjun Sipiso – piso, terletak 51 km dari kota Berastagi, merupakan objek
wisata alamiah, airnya mengalir ke Danau Toba. 8. Tongging, terletak di pinggiran Danau Toba di kaki air terjun Sipiso-piso.
9. Taman Simalem Resort The Pearl of Lake Toba, terletak di Kecamatan Merek, 55 km dari Kota Berastagi.
10.Gunung Sinabung, terletak di Kecamatan Simpang Empat memiliki ketinggian 2.451 m, sekitar 25 km dari Kota Berastagi.
11.Gunung Sibayak, terletak di Kecamatan Berastagi, memiliki ketinggian 2.014 m, sekitar 4 km dari pusat kota Berastagi.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh, Doulu.
Salah satu dari beberapa objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Karo adalah Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas Raja Berneh yang
terletak di Lereng Gunung Sibayak, tepatnya di Desa Doulu, Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Objek wisata ini bisa dikatakan salah satu ikon pariwisata di
Kabupaten Karo. Oleh karena itu, objek wisata alam ini harus terus dkembangkan secara profesional dan dioptimalkan sehingga keberadaanya benar-benar dapat diketahui
oleh masyarakat luas sekaligus sebagai salah satu penyumpang Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Karo.
Pertama-tama, penulis bertanya kepada Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo yaitu Bapak Dinasti Sitepu S, Sos tentang gambaran umum pariwisata
di Karo beserta keunggulannya. Pertanyaannya adalah : Bagaimana sebenarnya gambaran Kepariwisataan Karo dan faktor apa yang membuatnya unggul ?
Beliau menjawab : “ Seperti yang kita ketahui, Kabupaten Karo terletak di jajaran pengunungan
Bukit Barisan yang mengakibatkan Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berbagai keindahan alam serta daya tarik wisata. Memang pada saat sekarang,
kondisi kepariwisataan di Karo sangat terpuruk, terlebih sejak krisis multidimensi pada tahun 90-an. Tapi kita akan berusaha bangkit karena sektor pariwisata memberikan
peranan penting terhadap penerimaan daerah.Keunggulan pariwisata di Karo bisa kita lihat dari beberapa hal, yaitu pertama, posisi Kota Berastagi yang strategis, dapat
dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain. Kedua, jarak dari ibukota provinsi hanya sekitar 65 km dan aksesbilitasnya sangat baik dan yang ketiga, memiliki
sarana akomodasi yang memadai serta memiliki alam yang indah dan sejuk”.
Dari penjelasan beliau, dapat diketahui bagaimana gambaran kepariwisataan di Karo dan faktor yang mendukung sehingga membuat kepariwisataan di Karo unggul.
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut, penulis bertanya tentang potensi pariwisata Kabupaten Karo. Pertanyaannya adalah : Bagaimana dengan potensi pariwisata Kabupaten Karo, apakah
sudah dimanfaatkan secara optimal? Beliau menjawab :
“ Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki potensi yang tidak kalah baik dengan daerah tujuan
wisata lainnya di Indonesia. Namun harus diakui potensi yang ada belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan
pengembangannya. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam memasuki era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari
segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai Daerah Tujuan Wisata Utama, sehingga sektor kapariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam
menunjang pembangunan daerah”.
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa, potensi kepariwisataan di Kabupaten Karo belum bisa dioptimalkan karena keterbatasan dana dalam pembangunannya. Oleh
karena itu, di era otonomi dan globalisasi ini, Pemkab harus berupaya membenahi kepariwisataan dari berbagai aspek sehingga sektor kepariwisataan bisa menjadi sumber
pemasukan dalam rangka pembangunan.
Kemudian, penulis bertanya kembali kepada beliau. Pertanyaan selanjutnya adalah : Jadi, apa menurut Bapak yang harus dilakukan agar potensi wisata tersebut bisa
dimanfaatkan lebih optimal lagi ? Beliau menjawab :
“ Jadi, agar potensi kepariwisataan dapat berkembang dan dapat dijadikan sebagai produk andalan yang layak jual di pasar global, seperti yang saya katakan tadi,
Pemerintah Kabupaten Karo harus berupaya membenahi kepariwisataan di setiap aspek, tentu saja Dinas Pariwisata harus lebih dahulu mengambil peran. Selain itu,
kepariwisataan harus ditangani oleh tenaga-tenaga profesional di bidang pariwisata itu sendiri. Tenaga profesional diartikan bahwa tenaga-tenaga aparatur pemerintah
pengelola pariwisata yang mampu membawa dan menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat sehingga dapat membangun sektor kepariwisataan tetapi tetap mengacu
kepada visi pembangunan yang telah kita tetapkan, serta mengadopsi prinsip-prinsip Good Governance di dalam melaksanakan pelayanan masyarakat.”
Universitas Sumatera Utara
Dari keterangan beliau, diketahui bahwa perlu pembenahan di setiap aspek agar potensi kepariwisataan di Karo bisa lebih dioptimalkan dan berkembang menjadi suatu
produk andalan yang layak jual di pasar global. Selain itu, untuk mendukung itu semua, dibutuhkan tenaga-tenaga profesional yang tentu saja mengetahui tentang
kepariwisataan, tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai pendukungnya. Kemudian, penulis kembali bertanya kepada beliau. Pertanyaannya adalah :
sebenarnya apa faktor yang menyebabkan banyak tidaknya wisatawan yang mengunjungi suatu objek wisata?
Beliau menjawab : “ Ada tiga faktor yang sangat mempengaruhi hal tersebut, yakni destinasi
positif, destinasi nol, dan destinasi negatif. Yang dimaksud dengan destinasi positif adalah dimana wisatawan datang sangat senang dan puas berada di lokasi wisata dan
memiliki keinginan untuk kembali ke objek wisata tersebut karena di dukung fasilitas yang memadai, lingkungan bersih dan aman sekaligus memiliki kenangan tersendiri
bagi mereka. Kalau destinasi nol biasanya wisatawan merasa senang, namun tidak memiliki kepuasan dan kenangan tersendiri pada saat berada di lokasi wisata, sedangkan
destinasi negatif dapat diartikan wisatawan memiliki rasa penyesalan saat berkunjung. Mungkin karena lingkungan tidak bersih dan aman, fasilitas kalaupun ada pasti tidak
memadai dan tidak mencukupi dan tidak ada kenangan sehingga mereka berpikir untuk tidak mengunjungi objek wisata tersebut”.
Dari jawaban beliau diketahui bahwa, banyak tidaknya kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh masalah atau faktor destinasi, yaitu destinasi positif, destinasi nol dan
destinasi negatif.
Keterangan kedua yang penulis peroleh adalah dari Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik WISata Ibu Eva Angela S.SS, MM. Pertanyaan yang diajukan adalah :
Bagaimana mekanisme atau strategi yang dilakukan untuk mengembangkan Objek Wisata Pemandian Air Panas Pemandian Air Panas Raja Berneh, Doulu dan apa saja
program pengembangan yang dilakukan untuk membenahi dan memperlengkapi objek wisata ini ?
Universitas Sumatera Utara
Beliau menjawab : “ Sejak diubahnya status objek wisata ini dari cagar alam menjadi taman wisata
pada tahun 1980-an, kawasan ini sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup pesat walaupun seperti yang kita lihat perkembangannya sangat lama dan
membutuhkan proses. Sistem pengembangannya meliputi dua 2 hal, yaitu : pertama, melengkapi seluruh sarana dan prasarana di taman wisata sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku. Dalam Perda ada diatur tentang pengembangan kawasan wisata Pemandian Air Panas ini.Disana disebutkan bahwa pengembangan Objek Wisata
Pemandian Air Panas Raja Berneh disesuaikan dengan bentuk dan kebutuhan kawasan wisata itu sendiri. Kedua, membuat program-program yang berhubungan dengan
pengembangan pariwisata seperti yang tertuang dalam Renstra 2010-2014, yaitu : program pengembangan pemasaran pariwisata, program pengembangan destinasi
pariwisata, dan program pengembangan kemitraan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama ini seperti melakukan promosi ke seluruh daerah di Kabupaten Karo.
Jadi, kita upayakan seluruh masyarakat Karo-lah yang pertama sekali mengetahui keberadaan objek wisata ini. Beberapa cara yang kita tempuh adalah membuat surat
edaran ke desa-desa dan berbagai organisasi masyarakat yang ada. Selain itu kita juga sedapat mungkin mengikuti even-even di luar daerah, semacam studi banding. Dari segi
sarana dan prasarana, saat ini sedang dilaksanakan. Untuk memperlengkapi objek wisata ini kan harus bertahap dan berkelanjutan. Seluruh fasilitas diperlengkapi sesuai
kebutuhan.”.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat diketahui bahwa pembangunan dan pengembangan di kawasan wisata tersebut dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya telah melaksanakan banyak program untuk memperlengkapi sarana dan prasarana di
Pemandian Air Panas Raja Berneh. Di samping itu, Pemda juga telah menempuh beberapa cara promosi untuk memperkenalkan Pemandian Air Panas Doulu kepada
umum. Semua program yang dilaksanakan didasarkan pada Peraturan Daerah dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah RENSTRA SKPD yang berlaku.
Selanjutnya, penulis ingin mengetahui tentang latar belakang dan tujuan pengembangan Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu. Oleh karena itu, penulis
kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan : Apa yang mendasari
Universitas Sumatera Utara
pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu dan apa tujuan pengembangannya ?
Beliau menjawab : “ Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu adalah aset yang
cukup berharga yang dimiliki oleh Karo. Pembangunan dan pengembangannya menghabiskan waktu yang cukup lama dan dana yang cukup besar. Selain itu, potensi
alam yang dimiliki Pemandian Air Panas Raja Berneh juga sangat mendukung pengembangan ini. Jadi, kalau bisa kita kembangkan lagi agar lebih baik, kenapa tidak.
Tujuan pengembangan objek Wisata Pemandian Air Panas ini didasarkan pada misi Dinas yaitu Peningkatan Pengelolaan Potensi Kepariwisataan melalui Penataan dan
Pengembangan Kepariwisataan, baik yang sudah ada maupun mencari alternatif lain. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kuantitas objek wisata, meningkatkan
keterampilan dan kreatifitas usaha-usaha pariwisata masyarakat, meningkatkan akurasi data sebagai informasi promosi terhadap objek wisata, dan meningkatkan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi dalam menciptakan kepariwisataan yang berdaya saing. Hal ini juga tertuang dalam Kenstra SKPD tahun 2010-2014.
Dari informasi tersebut diketahui bahwa latar belakang pengembangan terhadap objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu adalah potensi alam yang
dimiliki oleh kawasan wisata alam itu sendiri dan dalam pembangunannya telah menghabiskan waktu yang cukup lama. Kedua hal itu menjadikan kawasan pemandian
air panas tersebut sebagai aset yang penting bagi Karo. Sedangkan tujuan pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu sesuai dengan
misi Dinas yang tertuang dalam Kenstra SKPD 2010-2014.
Kemudian untuk mengetahui tentang kebijakan apakah yang telah dilakukan oleh Pemda dalam mengembangkan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh
Doulu sehingga menjadi daerah tujuan wisata yang menarik bagi para wisatawan, penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan : Upaya apa yang dilakukan
untuk meningkatkan daya tarik objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh ini sehingga bernilai dan menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan ?
Beliau menjawab :
Universitas Sumatera Utara
“ Tentunya objek wisata ini harus dilengkapi dengan atraksi yang dibutuhkan oleh pengunjung, namun tidak boleh lari dari tema Pemandian Air Panas yang alamiah
dan natural. Di lokasi ini telah dibuat kawasan wisata hutan lindung. Banyak wisatawan yang datang tidak hanya untuk menikmati hangatnya kolam pemandian air panas, tetapi
juga tertantang untuk menaklukkan hutan lindung di kaki Gunung Sibayak ini. Ini dibuat supaya mereka tidak jenuh. Di kawasan wisata ini juga sedang diupayakan
penambahan kios – kios tempat penjualan souvenir dan aksesories agar wisatawan merasa lebih nyaman dan betah berada di objek wisata ini”.
Pertanyaan yang sama juga penulis ajukan ketika melakukan wawancara dengan seorang Staff Khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas Bapak Edison
Barus. Beliau menjawab :
“ Memang harus diakui, belum banyak perubahan yang dilakukan disini, fasilitas maupun akomodasi yang ada di objek wisata tidak banyak diubah, hanya saja
pada saat ini kita melakukan perawatan terhadap fasilitas yang ada karena kita harus tetap memenuhi kebutuhan wisatawan yang datang kesini. Memang beberapa waktu
yang lalu pihak dari Dinas Pariwisata sendiri ingin membangun open stage disini untuk menyelenggarakan even-even budaya seperti tarian daerah, namun sampai saat ini
belum dibangun juga dan fasilitas karaokean untuk keluarga di objek wisata ini. Mudah- mudahan pembangunan fasilitas ini dapat segera dlaksanakan karena sangat penting
keberadaanya agar para wisatawan tidak merasa jenuh’’.
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa Dinas sangat bersungguh-sungguh dalam upaya mengembangkan Objek Wisata Pemandian Air Panas. Berbagai program
kerja yang dilakukan mencerminkan niat besar Pemda untuk meningkatan kawasan wisata ini. Program-program yang direncanakan dan yang telah diimplementasikan
merupakan wujud nyata upaya untuk semakin memperlengkapi objek wisata Pemandian Aiar Panas menjadi tujuan wisata yang menarik perhatian pengunjung. Beberapa
program yang telah berhasil diwujudkan adalah pembangunan beberapa kios yang dikelola leh masyarakat setempat, pondok-pondok kecil tempat beristirahat bagi
pengunjung. Sedangkan program pengembangan yang diharapkan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat dan telah disetujui oleh Pemda adalah pembangunan
Universitas Sumatera Utara
Open Stage dan pembangunan fasilitas karaoke yang diperuntukkan bagi keluarga maupun wisatawan lainnya.
Selanjutnya mengingat Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu merupakan kawasan yang cukup luas 7 Ha, penulis mencoba mengeksplorasi pertanyaan tentang
langkah pengembangan lain yang dilakukan oleh dinas berhubungan dengan cara tempuh aksesibilitas ke kawasan wisata ini. Pertanyaan yang di ajukan oleh penulis
kepada Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata Ibu Eva Angela S. SS, MM adalah : Bagaimana dengan sistem transportasi akses menuju kawasan ini ? Apakah
perlu dibuka trayek angkutan untuk menjangkau Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh ini ?
Beliau menjawab : “ Sebenarnya, tidak ada kesulitan dalam hal transportasi maupun aksesbilitas ke
kawasan wisata itu. Wisatawan yang ingin mengunjungi objek wisata ini, bisa menaiki bus umum atau kendaraan umum jurusan Medan – Berastagi. Kemudian mengingat bus
atau kendaraan umum jurusan tersebut tidak dapat memasuki lokasi Taman Wisata, hanya bisa sampai di persimpangan Pos Polisi Desa Doulu, maka untuk menuju lokasi
wisata wisatawan bisa menyewa angkutan yang biasanya dimiliki oleh penduduk setempat. Atau bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki apabila wisatawan ingin
merasakan suasana alam yang sejuk kira-kira 1 km. Namun bagi yang memiliki kendaraan pribadi dapat terus sampai ke lokasi wisata. Sampai saat ini, pihak Dinas
Pariwisata belum merasa perlu membuka trayek angkutan untuk menuju kawasan wisata. Kami percayakan sepenuhnya kepada penduduk setempat untuk mengaturnya.”
Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada kesulitan yang berarti untuk mengunnjungi kawasan wisata tersebut, baik dari segi transportasi maupun
aksesbilitasnya.
Kemudian penulis ingin memperoleh informasi tentang upaya yang dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung. Pada kesempatan yang berbeda,
penulis bertanya kepada Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata Bapak Piala Putera, SE. Adapun pertanyaan yang diajukan penulis adalah : Di dalam
Universitas Sumatera Utara
memberikan pelayanan kepada para pengunjung Objek Wisata Pemandian Air Panas, hal-hal apa saja yang dilakukan ?
Beliau menjawab : “ Kita selalu mengupayakan dan mengusahakan memberikan pelayanan yang
baik terhadap pengunjung, memfasilitasi mereka yang ingin membuat kegiatan di sepanjang lokasi taman, dan memberikan tiket masuk kepada setiap pengunjung.
Pemberian tiket diatur menurut Perda No. 11 Tahun 2006 tentang Retribusi Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan fasilitas Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh
Doulu.”
Dari keterangan beliau dapat diketahui bahwa Dinas berupaya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung. Dinas juga memfasilitasi
yang ingin membuat kegiatan di lokasi wisata tersebut dan diberlakukannya pemberian tiket kepada setiap pengunjung berdasarkan Perda No. 11 Tahun 2006 tentang Retribusi
Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan Fasilitas Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu.
Kemudian penulis ingin memperoleh informasi tentang respon masyarakat sebagai salah satu pelaku pariwisata terhadap keberadaan Pemandian Air Panas Doulu,
apakah sudah mencerminkan pola hidup masyarakat yang sadar wisata atau tidak. Oleh karena itu, penulis mengajukan pertanyaan kepada salah seorang anggota organisasi
atau LSM yang ada di Kabupaten Karo, yaitu KPAL dengan Bapak Idris Bangun. Adapun pertanyaan yang penulis ajukan adalah : Masyarakat lokal merupakan salah
satu pelaku pariwisata yang memegang peranan penting. Menurut Bapak, bagaimana respon masyarakat setempat terhadap keberadaan objek wisata tersebut ? Apakah
perilaku masyarakat tersebut telah mencerminkan pola hidup sadar wisata ? Beliau menjawab :
“ Memang benar bahwa dalam pengembangan pariwisata sangat didukung oleh masyarakat setempat. Karena sebagian besar potensi ada merupakan kepunyaan
masyarakat, apalagi yang namanya tanah turun-temurun. Seharusnya masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
ada di sekitar objek wisata harus memiliki pengetahuan tentang wisata, seperti pelayanan dan keramahan kepada pengunjung, karena ini merupakan salah satu strategi
untuk memajukan kepariwisataan di daerah ini. Kalau kita lihat dari pola hidup masyarakat Doulu, menurut saya belum. Kita masuk kekawasan witasa ini saja tidak ada
sambutan dari mereka. Kurang keramahan dan keterbukaan komunikasi, jadi perlu diberikan sosialisasi kepada mereka, supaya dapat memberikan pelayanan yang
sesungguhnya kepada pengunjung. Kalau mereka ramah dan welcome kan pengunjung merasa dekat dan betah untuk tinggal lebih lama.”
Dari informasi tersebut, diketahui bahwa menurut pengamatan salah satu anggota LSM, masyarakat di sekitar Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu belum
mencerminkan pola hidup yang sadar wisata. Masyarakat Doulu sebagai pemilik dan pelaku wisata di kawasan wisata ini perlu diberikan pengetahuan dan penyuluhan
tentang kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung, sampai pada pemberian pelayanannya. Beliau berpendapat bahwa perlunya
jalinan hubungan yang baik antara wisatawan dengan masyarakat lokal agar pengunjung yang datang akan merasa “dekat” dalam arti tidak merasa asing dengan objek wisata
alam ini dan betah untuk tinggal lebih lama di kawasan wisata pemandian air panas ini.
4.2.2. Sarana dan Prasarana
Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo merupakan pengelola objek wisata yang ada di Karo. Oleh karena itu, Dinas harus senantiasa memberikan
pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung yang datang. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan
Pemandian Air Panas Doulu, penulis mengadakan wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata, yaitu Bapak Musa Ginting, SH. Adapun
pertanyaan yang diajukan oleh penulis adalah : Apa upaya yang dilakukan untuk mengelola sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan objek wisata Doulu ?
Beliau menjawab :
Universitas Sumatera Utara
“ Dalam mengelola sarana dan prasarana yang ada di kawasan pemandian air panas ini, kami mengupayakan dua 2 hal pokok, yaitu mengontrol seluruh karyawan
pegawai di objek wisata pemandian air panas. Jadi, dalam melaksanakan kewajiban masing-masing, setiap karyawan harus mengupayakan kinerja yang maksimal dan
bertanggung jawab. Selain itu, kami mengupayakan penataan seluruh lokasi pemandiaan air panas agar dapat menjadi objek wisata yang berdaya saing. Seluruh
sarana maupun prasarana yang telah ada di rawat dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Kebersihan dan kerapian kawasan lingkungan wisata selalu dijaga.”
Informasi tersebut menjelaskan bahwa Dinas melakukan dua 2 hal pokok dalam mengelola sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan objek
pemandian air panas, yaitu pertama, mengontrol seluruh karyawanpegawai yang bekerja di objek wisata tersebut, artinya dilakukan pengawasan terhadap seluruh
karyawan di lokasi wisata sehingga mereka bekerja dengan baik, profesional dan bertanggung jawab. Upaya kedua adalah mengupayakan penataan seluruh lokasi wisata
agar dapat menjadi objek wisata yang dapat diandalkan dan berdaya saing. Artinya, sarana dan prasarana yang telah ada di kawasan wisata alam ini dipergunakan dengan
baik dan dilakukan perawatan. Penataan objek wisata ini juga dilakukan dengan menjaga kebersihan dan kerapian seluruh kawasan lingkungan sekitar pemandian air
panas.
Lebih lanjut, penulis ingin memperoleh informasi tentang sistem kerja dari Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata dalam mengelola objek
wisata pemandian air panas ini. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui jumlah pegawai yang bertugas di objek wisata pemandian air panas yang cukup luas. Untuk itu
penulis kembali mengajukan pertanyaan kepada beliau, dengan pertanyaan: Bagaimana sistem kerja dari seksi pengembangan objek dan daya tarik wisata secara khusus untuk
objek wisata pemandian air panas ini ? Berapa orang tenaga pegawai yang bertugas di objek wisata ini ? Apakah jumlah tersebut telah memadai mengingat kawasan wisata
alam ini cukup luas ?
Universitas Sumatera Utara
Beliau menjawab : “ Pegawai di Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata ada 25 orang.
Untuk objek wisata pemandian air panas Doulu sendiri, ada 20 orang pegawai yang dibagi menjadi 4 regu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan mengingat
mereka bekerja dari pagi hingga malam,dan juga mengingat objek wisata alam ini luasnya 7 Ha. Jelas dari segi kuantitas sangat kurang. Normalnya untuk wilayah seluas
ini jumlah itu sangat tidak sesuai, seharusnya pegawai harus ditambah. Namun karena keterbatasan dana, maka jumlah pegawai yang sangat minim itulah yang masih
dimaksimalkan dan diberdayakan saat ini.”
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa untuk mempermudah pengelolaan kawasan wisata alam yang luasnya 7 Ha, dilakukan pembagian regu kerja, yaitu empat
4 regu. Adapun total jumlah pegawai yang bertugas di kawasan wisata ini ada 20 orang. Menurut beliau, jumlah tersebut sangat minim dan tidak sesuai dengan luasnya
wilayah kerja. Beliau mengatakan bahwa jumlah pegawai yang seharusnya ditugaskan di kawasan wisata ini ditambah. Namun karena keterbatasan dana, maka penambahan
jumlah tenaga pegawai tidak dapat dipenuhi.
Untuk memperoleh keterangan yang lebih lengkap, penulis juga mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya kepada Staff Khusus
Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu yaitu Bapak Edison Barus. Pertanyaan yang diajukan penulis adalah : Bagaimana Bapak mengupayakan kinerja
yang lebih baik dalam mengelola objek wisata ini ? Apakah ada strategi tertentu yang Bapak lakukan ?
Beliau menjawab : “ Sistem kerja kita adalah dengan memberlakukan jam kerja kantor. Seluruh
pegawai mulai bekerja pada pukul 08.00 wib sampai pukul 12.00 wib. Istirahat sampai pukul 13.0, kemudian masuk lagi pukul 13.00 sampai pukul 16.00. Karena objek wisata
ini dibuka sampai malam, oleh sebab itu tenaga pegawai disini ada 20 orang yang dibagi menjadi empat 4 regu, semua honorer kecuali tiga 3 orang staff khusus pengelola
kawasan wisata air panas sebagai pimpinan regu, kami PNS. Pembagian itu untuk mempersempit ruang kerja pegawai mengingat kawasan wisata alam ini cukup luas, ada
7 Ha. Ada 4 orang petugas keamanan yang menjaga keamanan sekaligus merangkap petugas parkir di objek wisata ini. Jumlah yang terlalu minimum menurut saya, sebab
Universitas Sumatera Utara
objek wisata inikan buka dari pagi hingga malam. Tapi apa boleh buat, dana tidak cukup untuk memperkerjakan lebih banyak tenaga. Selain memberlakukan jam kantor,
strategi lain adalah dengan memperbolehkan para pegawai honorer untuk mencari mata pencaharian sampingan di objek wisata ini, namun hanya dihari libur hari merah
kalender. Mereka ada yang menjadi pemandu wisata bagi wisatawan yang ingin mendaki gunung Sibayak atau bekerjasama dengan membantu penduduk setempat
dalam mengelola angkutan umum untuk mengangkut penumpang dari simpang ke kawasan wisata ini maupun sebaliknya. Dengan demikian para pegawai lebih
bersemangat untuk bekerja karena adanya penghasilan tambahan.”
Dari jawaban tersebut diketahui bahwa untuk mengupayakan kinerja yang baik dalam mengelola objek wisata pemandian air panas, para pegawai bekerja sesuai dengan
jam kantor, yaitu mulai bekerja pada pukul 08.00 – 12.00, jam istirahat pada pukul 12.00 – 13.00, dan kembali bekerja pada pukul 13.00 – 16.00 wib. Adapun strategi yang
dilakukan ada 2 yaitu pertama, dengan pembagian reguwilayah tugas kawasan wisata menjadi 4 regu, dimana masing-masing regu dikoordinir oleh satu orang Pegawai
Negeri Sipil, mengingat jam kerja tidak hanya sampai sore, tetapi sampai malam hari dan wilayahnya yang cukup luas. Strategi kedua, memperbolehkan pegawai honorer
untuk menambah penghasilan mereka sebagai pemandu wisata dan mencari penumpang di hari libur hari merah kalender. Strategi ini dinilai dapat memberikan semangat kerja
bagi para pegawai karena mereka bisa memperoleh penghasilan tambahan. Selanjutnya, penulis ingin mengetahui tentang sarana dan prasarana yang akan
dilengkapi dalam rangka pengembangan objek wisata pemandian air panas. Penulis kembali bertanya kepada Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata,
yaitu Bapak Musa Ginting, SH, dengan pertanyaan : Apa saja fasilitas yang akan di perlengkapi dalam rangka pengembangan objek wisata pemandian air panas ?
Beliau menjawab : “ Sebenarnya ada banyak fasilitas yang perlu ditambah dan dibangun dikawasan
ini karena seperti yang kita ketahui bahwa objek wisata air panas ini sejak dibangun awalnya, tidak banyak mengalami perubahan sampai sekarang. Pihak dinas sendiri
sudah merencanakan pembangunan mini open stage dan fasilitas karaoke sebagai media hiburan, namun sampai saat ini program tersebut belum sepenuhnya berjalan. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
pada saaat ini, sedang dibangun beberapa kolam pemandian air panas yang sepenuhnya dikelola oleh Pemda.”
Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa ada banyak fasilitas yang perlu ditambah untuk memperlengkapi objek wisata air panas, diantaranya adalah sarana
hiburan seperti mini open stage dan fasilitas karaoke. Tentu saja ini dibangun untuk mengantisipasi kejenuhan pengunjung, namun sampai saat ini belum
direalisasikan.Yang sedang dilakukan adalah penambahan kolam pemandian yang nantinya sepenuhnya akan dikelola oleh Pemda.
Pertanyaan selanjutnya yang diajukan oleh penulis tentang sistem pemeliharaan segala sarana dan prasarana yang tersedia dan keamanan lokasi wisata. Penulis kembali
bertanya kepada beliau dengan pertanyaan : Upaya-upaya apa yang dilakukan agar lokasi objek wisata ini dengan segala sarana dan prasarana yang telah tersedia dapat
terpelihara dengan baik ? Bagaimana dengan sistem keamanan di sepanjang kawasan objek wisata ini ?
Beliau menjawab : “ Pemeliharaan objek wisata ini tidak terlepas dari peran masyarakat. Kami
melakukan pengawasan terhadap semua sarana dan prasarana yang telah ada di sini. Petugas keamanan hanya empat orang sebenarnya tidak sanggup mengamankan
kawasan yang cukup luas ini. Oleh karena itulah kami juga melakukan kerjasama dan sosialisasi kepasa masyarakat agar selalu menjaga kebersihan dan keamanan lokasi
wisata. Jadi, masyarakat yang tinggal di desa Doulu pada khususnya harus ikut berpartisipasi untuk menjaga kebersihan dan keamanan objek wisata ini. Kalau
pengamanan terhadap pengunjung, kami juga mengadakan sosialisasi kepada para pengelola kafe atau rumah makan. Jadi kalau ada pengunjung yang melanggar atau
berbuat yang dianggap tidak baik di lokasi wisata, para pengelola kafe maupun rumah makan juga bertugas untuk mengingatkan.”
Keterangan tersebut menggambarkan tentang pengawasan yang dilakukan oleh pegawai dalam menjaga dan memelihara sarana dan prasarana dan keamanan di
kawasan wisata. Pemeliharaan sarana maupun prasrana dan keamanan lokasi wisata dilaksanakan oleh pegawai, pihak yang memilikimembuka usaha di lokasi wisata, dan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat setempat. Mereka bekerjasama untuk memelihara dan menjaga objek wisata pemandian air panas Doulu ini. Dalam hal ini, Dinas memberikan sosialisasi
kepada masyarakat dan pegawai yang ada disana, sehingga objek wisata ini terpelihara dan terjaga keamanannya.
Kemudian penulis bertanya kepada beliau tentang masalah maupun hambatan yang dihadapi dalam mengelola sarana dan prasana di objek wisata air panas, dengan
pertanyaan : Apa permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan wisata pemandian air panas ini ? Apa solusi yang
ditempuh ? Beliau menjawab :
“ Minimnya dana yang dianggarkan untuk pengelolaan saranaprasarana di lokasi wisata merupakan masalah serius. Jumlah tenaga kerja kurang, honor juga
kurang. Kitakan kerja untuk dapat uang. Penggajian juga sering tidak tepat wa. Hal ini membuat para pekerja enggan untuk bekerja sepenuh hati. Sama halnya dengan kami
juga. PNS yang ditugaskan di lokasi wisata ini sangat lelah karena harus bekerja sepanjang hari. Bagi kami tidak ada hari libur. Namanya juga pariwisataan, tidak
menentu. Pengunjung bisa saja datang kapan saja ke objek wisata pemandian air panas ini, yang menjadi masalah adalah tidak adanya “fee” bagi kami, setidaknya dari hasil
restribusi yang dipungut setiap harinya. Kami yang ditugaskan di lokasi wisata inikan tidak pernah libur, apalagi di akhir pekan, jumlah pengunjung biasanya meningkat.
Seharusnya Pemda memperhatikan hal itu.”
Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan wisata air
panas adalah masalah dana. Keterbatasan dana yang diberikan untuk mengelola sarana dan prasarana di kawasan wisata mempengaruhi kinerja pegawai yang ada. Tenaga kerja
yang sedikit mengakibatkan luasnya lahan kerja pegawai. Apalagi mereka bekerja sampai malam hari. Banyaknya tanggung jawab yang diemban oleh pegawai tidak
sesuai dengan honor yang mereka terima. Apalagi sering terjadi keterlambatan penggajian. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya kinerja pegawai. Demikian halnya
Universitas Sumatera Utara
dengan Staff Khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas. Pekerjaan mereka yang sangat melelahkan karena tidak memiliki hari libur, tidak diikuti pemberian
insentif.
4.2.3. Promosi
Kegiatan promosipenawaran merupakan kegiatan penting dalam menunjung keberhasilan kegiatan wisata. Promosi kepariwisataan mempunyai tujuan untuk menarik
perhatian umum terhadap komponen-komponen produk pariwisata yang ditawarkan dan mempengaruhi wisatawan untuk mengkonsumsi produk tersebut untuk kebutuhan
dirinya. Untuk mengetahui bagaimanakah dinas melakukan promosi objek wisata pemandian air panas Doulu, penulis bertanya kepada Kepala Seksi Informasi dan
Promosi Pariwisata Ibu Pintamuli Pinem. Pertanyaanya adalah : Promosi merupakan salah satu komponen pariwisata yang cukup penting. Apa langkah yang dilakukan untuk
mengembangkan objek wisata pemandian air panas Doulu ini dari segi promosi ? Jalur promosi apa yang di tempuh ?
Beliau menjawab : “ Untuk promosi, kami telah mengadakan banyak upaya promosi, diantaranya
dengan mencetak buklet, brosur-brosur dan foto-foto objek wisata pemandian air panas berlatarkan Gubung Sibayak. Pada saat ini, sudah ada situs resmi mengenai
kepariwisataan Karo yang bisa diakses melalui internet, disana bisa di lihat seluruh destinasi pariwisata yang ada di Karo, salah satunya adalah Objek Wisata Pemandian
Air Panas Raja Berneh yang ada di desa Doulu. Pada tahun 2006, kami melakukan promosi ke luar provinsi yaitu ke Jakarta. Pada kesempatan itu, kami mempromosikan
objek wisata ini dan membawa serta buklet-buklet maupun foto yang dicetak. Dengan demikian, orang-orang disana memperoleh informasi gambaran yang jelas tentang objek
wisata yang ada di Kabupaten Karo. Selain itu, kami juga telah mengeluarkan surat ke berbagai ogranisasi kepariwisataan yang tidak hanya ada di Kabupaten Karo, juga di
daerah luar Karo. Brosur-brosur juga disebarkan ke hotel-hotel.”
Berdasarkan jawaban informan diatas dapat diketahui bahwa Dinas telah melakukan promosi untuk memperkenalkan objek wisata pemandian air panas kepada
umum. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah melalui pencetakan buklet,
Universitas Sumatera Utara
brosur dan foto objek wisata tersebut dan menyebarkannya kepada umum. Kegiatan promosi juga dilakukan melalui akses internet mengenai situs kepariwisataan di
Kabupaten Karo. Dinas juga telah berhasil menjangkau daerah luar provinsi untuk mempromosikan kawasan wisata tersebut, seperti jakarta. Langkah promosi selanjutnya
adalah dengan mengedarkan surat-surat kepada organisasi kepariwisataan yang tidak hanya ada di wilayah Kabupaten Karo, tetapi juga yang ada di luar Kabupaten Karo.
Promosi juga dilakukan dengan menyebarkan brosur ke hotel-hotel. Hal ini menunjukkan bahwa Dinas telah menempuh usaha promosi yang cukup berarti dalam
rangka memperkenalkan objek wisata ini kepada masyarakat luas. Kemudian penulis kembali bertanya kepada beliau tentang keterlibatan pihak-
pihak lain dalam upaya mempromosikan objek wisata pemandian air panas Doulu. Pertanyaan yang diajukan oleh penulis adalah : Apakah ada kerjasama yang dilakukan
dengan pihak lain untuk mempromosikan objek wisata ini ? Beliau menjawab :
“ Ada untuk promosi, kami bekerjasama dengan Depperindagkom. Mereka membantu kami dalam memberikan informasi kepada umum tentang pariwisata di
Karo. Selain itu dengan pihak hotel di Karo, kami memberikan brosur ke hotel-hotel untuk diberikan kepada setiap pengguna hotel.”
Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa Dinas telah menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam hal promosi objek wisata tersebut. Adapun pihak-pihak
yang menjadi rekan Dinas dalam mempromosikan objek wisata pemandian air panas Doulu adalah Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Komunikasi
Depperindagkom serta pihak hotel yang ada di Karo.
Selanjutnya penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai langkah promosi lain yang pernah dilakukan oleh Dinas. Penulis kembali bertanya kepada beliau dengan
pertanyaan : Menurut Ibu, apakah langkah promosi yang telah dilakukan selama ini
Universitas Sumatera Utara
sudah bagus dan sesuai dengan kebutuhan objek wisata ini ataukah perlu ditempuh strategi promosi yang lain ?
Beliau menjawab : “ Menurut kami langkah promosi tersebut masih sesuai dengan kondisi saat ini.
Pernah juga kami melakukan promosi melalui kegiatan tahunan seperti Pesta Bunga dan Buah di Berastagi ini. Selain melaksanakan even budaya dan seni, di pesta ini sekaligus
diperkenalkan seluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Karo, tidak terkecuali objek wisata pemandian air panas ini. Kegiatan tersebut secara tidak langsung telah membantu
kami untuk memperkenalkan kawasan wisata tersebut kepada orang yang datang ke kegiatan tersebut. Sampai saat ini kami belum memikirkan strategi promosi yang lain.”
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa langkah promosi yang telah ditempuh oleh Dinas dinilai cukup bagus dan sesuai dengan kebutuhan objek
wisata pemandian air panas saat ini. Ternyata, Dinas juga melakukan promosi di sela- sela kegiatan tahunan yakni Pesta Bunga dan Buah. Menurut beliau, kegiatan tersebut
sangat membantu Dinas dalam mempromosikan objek wisata pemandian air panas Doulu kepada setiap orang yang hadir dalam kegiatan tersebut. Beliau juga mengatakan
bahwa untuk saat ini Dinas belum memikirkan langkah promosi yang lain.
Lebih lanjut penulis ingin mengetahui tentang pendanaan anggaran yang diberikan kegiatan promosi pariwisata, terutama untuk promosi objek wisata alam
tersebut. Oleh karena itu, penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan : Bagaimana dengan ketersediaan dana atau anggaran untuk kegiatan promosi ? Apakah
anggaran yang ditentukan cukup memadai ? Beliau menjawab :
“ Terus terang, dari dulu anggaran yang disediakan untuk kegiatan promosi sangat terbatas. Demikian halnya dengan promosi objek wisata ini. Oleh karena itu,
kegiatan promosi untuk tahun 2010 hanya pencetakan buklet saja. Dana yang diberikan tidak cukup untuk melaksanakan langkah promosi yang lain. Mudah-mudahan saja
tahun depan anggarannya dapat ditingkatkan sehingg kegiatan promosi dapat dilakukan sebagaimana mestinya dan lebih maksimal.”
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dana yang disediakan untuk kegiatan promosi untuk tahun 2010 hanya dengan pencetakan buklet. Beliau berharap
semoga tahun berikutnya anggaran diberikan kepada Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata dapat meningkat sehingga kegiatan promosi juga dapat dilakukan sebaik
mungkin. Sebagai pertanyaan penutup tentang promosi, penulis ingin mengetahui tentang
permasalahan yang dihadapi oleh Kasi Informasi dan Promosi Pariwisata dalam upaya mempromosikan objek wisata di Kabupaten Karo dan bagaimana mereka
menanganinya. Untuk itu penulis kembali bertanya kembali kepada beliau dengan pertanyaan : Apa masalah yang dihadapi oleh Seksi Informasi dan Promosi sendiri
dalam mempromosikan objek wisata di Kabupaten Karo ? Bagaimana pula cara menanganinya ?
Beliau menjawab : “ Masalah yang paling besar adalah masalah dana atau anggaran. Semua
kegiatan harus kembali kepada ketersediaan dana anggaran yang diberikan. Dana yang sangat minim kami memanfaatkan sebaik mungkin untuk melaksanakan kegiatan
promosi. Kegiatan promosi harus kami tekan supaya dana tadi cukup.”
Keterangan tersebut menjelaskan bahwa masalah dana atau anggaran merupakan masalah yang paling besar yang dihadapi oleh Kasi Informasi dan Promosi. Kondisi
keuangan yang sangat minim mengakibatkan kegiatan promosi harus ditekan dan disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.
4.2.4. Pendidikan dan Pelatihan
Objek wisata pemandian air panas Doulu merupakan objek wisata yang dikelola pemerintah Kabupaten Karo yang dibantu oleh penduduk setempat di Doulu. Sehingga
dalam pengembangan objek wisata itu sendiri merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat yang dalam hal ini merupakan wewenang Dinas Pariwisata, Seni dan
Universitas Sumatera Utara
Budaya Kabupaten Karo. Pengelola kawasan wisata alam tersebut adalah pegawai dari Dinas ditambah dengan beberapa tenaga kerja yang diambil ari masyarakat sekitar
sebagai tenaga honorer. Oleh karena itu, dalam upaya pengembangannya faktor Sumber Daya Manusia patut dipertimbangkan.
Untuk memperoleh informasi tentang SDM yang ada di Dinas tersebut, penulis bertanya kepada Kepala Bidang Bina Objk dan Data Tarik Wisata Ibu Eva Angela S.
SS, MM. Pertanyaan yang diajukan adalah : Dari segi kualitas dan kuantitas, apakah personalia yang ada telah memadai dan memiliki kompetensi dalam mengupayakan
pengembagan objek wisata pemandian air panas ini ? Apakah ada program kerja khusus yang mengaruh kepada pendidikan dan pelatihan bagi pegawai sehingga kualitas
dan kinerjanya lebih meningkat ? Beliau menjawab :
“ Belum, kami sangat terbatas dalam hal ketenagaan dan teknis. Jumlah personalia yang ada kurang. Apalagi untuk menangani kawasan wisata pemandian air
panas yang cukup luas, hanya dengan tenaga kebersihan dan penataan, non PNS yang berjumlah 23 orang, rasanya berat sekali. Kalau dari segi kompetensi, perlu adanya
peningkatan SDM. Selama ini langkah yang pernah dilakukan adalah memberikan diklat kepada mereka, supaya kualitas mereka meningkat. Pernah juga mereka dibawa
studi banding ke Pantai Cermin.”
Dari informasi diatas diketahui bahwa dari segi kualitas dan kuantitas, tenaga personalia yang ada di Dinas tidak memadai. Jumlah pegawai di Doulu yang hanya
berjumlah 23 orang dinilai tidak maksimal untuk mengembangkan potensi wisata pemandian air panas di Karo. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki pegawai sangat
terbatas. Adapun solusi yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan diklat kepada tenaga pegawai di
kawasan wisata tersebut. Selanjutnya adalah dengan melaksanakan studi banding ke daerah tujuan wisata seperti Pantai Cermin.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menambah informasi mengenai SDM di objek wisata alam ini, penulis juga mengajukan pertanyaan yang sama kepada Staff Khusus Pengelola Objek Wisata
Pemandian Air Panas Doulu yaitu Bapak Edison Barus. Beliau menjawab :
“ Personalia yang ada belum memadai. Dari segi pendidikan juga masih minim, ada yang tamat SD, SLTP dan SLTA. Sesungguhnya pendidikan di bidang pariwisata
yang diberikan juga dapat dikatakan belum ada. Yang kami tempuh hanya berupa penyuluhan tentang pariwisata, dulunya dari Kadis sebelumnya. Kalau dari Pemda
pernah dilakukan studi banding ke Pantai Cermin. Jadi, pegawai dibawa ke sana dengan tujuan untuk menambah pengetahuan mereka tentang kepariwisataan.”
Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa kuantitas personalia yang tersedia saat ini masih sangat kurang. Dari segi kualitas, tenaga pegawai yang ada masih
rendah dengan tingkat pendidikan mulai dari SD, SLTP dan SLTA. Pendidikan dan pelatihan yang pernah diberikan kepada tenaga pegawai yang bekerja di lokasi wisata
adalah berupa penyuluhan tentang kepariwisataan dan memberikan kesempatan untuk mengikuti studi banding ke Pantai Cermin.
4.2.5. Program Perancangan Strategi Pengembangan
Seperti diketahui bahwa kepariwisataan merupakan sektor yang dinamis, dimana perlu dilakukan pembenahan dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan dan
perubahan-perubahan yang terjadi di kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan daya tarik suatu objek wisata, sudah sepatutnya
dibuat program perancangan strategi pengembangan untuk masa mendatang. Untuk mengetaui tentang program perancangan strategis pengembangan yang akan dilakukan
oleh Dinas terhadap objek wista pemandian air panas Raja Berneh Doulu, penulis bertanya kepada Kepala Bidang Bina Objek dan Data Tarik Wisata Ibu Era Angela S,
SS. MM. Pertanyaan yang diajukan adalah : Bagaimana perspektif objek wisata ini di masa mendatang ? Apa yang menjadi harapan pemerintah terhadap kesinambungan
Universitas Sumatera Utara
fungsi objek wisata pemandian air panas Doulu ini secara khusus dan pariwisata di Karo secara umum ?
Beliau menjawab : “ Untuk selanjutnya, Pemda harus melakukan tindak lanjut terhadap
pengembangan objek wisata ini, pemandian air panas Raja Berneh kan merupakan aset yang cukup besar yang dimiliki oleh Karo. Untuk mengharapkan PAD dari objek wisata
ini, Pemda harus juga berani melakukan terobosan-terobosan dan gebrakan baru, supaya objek wisata ini tidak kehilangan peminat. Saya akin, jika semua pihak memberikan
perhatian yang serius untuk objek wisata ini, pendapatan yang akan diperoleh dari objek wisata ini akan sangat meningkat. Saat ini saja penerimaan yang diperoleh sudah besar,
apalagi kalau dikelola lebih baik, pasti meningkat pesat.”
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pihak Dinas yakin bahwa pengembangan objek wisata air panas Doulu harus ditingkatkan dan ditindaklanjuti.
Pemerintah Daerah diharapkan terus melakukan terobasan-terobasan baru untuk mengembangkan objek wisata yang ada di desa Doulu ini. Dijelaskan bahwa saat ini,
objek wisata pemandian air panas Doulu telah berhasil menghasilkan penerimaan cukup besar bagi daerah. Dinas yakin jika semua pihak memberikan perhatian yang serius
terhadap pengembangan kawasan wisata ini, dipastikan bahwa penerimaan daerah di masa mendatang akan meningkat pesat.
Selanjutnya penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang program perancangan strategi pengembangan yang akan dilakukan oleh Pemda terhadap objek
wisata di kawasan Doulu ini. Oleh karena itu, penulis juga bertanya kepada salah seorang Staff Khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu
yaitu Bapak Antoni Ginting. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah : Apa yang menjadi harapan Bapak terhadap pengembangan objek wisata ini dimasa mendatang
sehingga objek wisata ini dapat menjadi salah satu sumber andalan dalam meningkatkan PAD Kabupaten Karo ? Kebijakan seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh Pemda
lebih lanjut ?
Universitas Sumatera Utara
Beliau menjawab : “ Di masa mendatang, fasilitas di lokasi wisata alam ini harus ditambah.
Menurut saya, perlu direncanakan untuk membuat lapangan parkir yang lain di lokasi wisata selain yang telah ada saat ini. Bagaimanapun perkembangan jumlah penduduk
akan mempengaruhi jumlah pengunjung ke objek wisata pemandian air panas. Kadang kala, di saat libur, areal parkir yang tidak cukup untuk menampung kendaraan
pengunjung. Dari segi kebijakan, promosi harus ditingkatkan lagi supaya objek wisata ini semakin dikenal di seluruh wilayah Indonesia.”
Berdasarkan informasi diatas, dapat diketahui bahwa perlu dilakukan program strategi pengembangan selanjutnya terhadap objek wisata alam di Doulu ini. Menurut
informan, perlu adanya penambahan areal parkir karena areal parkir yang ada pada saat ini tidak cukup menampung kendaraan pengunjung yang datang. Diperkirakan, seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka jumlah pengunjung yang akan berkunjung ke Doulu juga bertambah. Program selanjutnya adalah dengan
meningkatkan promosi sehingga objek wisata ini lebih dikenal di seluruh kawasan di Indonesia.
Pertanyaan yang sama penulis ajukan juga kepada Kepala Seksi pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata yaitu Bapak Musa Ginting, SH.
Beliau menjawab : “ Harus ada tindak lanjut yang serius terhadap pengembangan objek wisata
pemandian air panas. Di masa mendatang direncanakan pengembangan kawasan wisata ini akan diiringi dengan pengembangan budaya dan seni daerah. Artinya, kawasan
wisata ini akan dilengkapi dengan ornamen-ornamen budaya Karo. Program tersebut direncanakan akan mulai diusulkan tahun depan. Untuk mendukung hal tersebut, akan
dibuat juga program pentas seni daerah di lokasi wisata ini. Jadi, budaya kita semakin berkembang dan tetap terpelihara.”
Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa Pemda telah merancang program strategi pengembangan untuk objek wisata di Doulu ini, yaitu program
pengembangan yang diiringi dengan pengembangan budaya dan seni daerah. Beberapa diantaranya adalah dengan memperlengkapi kawasan wisata tersebut dengan ornamen-
Universitas Sumatera Utara
ornamen budaya Karo, dan rencana pelaksanaan pentas seni budaya di lokasi wisata ini. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya Karo. Program perancangan
tersebut akan mulai diusulkan tahun depan.
Untuk menambah informasi tentang hal tersebut, penulis juga bertanya kepada salah satu anggota Dewan Kabupaten Karo yaitu Bapak Robert Sinuhaji, dengan
pertanyaan : Menurut pendapat Bapak, seperti apa langkah pengembangan yang perlu dilakukan ke depan untuk memaksimalkan fungsi objek wisata ini, sehingga
kebedaraannya dapat diandalkan menjadi salah satu sumber PAD ? Apakah ada strategi tertentu ?
Beliau menjawab : “ Yang pertama sekali harus dilakukan Pemda adalah dengan memberikan
perhatian yang lebih serius terhadap objek wisata ini. Artinya, objek wisata pemandian air panas yang ada di Doulu yang merupakan asset besar bagi daerah harus diperhatikan,
supaya semakin dikenal dan diminati banyak orang. Selain itu, dari sisi anggaran, harus ditingkatkan. Perda untuk pengelolaan pariwisata harus dbuat supaya pengelolaannya
semakin terarah. Pemda juga harus lebih terbuka dengan masyarakat luas dan pelaku bisnis, seperti pihak hotel atau penginapan, restoran, dan lain-lain, sehingga objek
wisata ini lebih menarik dan memberikan banyak fasilitas kepada setiap pengunjung, jadi pengunjung merasa nyaman dan akan tinggal lebih lama. Hal ini juga akan
meringankan beban Pemda dalam hal keterbatasan dana. Dengan mengundang pihak luar, masalah dana dapat diminimalisir. Pihak-pihak tersebut dengan sendirinya akan
membuka dan mengupayakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan, namun tentunya terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari pemerintah. Pengembangan selanjutnya
secara operasional dilakukan oleh Dinas Pariwisata dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang masih kurang disana.”
Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa menurut beliau, Pamda harus memberikan perhatian yang lebih serius terhadap pengembangan kawasan wisata alam
ini mengingat kawasan wisata ini merupakan salah satu asset yang berarti bagi daerah. Pengembangan akan berhasil jika ketersediaan dana dan kerjasama dengan berbagai
pihak diupayakan dengan baik. Beliau berpendapat bahwa dengan mengadakan kerjasama dengan pemerintah provinsi dan pusat, pihak swasta dan masyarakat pelaku
Universitas Sumatera Utara
bisnis, pengembangan objek wisata ini akan maksimal. Pihak-pihak tersebut akan membantu Pemda dalam mengatasi keterbatasan dana yang dianggarkan untuk objek
wisata ini. Namun, tentu saja kerjasama tersebut harus sesuai dengan ketetapan pemerintah. Dengan demikian fasilitas-fasilitas yang masih kurang dapat dilengkapi
sehingga kebutuhan para pengunjung dapat dipenuhi. Jika hal ini terwujud, maka arus pengunjung akan semakin meningkat dan pengunjung merasa betah untuk tinggal lebih
lama di objek wisata tersebut.
Selanjutnya penulis menanyakan tentang hal-hal apa yang menjadi harap Dinas terhadap objek wisata pemandian air panas Doulu di masa mendatang. Penulis bertanya
kepada Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata Ibu Pintamuli Pinem dengan pertanyaan : Apa harapan Ibu atau apa yang harus dilakukan di masa mendatang perilah
keberadaan objek wisata yang ada di kawasan Doulu ini sehingga semakin baik ? Beliau menjawab :
“ Menurut saya program pengembangan yang perlu dipikirkan terlebih dahulu adalah dari SDM. Para pegawai di kawasan wisata, tidak terkecuali di objek wisata
pemandian air panas harus diberikan pelatihan tentang pariwisata. Dengan modal pengetahuan berwawasan wisata, setiap karyawan dapat memberikan pelayanan prima
kepada setiap pengunjung. Dengan begitu, para pengunjung nyaman dan merasa betah untuk tinggal lebih lama. Hal lain yang menurut saya paling penting adalah perihal
promosi. Saya berharap promosi harus lebih giat lagi terutama ke daerah-daerah yang sudah maju. Bagaimanapun, akan sangat baik kita kita dapat mencontoh strategi
keberhasilan yang dilakukan oleh daerah-daerah wisata yang telah maju. Promosi melalui media, baik massa maupun elektronik sebaiknya ditingkatkan.”.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa beliau mengharapkan dilakukannya pelatihan dan pengetahuan tentang kepariwisataan kepada tenaga pekerja
pegawai di lokasi wisata. Dengan pengetahuan yang cukup, para pegawai dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada setiap pengunjung. Selain itu, beliau
berharap supaya kegiatan promosi baik melalui media massa maupun elektronik lebih ditingkatkan lagi terutama kedaerah-daerah wisata yang telah maju. Menurut beliau,
Universitas Sumatera Utara
adalah sangat baik jika Karo dapat mencontoh strategi yang dilakukan oleh daerah- daerah yang telah maju sektor pariwisatanya.
Untuk memperkaya informasi tentang hal diatas, pada kesempatan yang berbada, penulis juga mengajukan pertanyaan yang sama kepada salah satu anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kabupaten Karo, yaitu Bapak Robert Sinuhaji. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah : Apa harapan Bapak terhadap
kesinambungan fungsi objek wisata pemandian air panas ini dimasa mendatang ? Beliau menjawab :
“ Sebenarnya, tidak hanya kawasan wisata pemandian air panas Raja Berneh saja. Sudah seharusnya potensi yang kita miliki harus dimaksimalkan untuk kepentingan
rakyat. Secara khusus untuk objek wisata pemandian air panas sendiri, harus dikembangkan secara berkelanjutan karena keberadaannya yang sudah cukup lama
sekaligus karena objek wisata ini merupakan asset yang cukup potensial. Perhatian Pemda terhadap objek wisata ini harus dilanjutkan lebih intensif ke tingkat provinsi dan
pusat, sehingga anggarandana untuk mengembangkan kawasan wisata ini dapat dilobi. Dengan adanya komunikasi yang baik dengan instansipihak lain, saya rasa akan lebih
baik, kalau bisa diupayakan supaya pada pencairan dana khusus untuk pengembangan objek wisata ini. Pihak Pemda juga maunya membuka diri dengan pihak-pihak LSM
dan pihak swasta. Dengan demikian, pengembangan objek wisata ini dapat maksimal.”
Dari jawaban di atas diketauhi bahwa anggota DPRD sebagai wakil rakyat Kabupaten Karo, mengharapkan agar semua potensi yang dimiliki oleh daerah dapat
dikembangkan untuk kepentingan masyarakat. Beliau mengharapkan dilakukannya pengembangan secara berkelanjutan, terutama untuk objek wisata pemandian air panas
yang merupakan salah satu asset yang cukup berarti bagi daerah. Pemda harus memberikan perhatian yang lebih serius untuk pengembangan objek wisata ini. Beliau
menambahkan bahwa promosi objek wisata pemandian air panas harus semakin ditingkatkan terutama melalui lobi dengan Pemerintah Provinsi atau Pusat, dalam hal ini
instansi terkaita. Beliau berpendapat, jika Pemda dapat mengadakan komunikasi yang baik dengan tingkat provinsi dan pusat, maka anggaran untuk pengembangan objek
wisata tersebut akan lebih mudah didapatkan. Selain itu, beliau juga mengharapkan agar
Universitas Sumatera Utara
pihak Pemda lebih “membuka diri” artinya menerima masukan-masukan dan mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak luar seperti LSM dan swasta. Dengan
menjalin kerjasama dengan pihak-pihak tersebut, maka pengembangan terhadap objek wisata ini akan lebih mudah.
4.2.6. Retribusi dari Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu
Jenis Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari objek wisata pemandian air panas Doulu digolongkan sebagai Restribusi jasa usaha. Untuk memperoleh informasi
tentang pemberlakuan retribusi di objek wisata ini, penulis mengajukan pertanyaan kepada Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata Ibu Eva Angela. Adapun
pertanyaan yang diajukan adalah : Apakah ada peraturan daerah yang mendasari pemungutan yang dilakukan di objek wisata pemandian air panas Doulu ini ? Apa saja
jenis pemasukan yang diperoleh dari objek wisata alam ini ? Beliau menjawab :
“ Peraturan yang mengatur tentang Kepariwisataan di Karo diatur dalam Peraturan Daerah, yaitu Perda No. 36 Tahun 2001 tentang Pariwisata dan Perda No. 11
Tahun 2006 Tentang Retribusi Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan Fasilitas Objek Wisata Raja Berneh. Untuk objek wisata alam dini diberlakukan retribusi jasa usaha
dengan objeknya ; kawasan wisata air panas dan pemanfaatan fasilitas yang ada di lokasi wisata yaitu :
a. Orang
1. Dewasa Rp. 5.000,-orangmasuk
2. Anak – anak Rp. 3.000,-orangmasuk
b. Parkir Kendaran 1. Roda empat
Rp. 4.000,-kendaraanmasuk 2. Roda dua
Rp. 2.000,-kendaraanmasuk c. Penginapan
Rp. 50.000,-kamarmasuk d. Penyewaan celana pendek basahan
Rp. 3000,-buah Jadi, kami membuat karcis dan memberikannya kepada setiap pengunjung”.
Berdasarkan informasi diatas, dapat diketahui bahwa Pemerintah Daerah setempat memiliki Perda yang mengatur kepariwisataan. Jadi dapat diketahui bahwa
dasar pemungutan retribusi di kawasasn wisata tersebut adalah Perda No.11 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2006. Di dalam Perda tersebut diuraikan struktur dan besarnya tarif yang dikenakan kepada setiap pengunjung.
Kemudian penulis ingin mengetahui tentang teknis atau cara kerja Dinas dalam hal pengelolaan pemasukan yang diperoleh dari objek wisata pemandian air panas.
Penulis mengajukan pertanyaan kepada Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata Ibu Pentamauli Pinem. Pertanyaanya adalah : Bagaimana tindak lanjut terhadap
pemasukan yang diperoleh ? Apakah ada tim khusus yang ditugaskan untuk menanggungjawabi pengelolaan tersebut ?
Beliau menjawab : “ Masalah pemasukan ditangani sendiri oleh Staff Khusus Pengelolaan Kawasan
Wisata Pemandian Air Panas. Hasil retribusi yang diperoleh dikumpulkan setiap hari dan langsung disetor ke kas daerah PAD melalui bendaraha penerima. Jadi, staff yag
ada di lokasi mengumpulkan hasilnya setiap sore dan besok paginya langsung disetor ke bendahara penerima untuk disetorkan ke kas daerah. Sampai saat ini, staff disana bisa
mengatur semua proses penerimaan dan penyetoran, jadi tidak ada tim khusus yang membantu mereka karena mereka sanggup melakukannya sendiri.”
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pihak Dinas menangani sendiri pemasukan yang diperoleh dari objek wisata. Tersebut. Pemasukan yang diperoleh
dikumpulkan langsung oleh pegawai staff khusus di lokasi wisata setiap harinya. Selanjutnya hasil yang diperoleh langsung disetor ke bendahara penerima untuk
disetorkan ke kas daerah.
Penulis juga menanyakan pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan di atas kepada salah seorang pegawai staff khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air
Panas, yaitu Bapak Antoni Ginting. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah : Apa saja jenis pemasukan yang di peroleh dari objek wisata ini ? Bagaimana tatacara
pengutipannya ? Apakah melibatkan komponen masyaraka t atau pihak lain ? Bagaimana pula dengan pengawasan terhadap pemasukan yang di peroleh ?
Universitas Sumatera Utara
Beliau menjawab : “ Pemasukan yang diperoleh dari objek wisata ini alaah berupa retribusi masuk
dan pemanfaatan fasilitas seperti yang tertuang dalam Perda No. 11 Tahun 2006. Staff khusus pengelola kawasan wisata ini kan ada empat 4 orang, jadi kami secara
bergiliran mengumpulkan hasil yang diperoleh setiap harinya. Dalam hal pemasukan, kami sendiri yang menanganinya. Kami langsung menyetornya ke bendahara penerima.
Selanjutnya, bendahara penerima akan menyetornya ke kas daerah yang dilakukan setiap minggunya.”
Berdasarkan keterangan diatas, dapat diketahui bahwa retribusi yang diberlakukan di lokasi wisata ini adlaah retribusi masuk dan pemanfaatan fasilitas yang
ada di objek wisata, sesuai dengan Perda. Pengumpulan hasil dari retribusi yang diperoleh dilakukan secara bergantian oleh keempat staff khusus pengelola yang di
lokasi wisata. Pengumpulan hasil yang di peroleh di lakukan setiap harinya. Hasilnya langsung disetor kepada bendahara penerima, kemudian bendahara penerima
menyetorkannya setiap minggu ke kas daerah.
Selanjutnya, penulis ingin mengetahui grafik pemasukan yang diperoleh dari objek wisata pemandian air panas semenjak diberlakukannya Perda No. 11 Tahun 2006,
apakah telah memberikan kntribusi yang berarti kepada PAD. Penulis bertanya kepada Staff Khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas Bapak Edison Barus,
dengan pertanyaan : Menurut Bapak bagaimana grafik pemasukan yang diperoleh dari objek wisata ini sejak diberlakukannya pengelolaan yang terkontrol oleh pemerintah
daerah ? Apakah objek wisata ini telah mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan PAD ?
Beliau menjawabnya : “ Harus diakui bahwa banyak objek wisata di Karo yang bisa menyumbang
lebih banyak pemasukan bagi daerah bila dibandingkan dengan objek wisata air panas. Sumbangan dari sektor jasa maupun perhotelan lebih besar. Namun demikian, tidak bisa
dipungkiri juga bahwa objek wisata air panas ini telah memberikan pemasukan yang signifikan untuk daerah. Memang grafiknya bervariasi setiap tahunnya. Secara umum
Universitas Sumatera Utara
meningkat, di tahun 2008 Dinas menargetkan pemasukan sebesar Rp. 125 juta, dan ternyata realisasinya mencapai Rp. 130,04 juta. Berdasarkan pencapaian yang diperoleh
tahun 2008, Dinas menaikkan target di tahun 2009 menjadi Rp. 150 juta. Realisasinya ternyata mencapai angka Rp. 120,1 juta, atau mengalami penurunan. Menurut kami, ini
lebih banyak dikarenakan kondisi sosial dan perekonomian masyarakat secara umum. Faktor lain mungkin karena kondisi fisik jalan menuju lokasi wisata dan faktor
penerangan jalan, jadi pengunjung banyak yang enggan untuk dating.”
Dari jawaban diatas, dapat diketahui bahwa grafik pemasukan dari objek wisata yang ada Doulu ini bervariasi. Sejak di berlakukannya Perda No. 11 Tahun 2006, objek
wisata pemandian air panas telah memberikan kontribusi yang berari bagi keuangan daerah. Menurut beliau, sektor jasa maupun perhotelan memberikan sumbangan
terbesar bagi daerah, namun kontribusi dari objek wisata ini tetap berarti. Beliau menambahkan bahwa pemasukan objek wisata ini di tahun 2008 melampui target yang
ditetapkan. Target pemasukan di tahun 2008 adalah sebesar Rp. 125 juta, sementara realisasinya mencari Rp. 130,04 juta. Berdasarkan pencapaian tersebut, pihak Dinas
meningkatkan target pemasukan di tahun 2009 menjadi Rp. 150 juta, sedangkan realisasinya adalah Rp. 120,1 juta. Pemasukan dari objek wisata ini mengalami
penurunanl. Menurut analisa beliau, hal ini dipengaruhi oleh kondisi social dan perekonomian masyarakat secara umum, dan juga kondisi jalan yang rusak dan
minimnya penerangan jalan menuju lokasi wisata, yang mengakibatkan wisatawan enggan untuk datang.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang kontribusi objek wisata pemandian air panas terhadap PAD Karo, penulis juga menanyakan pertanyaan yang
sama kepada Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata Ibu Eva Angela. Beliau menjawab :
“ Pemberlakukan Perda No. 11 itukan sejak tahun 2006. Sejak itu objek wisata ini bisa dikatakan telah memberikan dampak positif bagi PAD. Artinya dengan
keberadaan objek wisata ala mini, PAD meningkat. Berdasarkan data pengunjung juga meningkat pesat hanya di tahun 2009 menurun. Menurut saya, penurunan ini karena
Universitas Sumatera Utara
banyak factor, seperti kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit, persepsi masyarakat luar tentang isu terorisme, dan banyak faktor lain.”
Dari keterangan informasi tersebut, dapat diketahui bahwa objek wisata tersebut memang telah memberikan kontribusi positif terhadap PAD Karo. Dengan adanya objek
wista ini, PAD Karo sejak tahun 2006 meningkat. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat dari grafik pengunjung yang datang. Beliau menambahkan bahwa di tahun 2009
jumlah pengunjung menurun. Menurut beliau penurunan ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti kondisi perekonomian masyarakat yang semakin sulit dan isu terorisme di
Indonesia.
Kemudian penulis ingin mengetahui apakah objek wisata pemandian air panas telah dikenal seluruh nusantara. Oleh karena itu, penulis menambahkan pertanyaan
kepada Bapak Edison Barus, dengan bertanya : Dari mana saja asal wisatawan tersebut ?
Beliau menjawab : “ Kebanyakan wisatawan yang datang adalah orang lokal, namun dalam suatu
waktu bisa juga pengunjung yang datang dari luar, seperti Australia. Kebanyakan dari mereka ingin menikmati hangatnya air panas sebelum mendaki gunung Sibayak.”
Berdasarkan keterangan beliau, objek wisata tersebut sudah dikenal banyak orang. Tidak hanya wisatawan lokal, juga ada wisatawan asing, seperti Australia. Bagi
wisatawan yang ingin mendaki gunung Sibayak,mereka membuat objek wisata air panas tersebut sebagai tempat persinggahan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.7. Tabel Perkembangan Pengunjung yang datang ke Objek Wisata Pemandian Air Panas Raje Berneh Doulu.
BULAN TAHUN
2005 2006
2007 2008
JANUARI -
560 598
489 FEBRUARI
- 509
612 601
MARET -
479 588
508 APRIL
- 533
670 490
MEI -
618 679
609 JUNI
- 642
625 611
JULI 581
534 589
489 AGUSTUS
619 481
490 421
SEPTEMBER 496
419 576
444 OKTOBER
507 556
479 509
NOVEMBER 571
497 517
480 DESEMBER
642 631
713 575
JUMLAH 3416
6459 7136
6226
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISA DATA
Pada bab ini akan diuraikan analisis dari data – data yang diperoleh dari hasil penelitian, yaitu data – data yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Teknik analisa
data yang digunakan penulis adalah dengan analisa deskriptif kualitatif, dengan mengacu pada induksi data, interpretasi data, dan konseptualisasi data sesuai dengan
fokus kegiatan penelitian. Penulis akan melakukan analisis berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan selama penelitian di lapangan.
5.1. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh.
Strategi pengembangan objek wisata merupakan pembangunan yang dilakukan secara bertahap, teratur dan berkelanjutan. Pengembangan objek wisata merupakan
bagian dari usaha pembangunan serta kesejahteraan masyarakat. Menurut Marpaung 2002:9, Pengembangan kepariwisataan dilandaskan atas usaha – usaha sebagai
berikut : 1.
Memelihara dan membina keindahan alam dan kekayaan sertad kebudayaan masyarakat Indonesia sebagai daya tarik kepariwisataan,
2. Menyediakan dan membina fasilitas – fasilitas transportasi, akomodasi,
entertainment, dan pelayanan pariwisata lainnya yang diperlukan termasuk pendidikan pegawai.
3. Menyelenggarakan promosi kepariwisataan secara aktif dan efektif di dalam dan di
luar negeri. 4.
Mengusahakan kelancaran formalitas perjalanan dan lalu lintas para wisatawan dan dengan demikian menghilangkan unsur – unsur yang menghambatnya, dan
Universitas Sumatera Utara
5. Menyerahkan kebijaksanaan dan kegiatan perhubungan sebagai sarana utama guna
memperbesar jumlah dan kelancaran arus wisatawan.
Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu merupakan salah satu dari sekian banyak objek wisata yang bisa dikatakan potensial di Kabupaten Karo yang
mendapatkan perhatian besar dari Pemerintah Daerah. Jika dilihat dari usaha – usaha maupun strategi pengembangan yang dilakukan, Pemerintah Daerah dalam hal ini
dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, telah mengupayakan langkah – langkah yang bagus.
Menurut hasil wawancara dengan informan, pengembangan yang dilakukan oleh Dinas meliputi dua 2 hal pokok, yaitu melengkapi seluruh sarana dan prasarana di
kawasan Pemandian Air Panas Raja Berneh sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku, dan membuat pogram – program yang berhubungan dengan pengembangan
pariwisata seperti yang tertuang dalam Renstra 2010 – 2014, yaitu program pengembangan pemasaran pariwisata, program pengembangan destinasi pariwisata dan
program pengembangan kemitraan. Upaya pengembangan tersebut mencerminkan niat serius dari pihak Pemda sendiri untuk memanfaatkan objek wisata Pemandian Air Panas
Raja Berneh secara maksimal. Dengan adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata alam ini, disimpulkan bahwa Pemda
memperhatikan kesinambungan objek wisata ini ke depan. Selain itu, program kerja berjangka seperti yang tertuang dalam Renstra SKPD menjelaskan bahwa Pemda telah
membuat perencanaan tentang program - program yang akan dilaksanakan dalam mengembangkan objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh ini.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Sarana dan Prasarana