Retribusi dari Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu

pihak Pemda lebih “membuka diri” artinya menerima masukan-masukan dan mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak luar seperti LSM dan swasta. Dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak tersebut, maka pengembangan terhadap objek wisata ini akan lebih mudah.

4.2.6. Retribusi dari Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu

Jenis Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari objek wisata pemandian air panas Doulu digolongkan sebagai Restribusi jasa usaha. Untuk memperoleh informasi tentang pemberlakuan retribusi di objek wisata ini, penulis mengajukan pertanyaan kepada Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata Ibu Eva Angela. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah : Apakah ada peraturan daerah yang mendasari pemungutan yang dilakukan di objek wisata pemandian air panas Doulu ini ? Apa saja jenis pemasukan yang diperoleh dari objek wisata alam ini ? Beliau menjawab : “ Peraturan yang mengatur tentang Kepariwisataan di Karo diatur dalam Peraturan Daerah, yaitu Perda No. 36 Tahun 2001 tentang Pariwisata dan Perda No. 11 Tahun 2006 Tentang Retribusi Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan Fasilitas Objek Wisata Raja Berneh. Untuk objek wisata alam dini diberlakukan retribusi jasa usaha dengan objeknya ; kawasan wisata air panas dan pemanfaatan fasilitas yang ada di lokasi wisata yaitu : a. Orang 1. Dewasa Rp. 5.000,-orangmasuk 2. Anak – anak Rp. 3.000,-orangmasuk b. Parkir Kendaran 1. Roda empat Rp. 4.000,-kendaraanmasuk 2. Roda dua Rp. 2.000,-kendaraanmasuk c. Penginapan Rp. 50.000,-kamarmasuk d. Penyewaan celana pendek basahan Rp. 3000,-buah Jadi, kami membuat karcis dan memberikannya kepada setiap pengunjung”. Berdasarkan informasi diatas, dapat diketahui bahwa Pemerintah Daerah setempat memiliki Perda yang mengatur kepariwisataan. Jadi dapat diketahui bahwa dasar pemungutan retribusi di kawasasn wisata tersebut adalah Perda No.11 Tahun Universitas Sumatera Utara 2006. Di dalam Perda tersebut diuraikan struktur dan besarnya tarif yang dikenakan kepada setiap pengunjung. Kemudian penulis ingin mengetahui tentang teknis atau cara kerja Dinas dalam hal pengelolaan pemasukan yang diperoleh dari objek wisata pemandian air panas. Penulis mengajukan pertanyaan kepada Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata Ibu Pentamauli Pinem. Pertanyaanya adalah : Bagaimana tindak lanjut terhadap pemasukan yang diperoleh ? Apakah ada tim khusus yang ditugaskan untuk menanggungjawabi pengelolaan tersebut ? Beliau menjawab : “ Masalah pemasukan ditangani sendiri oleh Staff Khusus Pengelolaan Kawasan Wisata Pemandian Air Panas. Hasil retribusi yang diperoleh dikumpulkan setiap hari dan langsung disetor ke kas daerah PAD melalui bendaraha penerima. Jadi, staff yag ada di lokasi mengumpulkan hasilnya setiap sore dan besok paginya langsung disetor ke bendahara penerima untuk disetorkan ke kas daerah. Sampai saat ini, staff disana bisa mengatur semua proses penerimaan dan penyetoran, jadi tidak ada tim khusus yang membantu mereka karena mereka sanggup melakukannya sendiri.” Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pihak Dinas menangani sendiri pemasukan yang diperoleh dari objek wisata. Tersebut. Pemasukan yang diperoleh dikumpulkan langsung oleh pegawai staff khusus di lokasi wisata setiap harinya. Selanjutnya hasil yang diperoleh langsung disetor ke bendahara penerima untuk disetorkan ke kas daerah. Penulis juga menanyakan pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan di atas kepada salah seorang pegawai staff khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas, yaitu Bapak Antoni Ginting. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah : Apa saja jenis pemasukan yang di peroleh dari objek wisata ini ? Bagaimana tatacara pengutipannya ? Apakah melibatkan komponen masyaraka t atau pihak lain ? Bagaimana pula dengan pengawasan terhadap pemasukan yang di peroleh ? Universitas Sumatera Utara Beliau menjawab : “ Pemasukan yang diperoleh dari objek wisata ini alaah berupa retribusi masuk dan pemanfaatan fasilitas seperti yang tertuang dalam Perda No. 11 Tahun 2006. Staff khusus pengelola kawasan wisata ini kan ada empat 4 orang, jadi kami secara bergiliran mengumpulkan hasil yang diperoleh setiap harinya. Dalam hal pemasukan, kami sendiri yang menanganinya. Kami langsung menyetornya ke bendahara penerima. Selanjutnya, bendahara penerima akan menyetornya ke kas daerah yang dilakukan setiap minggunya.” Berdasarkan keterangan diatas, dapat diketahui bahwa retribusi yang diberlakukan di lokasi wisata ini adlaah retribusi masuk dan pemanfaatan fasilitas yang ada di objek wisata, sesuai dengan Perda. Pengumpulan hasil dari retribusi yang diperoleh dilakukan secara bergantian oleh keempat staff khusus pengelola yang di lokasi wisata. Pengumpulan hasil yang di peroleh di lakukan setiap harinya. Hasilnya langsung disetor kepada bendahara penerima, kemudian bendahara penerima menyetorkannya setiap minggu ke kas daerah. Selanjutnya, penulis ingin mengetahui grafik pemasukan yang diperoleh dari objek wisata pemandian air panas semenjak diberlakukannya Perda No. 11 Tahun 2006, apakah telah memberikan kntribusi yang berarti kepada PAD. Penulis bertanya kepada Staff Khusus Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas Bapak Edison Barus, dengan pertanyaan : Menurut Bapak bagaimana grafik pemasukan yang diperoleh dari objek wisata ini sejak diberlakukannya pengelolaan yang terkontrol oleh pemerintah daerah ? Apakah objek wisata ini telah mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan PAD ? Beliau menjawabnya : “ Harus diakui bahwa banyak objek wisata di Karo yang bisa menyumbang lebih banyak pemasukan bagi daerah bila dibandingkan dengan objek wisata air panas. Sumbangan dari sektor jasa maupun perhotelan lebih besar. Namun demikian, tidak bisa dipungkiri juga bahwa objek wisata air panas ini telah memberikan pemasukan yang signifikan untuk daerah. Memang grafiknya bervariasi setiap tahunnya. Secara umum Universitas Sumatera Utara meningkat, di tahun 2008 Dinas menargetkan pemasukan sebesar Rp. 125 juta, dan ternyata realisasinya mencapai Rp. 130,04 juta. Berdasarkan pencapaian yang diperoleh tahun 2008, Dinas menaikkan target di tahun 2009 menjadi Rp. 150 juta. Realisasinya ternyata mencapai angka Rp. 120,1 juta, atau mengalami penurunan. Menurut kami, ini lebih banyak dikarenakan kondisi sosial dan perekonomian masyarakat secara umum. Faktor lain mungkin karena kondisi fisik jalan menuju lokasi wisata dan faktor penerangan jalan, jadi pengunjung banyak yang enggan untuk dating.” Dari jawaban diatas, dapat diketahui bahwa grafik pemasukan dari objek wisata yang ada Doulu ini bervariasi. Sejak di berlakukannya Perda No. 11 Tahun 2006, objek wisata pemandian air panas telah memberikan kontribusi yang berari bagi keuangan daerah. Menurut beliau, sektor jasa maupun perhotelan memberikan sumbangan terbesar bagi daerah, namun kontribusi dari objek wisata ini tetap berarti. Beliau menambahkan bahwa pemasukan objek wisata ini di tahun 2008 melampui target yang ditetapkan. Target pemasukan di tahun 2008 adalah sebesar Rp. 125 juta, sementara realisasinya mencari Rp. 130,04 juta. Berdasarkan pencapaian tersebut, pihak Dinas meningkatkan target pemasukan di tahun 2009 menjadi Rp. 150 juta, sedangkan realisasinya adalah Rp. 120,1 juta. Pemasukan dari objek wisata ini mengalami penurunanl. Menurut analisa beliau, hal ini dipengaruhi oleh kondisi social dan perekonomian masyarakat secara umum, dan juga kondisi jalan yang rusak dan minimnya penerangan jalan menuju lokasi wisata, yang mengakibatkan wisatawan enggan untuk datang. Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang kontribusi objek wisata pemandian air panas terhadap PAD Karo, penulis juga menanyakan pertanyaan yang sama kepada Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata Ibu Eva Angela. Beliau menjawab : “ Pemberlakukan Perda No. 11 itukan sejak tahun 2006. Sejak itu objek wisata ini bisa dikatakan telah memberikan dampak positif bagi PAD. Artinya dengan keberadaan objek wisata ala mini, PAD meningkat. Berdasarkan data pengunjung juga meningkat pesat hanya di tahun 2009 menurun. Menurut saya, penurunan ini karena Universitas Sumatera Utara banyak factor, seperti kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit, persepsi masyarakat luar tentang isu terorisme, dan banyak faktor lain.” Dari keterangan informasi tersebut, dapat diketahui bahwa objek wisata tersebut memang telah memberikan kontribusi positif terhadap PAD Karo. Dengan adanya objek wista ini, PAD Karo sejak tahun 2006 meningkat. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat dari grafik pengunjung yang datang. Beliau menambahkan bahwa di tahun 2009 jumlah pengunjung menurun. Menurut beliau penurunan ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti kondisi perekonomian masyarakat yang semakin sulit dan isu terorisme di Indonesia. Kemudian penulis ingin mengetahui apakah objek wisata pemandian air panas telah dikenal seluruh nusantara. Oleh karena itu, penulis menambahkan pertanyaan kepada Bapak Edison Barus, dengan bertanya : Dari mana saja asal wisatawan tersebut ? Beliau menjawab : “ Kebanyakan wisatawan yang datang adalah orang lokal, namun dalam suatu waktu bisa juga pengunjung yang datang dari luar, seperti Australia. Kebanyakan dari mereka ingin menikmati hangatnya air panas sebelum mendaki gunung Sibayak.” Berdasarkan keterangan beliau, objek wisata tersebut sudah dikenal banyak orang. Tidak hanya wisatawan lokal, juga ada wisatawan asing, seperti Australia. Bagi wisatawan yang ingin mendaki gunung Sibayak,mereka membuat objek wisata air panas tersebut sebagai tempat persinggahan. Universitas Sumatera Utara 4.2.7. Tabel Perkembangan Pengunjung yang datang ke Objek Wisata Pemandian Air Panas Raje Berneh Doulu. BULAN TAHUN 2005 2006 2007 2008 JANUARI - 560 598 489 FEBRUARI - 509 612 601 MARET - 479 588 508 APRIL - 533 670 490 MEI - 618 679 609 JUNI - 642 625 611 JULI 581 534 589 489 AGUSTUS 619 481 490 421 SEPTEMBER 496 419 576 444 OKTOBER 507 556 479 509 NOVEMBER 571 497 517 480 DESEMBER 642 631 713 575 JUMLAH 3416 6459 7136 6226 Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISA DATA

Pada bab ini akan diuraikan analisis dari data – data yang diperoleh dari hasil penelitian, yaitu data – data yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah dengan analisa deskriptif kualitatif, dengan mengacu pada induksi data, interpretasi data, dan konseptualisasi data sesuai dengan fokus kegiatan penelitian. Penulis akan melakukan analisis berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan selama penelitian di lapangan.

5.1. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh.