2. Fungsi ekskretori. Produksi empedu dilakukan oleh sel hepar bilirubin, kolestrol, dan garam empedu. Ke dalam empedu juga diekskresikan zat yang berasal dari
luar tubuh seperti logam-logam berat, bermacam zat warna, dan lain-lain. 3. Fungsi pertahanan tubuh. Detoksikasi racun siap untuk dikeluarkan dan tubuh
melakukan fagositosis terhadap benda asing dan langsung membentuk antibodi. Bila hepar rusak maka berbagai racun akan meracuni tubuh.
4. Pengaturan dalam peredaran darah. Hepar berperan membentuk darah serta heparin di hepar dan juga berfungsi mengalirkan darah ke jantung. Di dalam hepar
sel darah merah akan rusak karena adanya sel-sel sistem retikulo endothelium RES. Perusakan ini juga terjadi dalam limpa dan sumsum tulang.
5. Hepar membentuk asam empedu. Dari kolesterol terbentuk pigmen-pigmen empedu, terutama dari hasil perusakan hemoglobin.
2.5.3 Kelainan Hepar Karena Obat dan Bahan Toksik
Hepar berfungsi sebagai alat detoksifikasi terhadap berbagai bahan yang dicerna oleh usus termasuk obat-obatan dan bahan toksik lainnya. Pemberian obat-obatan yang
berlebihan dan bahan toksik yang dimakan tanpa disadari dapat menimbulkan kelainan patologik parenkim hepar seperti nekrosis berat, hepatitis kronik ataupun
sirosis hepatitis Tambunan, 1994. Pada umumnya senyawa kimia yang digunakan hepar untuk mengonjugasikan obat dan toksin larut lemak, misalnya protein plasma,
disintesis oleh hepar. Pada hepar yang kurang berfungsi baik suplai senyawa-senyawa tersebut menjadi tidak kuat Corwin, 2008. Kerusakan hepar karena zat toksik
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis zat kimia yang terlibat, dosis yang diberikan, dan lamanya paparan zat tersebut Amalina, 2009.
2.5.4 Jenis-Jenis Kerusakan Hepar
Hepar berfungsi untuk menampung, mengubah, menimbun metabolit, menetralisasi, dan mengeluarkan substansi toksik Junqueira et al.,1997. Toksikan dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan berbagai efek toksik pada berbagai organel dalam sel hepar sehingga dapat mengakibatkan berbagai jenis kerusakan seperti berikut ini.
a. Degenerasi
Menurut Tambunan, 1994, degenerasi lemak atau perlemakan hepar merupakan degenerasi yang paling sering ditemukan. Sitoplasma membengak, berisi
lemak dan inti terdesak ke pinggir. Pada degenerasi lemak dapat terjadi perubahan sekunder yaitu atrofi ataupun nekrosis hepatosit. Degenerasi hidropik yaitu satu atau
kelompok hepatosit yang membengkak, siptoplasma jernih berbentuk balon dan kadang-kadang disebut degenerasi balon. Kelainan ini ada hubungannya dengan
gangguan fungsi hepar dan kemungkinan sifatnya reversibel.
b. Nekrosis
Nekrosis hepar adalah kematian hepatosit. Pada umumnya nekrosis merupakan kerusakan akut. Beberapa zat kimia telah dilaporkan menyebabkan nekrosis hepar.
Nekrosis hepar merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis karena sel hepar mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali yang luar biasa
Lu, 1994.
2.5.5 Regenerasi Hepar
Meskipun merupakan organ yang sel-selnya diperbarui secara lambat, hepar memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa. Hilangnya jaringan hepar akibat
tindakan bedah atau oleh kerja substansi toksik memicu mekanisme yang merangsang sel-sel hepar membelah, sampai masa jaringan aslinya pulih kembali. Pada tikus,
hepar dapat memulihkan kehilangan sampai 75 beratnya dalam waktu 1 bulan. Pada manusia, kemampuan ini berkurang. Jaringan hepar yang diregenerasi umumnya
serupa dengan jaringan yang hilang. Namun bila kerusakan itu terjadi terus menerus, maka
terbentuk banyak
jaringan ikat
bersama regenerasi
sel hepar
Junquiera et al, 1997.
Universitas Sumatera Utara