Faktor Stress dan Tingkat Mobilisasi Dini

gizinya, misalnya makan daging ayam gulai, daging sapi,dan sup kambing. Nilai dan kepercayaan suku Jawa, ibu pasca seksio sesarea dianjurkan untuk duduk sinden dan keluarga selalu mengingatkan untuk mengontrol pergerakan karena alasan estetika, maksudnya agar organ reproduksi dan tubuh ibu tetap dalam kondisi baik, Ibu minum jamu untuk dapat memperlancar ASI dan agar ibu tetap cantik dan awet muda.

d. Faktor Stress dan Tingkat Mobilisasi Dini

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara stress dengan tingkat mobilisasi dini dengan arah korelasi negatif berlawanan arah dengan r = -0,473 dan p = 0,001 artinya semakin tinggi stress yang dialami pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea maka tingkat mobilisasi dini semakin rendah dan sebaliknya jika semakin rendah stress yang dialami pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea maka tingkat mobilisasi dini semakin tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Judha 2010 , hubungan faktor stres dan tingkat mobilisasi dapat menjelaskan kondisi psikologis seseorang dapat memudahkan perilaku yang dapat menurunkan aktivitas mobilisasi. Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak termotivasi dan harga diri rendah akan mengalami kesulitan dalam mobilisasi. Orang yang stres sering tidak tahan melakukan aktivitas Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sehingga lebih mudah lelah karena mengeluarkan energi cukup besar dalam ketakutan dan kecemasannya. Akhirnya, pasien mengalami keletihan secara fisik dan emosi. Pada saat seseorang mengalami stres maka memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi yang dapat berakibat mempercepat kekejangan arteri koroner, suplai darah ke otot jantung terganggu, rasa sakit akibat nyeri semakin kuat sehingga dapat menghambat pasien untuk dapat melakukan mobilisasi. Namun sebaliknya dalam kondisi rileks, justru bisa memancing keluarnya hormon endorfin penghilang rasa sakit yang alami di dalam tubuh . Menurut Nugroho 2008, stres yang dialami oleh pasien pasca bedah abdomen berupa gangguan psikologis ansietas. Ansietas yang berlebihan dapat menjadi pencetus pasien tidak dapat melakukan mobilisasi dini. Ansietas atau cemas timbul karena pasien merasakan nyeri sehingga pasien takut untuk bergerak mobilisasi, takut cedera akibat pembedahan dan kurangnya pengetahuan tentang prosedur mobilisasi yang didapatkan dari tenaga medis pre operatif. Stres dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh pada saat stres peningkatan respons saraf simpatik memicu peningkatan tekanan darah dan terkadang disertai dengan kadar kolesterol darah. Orang yang mudah stres akan lebih berisiko akan sulit melakukan mobilisasi dibandingkan dengan seseorang yang tidak mudah mengalami stres. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2.3 Keterbatasan Penelitian 1 Sampel