2.1.2 Rentang Gerak Dalam mobilisasi
Menurut Carpenito 2000 dalam mobilisasi terdapat 3 rentang gerak:
2.1.2.1 Rentang gerak pasif berguna untuk menjaga kelenturan otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif. Misalnya: perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien. 2.1.2.2
Rentang gerak aktif, untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif.
Misalnya: berbaring, pasien menggerakkan kakinya. 2.1.2.3
Rentang gerak fungsional, untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan Alimul
A, 2009, hlm 173.
2.1.3 Jenis Mobilisasi
2.1.3.1 Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang. 2.1.3.2
Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu
bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya: dislokasi sendi dan tulang.
Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,
poliomyelitis karena terganggunya sistem syaraf motorik dan sensorik Alimul, 2009, hlm 174.
Menurut Kozier 1995, latihan mobilisasi dini mencakup latihan isotonik, latihan isometrik, dan latihan ambulasi. Latihan
isotonik meliputi pergerakan yang dapat meningkatkan kontraksi otot pasien. Kontraksi otot dikategorikan berdasarkan tujuan
fungsional, yaitu: bergerak, menahan atau menstabilkan bagian- bagian tubuh. Pada tekanan konsentrik, meningkatnya kontraksi otot
menyebabkan tulang memendek, sehingga terjadi gerakan; misalnya saat pasien menggunakan otot trapezium atas untuk bangun dari
tempat tidur. Tekanan esentrik membantu mengontrol kecepatan dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
arah gerakan. Pada contoh : otot trapezium atas, pasien duduk di tempat tidur dengan lambat. Penurunan ini, dikontrol saat otot
antagonis memanjang. Reaksi otot konsentrik dan esentrik sangat penting untuk pergerakan aktif sehingga latihan ini disebut latihan
isotonik atau dinamik Kozier, et al. 1995, hlm 998 -1000. Latihan isotonik yang harus dilakukan adalah pasien berada
dalam posisi terlentang, pasien mengencangkan otot-otot abdomen, pasien menekuk dan mengontraksikan otot-otot paha dengan
mengangkat satu lutut dengan perlahan ke arah dada, pasien mengulangi sekurang-kurangnya lima kali untuk setiap tungkai
sesuai kemampuan pasien . Latihan isometrik mencakup : Abdominal
setting yaitu pasien meletakkan satu tangan pada abdomen ketika pasien menegangkan otot abdomen, otot-otot abdomen akan
berkontraksi dan ditahan selama 10 detik, lalu dilepaskan; Quadriseps setting: pasien mengontraksikan otot-otot panjang pada
paha, selama 10 detik ditahan dan dilepaskan; Gluteal setting: pasien
mengontraksikan otot-otot bokong bersama-sama, selama 10 detik ditahan dan dilepaskan. Pasien mengulangi latihan ini 5-10 kali
sesuai kemampuan. Latihan ambulasi dini terdiri dari: pasien merubah posisi miring kanan dan miring kiri Kozier, et al. 1995,
hlm 998 -1000, Perry Potter, 2010, hlm 472 . Demonstrasi latihan pasca laparotomi dan seksio sesarea yaitu:
pernafasan diafragma, spirometri insentif, batuk terkontrol ,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
berpindah, dan olahraga kaki Perry Potter, 2010, hlm 711-715, Smeltzer, 2002, hlm 437-438 . Tabel berikut menguraikan langkah-
langkah latihan yang membantu mobilisasi dini pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea.
TABEL 1. LATIHAN PASCA OPERASI Langkah
Rasional
1. Kaji resiko komplikasi
pernafasan klien pascaoperasi. Tinjau riwayat
medis untuk mengidentifikasi kondisi
paru kronis misalnya: emfisema, asma, setiap
kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada,
riwayat merokok, dan kurangnya Hb
Selama anestesi umum, paru-paru belum sepenuhnya mengembang
selama operasi dan refleks batuk tertekan sehingga mengumpulkan
lendir di bagian dalam saluran udara. Setelah operasi, klien mungkin telah
mengurangi volume paru-paru dan membutuhkan upaya yang lebih besar
untuk batuk dan bernafas dalam; ekspansi paru-paru yang tidak
memadai dapat menyebabkan atelektasis dan pneumonia. Kondisi
paru-paru kronis sebelumnya meningkatkan resiko klien untuk
mengembangkan kompilasi pernafasan. Merokok merusak silia
yang bertugas membersihkan saluran pernafasan dan meningkatkan sekresi
lendir. Berkurangnya kadar hemoglobin menyebabkan oksigen
tidak memadai.
2. Kaji kemampuan untuk batuk
dan bernafas dalam dengan menyuruh klien mengambil
nafas dalam, amati pergerakan, bahu dan dinding
dada.Ukur ekskursi dada selama nafas dalam. Minta
klien untuk batuk setelah mengambil nafas dalam.
Mengungkapkan potensi maksimum ekspansi dada dan kemampuan untuk
batuk; digunakan sebagai dasar untuk melakukan mobilisasi setelah operasi.
3. Kaji resiko pembentukan
trombus pascaoperasi misalnya: klien lansia,
Statis vena, hiperkoagulabilitas dan trauma vena memunculkan
pembentukan trombus secara simultan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mereka yang memiliki kanker yang aktif dan klien yang
imobilisasi. Perhatikan untuk kelembutan daerah sepanjang
distribusi sistem vena, bengkak betispaha, pitting
edema di kaki simptomatik, dan vena superfisial kolateral.
Lewis et al. 2007. Setelah anastesi umum,sirkulasi melambat dan ketika
tingkat aliran darah melambat, ada kecenderungan pembentukan
gumpalan. Immobilisasi mengakibatkan penurunan kontraksi
otot di bawah kaki, yang menyebabkan statis vena.
4. Kaji kemampuan klien untuk
bergerak secara mandiri ketika di tempat tidur
Menentukan adanya keterbatasan pergerakan
5. Jelaskan latihan pascaoperasi
kepada klien termasuk pentingnya pemulihan dan
manfaat fisiologis
Informasi memungkinkan klien utnuk memahami pentingnya latihan dan
dapat memotivasi melakukan mobilisasi
6.
Demonstrasikan latihan a Pernafasan diafragma
- Bantu klien berada dalam
posisi duduk yang nyaman di sisi tempat tidur
- Berdiri atau duduk
berhadapan dengan klien -
Klien menempatkan telapak tangan bersilangan
satu sama lain, ke bawah dan di sepanjang batas
bawah tulang rusuk anterior. Klien meletakkan
ujung jari ketiga dengan lembut
- Klien mengambil nafas
lambat dan nafas dalam, menghirup melalui hidung
dan klien mendorong perut melawan tangan
- Klien terus bernafas lambat
dan panjang saat hitungan ketiga, klien membuang
nafas perlahan melalui mulut seperti mulut seakan
meniup sebuah lilin bibir kerucut
- Posisi tegak memungkinkan
ekskursi diafragmatik
- Biarkan klien mengamati latihan
pernafasan -
Posisi tangan memungkinkan klien merasa gerakan dada dan perut
ketika diafragma turun dan paru- paru berkembang
- Mengambil nafas lambat dan dalam,
mencegah klien terengah-engah atau hiperventilasi. Menghirup melalui
hidung dapat menghangatkan, melembabkan dan menyaring udara.
- Memungkinkan untuk
mengeluarkan semua udara secara bertahap
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
- Klien mengulangi latihan
pernafasan tiga sampai lima kali
- Klien mengambil 10 kali
nafas lambat setiap jam
b Spirometer Insentif SI
- Klien mengambil posisi
semi fowler -
Klien menghirup perlahan dan mempertahankan aliran
konstan melalui unit, berusaha untuk mencapai
inspirasi maksimal, klien menahan nafas terus
selama 3-5 detik, lalu membuang nafas
perlahan.Jumlahnya tidak melebihi 10-12 kali persesi.
- Klien bernafas secara
normal untuk periode singkat diantara 10 nafas
pada SI
- Klien mengulangi latihan
sampai tujuan tercapai -
Klien mengakhiri dengan dua batuk setelah akhir
nafas 10 SI.
c Batuk terkontrol -
Klien mengambil posisi semi fowler
- Klien mengambil nafas
lambat dan dalam,menghirup melalui
hidung dan membuang melalui mulut. Jumlahnya
2x berturut-turut.
- Selama latihan pernafasan,
klien menekan lembut daerah insisi untuk
membelat atau mendukungnya dengan
menggunakan bantal. -
Pengulangan latihan memperkuat proses belajar
- Nafas dalam secara teratur
mencegah komplikasi pasca operasi seperti atelektasis dan pneumonia.
- Meningkatkan ekspansi paru
optimal selama latihan pernafasan -
Menjaga inspirasi secara maksimal dan mengurangi resiko keruntuhan
progresif dari alveoli seseorang. Nafas lambat mencegah atau
mengurangi nyeri akibat perubahan tekanan mendadak
dalam dada.
- Mencegah hiperventilasi dan
kelelahan
- Memastikan penggunaan
spirometer dengan benar -
Batuk akan membantu memobilisasi sekresi paru.
- Posisi memfasilitasi ekskursi
diafragma dan meningkatkan ekspansi dada.
- Nafas dalam mengembangkan
paru-paru sepenuhnya sehingga udara bergerak ke belakang lendir
dan memfasilitasi efek batuk
- Latihan pernafasan dalam dan
batuk dapat menyebabkan stress tambahan pada garis jahitan dan
meyebabkan ketidaknyamanan. Belat insisi dengan tangan
memberikan dukungan kuat dan mengurangi tarikan insisional
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
- Klien menarik nafas dalam
tiga kali dan menahan nafas saat hitungan ke tiga.
Kemudian membatukkan secara penuh selama dua
atau tiga kali berturut-turut
d Berpindah -
Klien mengambil posisi telentang dan pindah ke sisi
tempat tidur. Klien bergerak menekuk lutut
dan menekan tumit melawan kasur untuk
mengangkat dan memindahkan
pantat.Pembatas di kedua ssi tempat tidur harus
dalam keadaan berdiri.
- Klien menempatkan tangan
kanan di atas daerah insisi untuk membelatnya.
- Klien untuk menjaga kaki
kanan tetap lurus dan tekuk lutut kiri ke atas
- Klien memegang sisi kanan
pegangan tempat tidur dengan tangan kiri, tarik ke
kanan, dan klien berguling ke sisi kanan.
- Klien berpindah setiap 2
jam
e Latihan kaki -
Klien terlentang ditempat tidur. Klien menunjukkan
latihan kaki dengan melakukan latihan rentang
gerak pasif
- Klien memutar tiap mata
kaki dengan lingkaran penuh. Klien mengulangi
sebanyak 5 kali
- Klien melakukan
dorsofleksi dan fleksiplantar pada kedua
kaki. Klien mengulangi -
Posisi di mulai pada sisi tempat tidur sehingga berbalik ke sisi lain
tidak akan menyebabkan klien meluncur arah tepi tempat tidur
- Mendukung dan meminimalkan
tarikan garis jahitan selama berpindah.
-
Kaki lurus menstabilkan posisi klien. Kaki kiri tertekuk mengubah
titik berat untuk memudahkan berpindah.
- Menarik ke sisi tempat tidur
mengurangi usaha yang diperlukan untuk berpindah.
- Mengurangi resiko komplikasi
vaskular
- Memberikan posisi normal
anatomi ekstremitas bawah -
Latihan kaki mempertahankan mobilitas sendi dan
mempromosikan vena kembali untuk mencegah trombus.
- Meregangkan dan
mengontraksikan otot gastrocnemius
- Kontraksi otot kaki bagian atas,
mempertahankan mobilitas lutut dan meningkatkan aliran vena
balik venous return
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sebanyak 5 kali -
Klien melakukan latihan kuadrisep dengan
mengencangkan paha dan membawa lutut ke arah
kasur , kemudian relaksasi. Klien mengulangi
sebanyak 5 kali
- Klien secara bergantian
mengangkat masing- masing kakilurus ke atas
dari permukaan tempat tidur , kaki tetap lurusdan
kemudian klien membengkokkan kaki pada
pinggul dan lutut. Klien mengulangi sebanyak 5
kali -
Mempromosikan kontraksi dan relaksasi otot quadriceps
Sumber: Perry Potter, 2010, hlm 711-716
2.1.4 Gangguan Mobilisasi Pasien di Tempat Tidur