Stress Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seseorang untuk mampu melakukan mobilisasi.

2.1.6.4 Stress

Stress adalah respon fisik, emosi, dan mental terhadap peristiwa kondisi yang bervariasi ketika berhadapan dengan sesuatu yang tidak pasti, tidak menyenangkan, menakutkan atau membingungkan Bradley, 1997. Menurut Fabella 1993, stress adalah ekspresi seseorang terhadap suatu hal yang dapat menyerang siapa saja dan terjadi baik di rumah sakit, tempat kerja, di rumah dan lain-lain. Stress adalah berbagai situasi dimana adanya tuntutan yang mengharuskan individu untuk merespo atau mengambil tindakan. Stress merupakan reaksi individu baik secara fisik maupun mental terhadap tuntutan dan tekanan dari lingkungannya. Stress dapat mengancam pandangan umum seseorang terhadap kehidupan, perilaku terhadap orang yang dicintainya, kemampuan untuk mengatasi masalah dan status kesehatan Lindsay Carrieri, 1986 dikutip dari Potter Perry 2010. Kondisi psikologis seseorang dapat memudahkan perilaku yang dapat menurunkan aktivitas mobilisasi. Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak termotivasi dan harga diri rendah akan mengalami kesulitan dalam mobilisasi. Orang yang stress sering tidak tahan melakukan aktivitas sehingga lebih mudah lelah karena Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mengeluarkan energi cukup besar dalam ketakutan dan kecemasannya. Akhirnya, pasien mengalami keletihan secara fisik dan emosi. Pada saat seseorang mengalami stress maka memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi yang dapat berakibat mempercepat kekejangan arteri koroner, suplai darah ke otot jantung terganggu, rasa sakit akibat nyeri semakin kuat sehingga dapat menghambat pasien untuk dapat melakukan mobilisasi. Namun sebaliknya dalam kondisi rileks, justru bisa memancing keluarnya hormon endorfin penghilang rasa sakit yang alami di dalam tubuh Judha, 2010, hlm 81. Stress yang dialami oleh pasien pasca bedah abdomen berupa gangguan psikologis ansietas. Ansietas yang berlebihan dapat menjadi pencetus pasien tidak dapat melakukan mobilisasi dini. Ansietas adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami seseorang Nugroho, 2008, hlm 122. Stuart, 2000 menyatakan bahwa ansietas adalah pengalaman subjektif emosional, tanpa objek yang spesifik, yang ditimbulkan oleh sesutu yang tidak diketahui dan menjadi pengalaman baru. Kecemasan membuat kondisi emosi pasien tidak stabil dan menyebabkan kelelahan mental. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri. Stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang dapat memproses reaksi emosi seseorang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara terhadap nyeri yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri Judha, 2010, hlm 7. Ansietas atau cemas timbul karena pasien merasakan nyeri sehingga pasien takut untuk bergerak mobilisasi, takut cedera akibat pembedahan dan kurangnya pengetahuan tentang prosedur mobilisasi yang didapatkan dari tenaga medis pre operatif. Stress dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh pada saat stress peningkatan respons saraf simpatik memicu peningkatan tekanan darah dan terkadang disertai dengan kadar kolesterol darah. Orang yang mudah stress akan lebih berisiko akan sulit melakukan mobilisasi dibandingkan dengan seseorang yang tidak mudah mengalami stress. Misalnya, kebanyakan dari pasien post laparotomi dan seksio sesarea mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada posisi tertentu pasca pembedahan akan mempengaruhi luka operasi yang masih belum sembuh. Kekhawatiran ansietas ini dapat meningkatkan ketidakmampuan untuk melakukan mobilisasi Kozier,et al.1995; Oswari, 2000, hlm 30. Ketika pasien merasakan terlalu sakit atau nyeri maka pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini dan memilih untuk istirahat di tempat tidur . Smeltzer 2002 menyatakan bahwa tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif tergantung pada anggapan fisiologi dan psikologi individu, toleransi yang ditimbulkan untuk nyeri, letak Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara insisi, sifat prosedur, kedalaman trauma bedah,dan jenis agen anestesia. Selain itu, pasien yang tidak mengetahui manfaat mobilisasi dini dan tidak mendapatkan informasi dari perawat cenderung tidak melakukan mobilisasi Kozier,et al.1995, hlm 970; Smeltzer, S, 2002, hlm 469.

2.2. Laparatomi