Faktor Gangguan Neuromuskuloskeletal dan Tingkat Mobilisasi Dini Faktor Gaya Hidup dan Tingkat Mobilisasi Dini

kegiatan spiritual seperti, sholat, berdoa, beribadah dan kegiatan spiritual lainnya. Hal yang bernuansa agama dapat memacu adrenalin untuk melakukan mobilisasi dini dan memotivasi pasien untuk meningkatkan inisiatif melakukan mobilisasi dini. Tingkat pendidikan responden adalah mayoritas berpendidikan tinggi Diploma III dan Sarjana sebanyak 19 orang 39,6 . Tingkat pendidikan juga mempengaruhi individu untuk melakukan mobilisasi dini. Pemahaman akan pentingnya mobilisasi dini dapat membantu prose pemulihan luka pasca laparotomi dan seksio sesarea dan mempersiapkan pasien pulang. Pekerjaan wiraswasta adalah jenis pekerjaan terbanyak dari keseluruhan responden dengan jumlah 19 orang 39,6 . Berdasarkan berat badan, sebanyak 22 orang 45,8 mayoritas responden berada pada rentang 57 kg – 68 kg dan tinggi badan responden sebanyak 23 orang 47,9 berada pada rentang 150 cm – 159 cm. Jenis operasi yang dilakukan adalah seksio sesarea sebanyak 24 orang 50 dan laparotomi 24 orang 50. 2.2 Tingkat Mobilisasi Dini Pasien Pasca Laparatomi dan Seksio Sesarea dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya di RSUD dr. Pirngadi Medan

a. Faktor Gangguan Neuromuskuloskeletal dan Tingkat Mobilisasi Dini

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara gangguan neuromuskuloskeletal dengan tingkat mobilisasi dini dengan arah korelasi negatif berlawanan arah dengan r = -0,412 dan p = 0,004 artinya semakin banyak gangguan neuromuskuloskeletal maka tingkat mobilisasi dini pasien semakin rendah dan sebaliknya jika semakin Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sedikit gangguan neuromuskuloskeletal maka tingkat mobilisasi dini pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea semakin tinggi. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Berger dan Williams 1992 yang menyatakan bahwa semakin banyak gangguan permanen atau temporer yang terjadi pada sistem neuromuskuloskeletal dapat membatasi aktivitas individu untuk melakukan mobilisasi dini. Pasien dengan gangguan sistem neuromuskuloskeletal mengalami penurunan fungsi tubuh, seperti fungsi sumsum tulang yang terganggu sehingga pasien mudah lemas dan lelah, akhirnya pasien sulit untuk melakukan mobilisasi dini. Penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Taylor, Lilis dan Lemone 2000, yang menyatakan bahwa kemampuan individu untuk melakukan mobilisasi dini dipengaruhi oleh keadaan baik atau buruknya sistem neuromuskuloskeletal dan fungsi sistem tubuh secara menyeluruh. Menurut peneliti, semakin banyak gangguan sistem neuromuskuloskeletal akan mempengaruhi ketidakmampuan pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea untuk melakukan mobilisasi dini. Abnormalitas postur, gangguan perkembangan otot, kerusakan sistem syaraf dan trauma langsung pada sistem musculoskeletal dapat membatasi rentang gerak pasien. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

b. Faktor Gaya Hidup dan Tingkat Mobilisasi Dini

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara gaya hidup dengan tingkat mobilisasi dini dengan arah korelasi positif searah dengan r = 0,448 dan p = 0,001 artinya semakin besar nilai gaya hidup pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea maka tingkat mobilisasi dini semakin tinggi dan sebaliknya jika nilai gaya hidup pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea semakin kecil maka tingkat mobilisasinya rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Kozier 1995 yang menyatakan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur minimal 3 kali setiap minggu dapat mempercepat proses penyembuhan pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea. Olahraga dapat merangsang aktifnya neurotransmiter dan menstimulasi kekuatan otot abdomen. Aktivitas fisik dapat membuka saluran pembuluh darah baru di sekitar pembuluh darah yang tersumbat sehingga darah mengalir dengan lancar kembali. Pasien yang aktif bergerak berbeda dengan pasien yang pasif pergerakkannya. Penelitian ini juga didukung oleh Craven dan Hirnle 2000 yang menyatakan bahwa, aktifitas fisik dan latihan fisik secara teratur akan meningkatkan massa otot, kekuatan abdominal dan perineal sehingga dapat mempercepat proses pemulihan dan mengurangi resiko konstipasi pada pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Selain itu, Meshkinpour 2005, melalui penelitiannya berpendapat bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat mempercepat penyembuhan dan mengurangi waktu rawat inap pasien pasca laparotomi dan seksio sesarea.

c. Faktor Nilai dan Kepercayaan dan Tingkat Mobilisasi Dini