Gangguan Sistem Neuromuskuloskeletal Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

postur, gangguan perkembangan otot, kerusakan pada sistem syaraf sentral dan trauma langsung pada sistem muskuloskeletal. Pada umumnya, pendapat – pendapat ini mempunyai kesamaan tujuan. Berdasarkan hasil telaah, peneliti menyimpulkan bahwa ada faktor yang mempengaruh mobilisasi yaitu: gangguan sistem neuromuskuloskeletal, gaya hidup, nilai dan kepercayaan dan stress.

2.1.6.1 Gangguan Sistem Neuromuskuloskeletal

Gangguan sistem neuromuskuloskeletal terdiri dari: abnormalitas postur, gangguan perkembangan otot, kerusakan pada sistem syaraf sentral dan trauma langsung pada sistem muskuloskeletal. Abnormalitas Postur adalah kelainan postur yang mempengaruhi efisiensi sistem muskuloskeletal, kesejajaran, keseimbangan, dan penampilan tubuh. Postur yang abnormal dapat menyebabkan nyeri , ketidaksejajaran, dan imobilisasi atau keduanya. Tabel berikut ini adalah postur abnormal yang dapat ditemui pada pasie Tabel 2. Postur Yang Abnormal Abnormalitas Deskripsi Penyebab Terapi yang dilakukan Lordosis Memicu lengkung konveks anterior pada spina lumbar Keadaan kongenitalkeadaan kontemporer misalnya kehamilan Latihan meregangkan spina Kifosis Meningkatkan konveksitas pada lengkung thoraks Keadaan kongenital, osteoporosis Latihan meregangkan spina, tidur tanpa Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara bantal, menggunakan bed board Skoliosis Kolumna spinalis berbentuk S atau C dengan rotasi vertebra, tinggi pinggul yang tidak sama dengan tinggi bahu Keadaan kongenital, gangguan pada jaringan penghubung dan neuromuskular Hampir separuh dari anak-anak membutuhkan tindakan pembedahan, terapi non pembedahan adalah dengan braces dan latihan Clubfoot 95 :deviasi medial dan plantar fleksi pada kaki ekuinavorus 5 : deviasi lateraldan dorsifleksi kalkanovalgus Keadaan kongenital Gips, Footdrop Ketidakmampuan melakukan dorsofleksi dan inversi kaki paada gangguan saraf peroneal Keadaan kongenital, trauma, posisi klien imobilisasi yang tidak tepat Tidak ada tidak bisa dikoreksi Sumber Perry Potter, 2010, hlm 474 - 475. Smeltzer 2002 menyatakan bahwa kifosis sering dijumpai pada usia lanjut dengan osteoporosis dan pada pasien dengan penyakit neuromuskular. Skoliosis bisa kongenital, idiopatik tidak diketahui penyebabnya, atau akibat kerusakan otot paraspinal, seperti pada penderita poliomielitis. Skoliosis ditandai dengan kurvatura lateral abnormal tulang belakang, bahu tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetris dan skapula menonjol. Lordosis biasa dijumpai pada saat kehamilan karena penderita berusaha menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat gaya berat. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Postur yang abnormal membatasi rentang gerak Smeltzer, 2002, hlm 2272- 2273. Pengetahuan tentang karakteristik, penyebab dan terapi postur yang abnormal dibutuhkan untuk mengangkat dan memosisikan klien. Perawat memberikan intervensi untuk mempertahankan rentang gerak maksimum pada sendi yang tidak sakit, kemudian merencanakanintervensi untuk memperkuat otot dan sendi yang sakit, meningkatkan postur klien dan secara adekuat menggunakan kelompok otot yang sakit dan tidak sakit. Rujukan atau kolaborasi dengan terapi fisik meningkatkan intervensi perawat pada klien dengan postur yang abnormal Perry Potter, 2010, hlm 473. Gangguan Perkembangan Otot adalah sekelompok gangguan yang diturunkan sehingga menyebabkan degenerasi serat otot rangka. Misalnya distrofi yang sering dialami pada masa kanak-kanak. Klien dengan distrofi otot mengalami kelemahan yang progresif, kelemahan yang simetris dan menyia-nyiakan sekelompok otot rangka, dimana akan meningkatkan ketidakmampuan dan deformitas McCance dan Huether, 2005. Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi dan ukuran masing-masing otot. Kelemahan otot menunjukkan berbagai macam kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit khususnya kalsium dan kalium, miastenia gravis, poliomielitis dan ditrofi otot. Perubahan status kesehatan ini saling berhubungan dengan sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf berupa penurunan koordinasi. Hal Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tersebut dapat mempengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi dan tulang. Kerusakan pada Sistem Syaraf Sentral adalah kerusakan pada beberapa komponen syaraf pusat meregulasi gerakan volunter yang menyebabkan gangguan kesejajaran tubuh, keseimbangan, dan mobilisasi. Trauma akibat cedera kepala, iskemia akibat stroke atau cedera otak cerebrovascular accident CVA, atau infeksi bakteri seperti meningitis dapat merusak serebelum atau strip motorik pada korteks serebral. Kerusakan pada serebelum menyebabkan masalah pada keseimbangan dan gangguan motorik yang dihubungkan langsung dengan jumlah kerusakan strip motorik. Misalnya, seseorang dengan hemoragi serebral sisi kanan disertai nekrosis telah merusak strip motorik kanan yang menyebabkan hemiplegia sisi kiri. Trauma pada korda spinalis juga dapat merusak imobilisasi. Misalnya, transeksi lengkap pada korda spinalis menyebabkan kehilangan kontrol motorik volunter bilateral di bawah sisi yang mengalami trauma serat motorik putus. Penilaian klien yang mengalami kerusakan sistem syaraf sentral adalah dengan menilai kesejajaran tubuh dalam posisi berdiri, duduk, dan berbaring, miring kiri dan miring kanan. Karakteristik kesejajaran tubuh yang benar untuk klien yang berdiri adalah : kepala tegak dan berada di tengah, saat mengobservasi dari belakang, bahu dan pinggul tegak dan paralel, saat klien diobservasi dari samping, kepala tegak dan lengkung tulang belakang berada dalam pola S terbalik. Tulang belakang servikal tampak konveks dari depan, tulang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara belakang toraks tampak konveks dari belakang, dan tulang belakang lumbar tampak konveks dari depan; saat diobservasi dari samping, abdomen masuk ke dalam dan lutut dan pergelangan kaki sedikit fleksi. Seseorang tampak merasa nyaman dan tidak kelihatan bingung saat memfleksikan kaki dan pergelangan kaki, lengan bergantung secara nyaman disamping tubuh; kaki terpisah sedikit untuk mencapai dasar tumpuan, dan jari kaki menghadap ke depan; saat melihat klien dari belakang, pusat gravitasi berada pada garis tengah dan garis gravitasi berada dari tengah dahi hingga titik tengah di tengah kaki. Karakteristik kesejajaran tubuh yang benar untuk klien yang duduk adalah: kepala tegak, dan leher serta kolumna vertebralis berada dalam posisi sejajar, berat badan terdistribusi dengan rata pada bokong dan paha. Paha paralel dan berada pada bidang horizontal, kedua kaki di dukung di atas lantai dan pergelangan kaki fleksi. Sedangkan karakteristik kesejajaran tubuh dengan berbaring adalah pasien dapat mengubah posisi miring kiri dan miring kanan Perry Potter, 2010, hlm 493-494. Trauma Langsung pada Sistem Muskuloskeletal adalah gangguan permanen atau temporer yang terjadi pada sistem muskuloskeletal. Kebanyakan individu membatasi aktivitasnya sebagai konsekuensi terhadap status kesehatan termasuk gangguan pada muskuloskeletal. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal menyebabkan memar, kontusio, keseleo dan fraktur. Fraktur sering terjadi karena trauma eksternal langsung tetapi dapat juga disebabkan beberapa deformitas tulang misalnya fraktur Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara patologis pada osteoporosis, penyakit paget atau osteogenesis imperfekta. Perubahan usia mempengaruhi mobilisasi dikarenakan menurunnya kecepatan konduksi dan pengurangan jumlah neurotransmitter, kehilangan densitas dan kekuatan tulang, penurunan denyut jantung dan kapasitas vital paru serta penurunan regulasi hormonal terhadap metabolisme kalsium memegang peranan penting dalam memburuknya aktivitas otot. Usia seseorang dan perkembangan sistem muskuloskeletal dan syaraf mempengaruhi postur, proporsi tubuh, massa tubuh dan pergerakan tubuh, perubahan neurologis, sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan Kozier, et al. 1995, hlm 969; Berger Williams, 1992. Misalnya, seorang dewasa yang memiliki postur dan kesejajaran tubuh yang benar akan merasa memiliki kekuatan untuk melakukan mobilisasi dini sedangkan pada usia lanjut mengalami kehilangan massa tulang yang progressif. Efek kehilangan ini pada tulang adalah tulang menjadi lemah, dan koordinasi berkurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan mobilisasi. Penuaan biasanya dihubungkan dengan menurunnya kekuatan otot, menurunnya kapasitas aerobik , menurunnya jaringan otot, jumlah mitokondria, perubahan hormonal dan fungsi metabolik Perry Potter, 2010, hlm 473-475. Gangguan perkembangan otot dan trauma langsung pada sistem muskuloskeletal dapat dinilai dari tingkat gravidasi otot yaitu: Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Tingkat Gravidasi Otot Skala Kekuatan normal Karakteristik Paralisis total 1 10 Tidak ada gerakan,kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat 2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan 3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi 4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal 5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh Sumber: Asmadi, 2009, hlm 116.

2.1.6.2 Gaya Hidup