menggambarkan bahwa pohon Angsana Pterocarpus indicus mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyerap polutan timbal Pb dibandingkan
pohon lain seperti Glodongan Polyalthia indicus yang terdapat di jalan raya di kota Medan.
Tanaman peneduh jalan merupakan tanaman yang ditanam sebagai tanaman penghijauan, selain berfungsi sebagai penyerap unsur pencemar secara kimiawi dan
fisik dapat juga berfungsi sebagai peredam suara secara kualitatif maupun secara kuantitatif Agnesia, 2010.
Observasi yang dilakukan peneliti, Jl. A.H Nasution dan Jl. Brigjend Katamso merupakan salah satu jalan raay di kota Medan yang padat akan kendaraan bermotor
dan disepanjang pinggir ruas jalan tersebut banyak terdapat pohon peneduh seperti pohon Angsana Pterocarpus indicus yang dapat menyerap polutan di udara,
sedangkan Jl. S. Parman dan Jl. Asia juga merupakan jalan yang padat akan kendaraan bermotor dan di sepanjang jalan tersebut tidak terdapat adanya pohon
peneduh yang dapat menyerap polutan di udara. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang perbandingan kadar karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
di udara ambien pada jalan raya berdasarkan keberadaan tanaman Angsana
Pterocarpus indicus di beberapa jalan raya di kota Medan tahun 2012.
1.2. Perumusan Masalah
Jalan raya merupakan tempat yang beresiko terhadap terjadinya pencemaran udara oleh emisi gas buang kendaraan bermotor seperti karbon monoksida CO dan
nitrogen dioksida NO2. Pohon Angsana Pterocarpus indicus mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kemmpuan yang lebih baik dalam menyerap polutan timbal Pb yang terdapat di jalan raya. Dengan demikian, maka perlu diadakan penelitian terhadap kadar karbon
monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
di beberapa jalan raya berdasarkan keberadaan pohon Angsana Pterocarpus indicus di kota Medan tahun 2012.
1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbandingan kadar karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
di udara ambien pada jalan raya berdasarkan keberadaan pohon Angsana Pterocarpus indicus di beberapa jalan raya di kota Medan yang
dipengaruhi oleh kendaraan bermotor yang lewat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui rata-rata jumlah kendaraan yang lewat pada jalan raya yang
ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus yaitu : Jl. A. H. Nasution dan Jl. Brigjend Katamso dan pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana
Pterocarpus indicus yaitu : Jl. S. Parman dan Jl. Asia. 2.
Untuk mengetahui kadar karbon monoksida CO di udara ambien pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus yaitu : Jl. A. H
Nasution dan Jl. Brigjend Katamso dan pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus yaitu : Jl. S. Parman dan Jl. Asia.
3. Untuk mengetahui kadar nitrogen dioksida NO
2
di udara ambien pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus yaitu : Jl. A. H
Nasution dan Jl. Brigjend Katamso dan pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus yaitu : Jl. S. Parman dan Jl. Asia.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui arah angin, kecepatan angin, suhu dan kelembaban pada
jalan raya yang ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus. 5.
Untuk mengetahui arah angin, kecepatan angin, suhu dan kelembaban pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus.
6. Untuk mengetahui perbandingan kadar karbon monoksida CO pada jalan raya
yang ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus dengan jalan raya yang
tidak ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus.
7. Untuk mengetahui perbandingan kadar nitrogen dioksida NO
2
di udara ambien pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus
dengan jalan raya yang tidak ditanami pohon Angasana Pterocarpus indicus. 1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat khususnya
pengguna jalan raya tentang bahaya dari karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
terhadap kesehatan. 2.
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang perbandingan kandungan kadar karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
di udara ambien pada jalan raya dengan adanya keberadaan Angsana Pterocarpus
indicus 3.
Sebagai masukan informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya Mahasiswa FKM USU mengenai karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
di jalan raya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Udara
2.1.1. Pengertian Udara
Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen O
2
untuk bernafas, karbon dioksida CO
2
untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon O
3
untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari Sunu, 2001. Udara adalah campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi yaitu uap air dan CO
2
, kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO
2
seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran atau sekumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas
yaitu karena proses pernapasan Agusnar, 2007. Menurut Sunu 2001, komposisi udara terutama uap air H
2
O sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya.
Komposisi udara bersih dan kering, pada umumnya sebagai berikut: a.
Nitrogen N
2
= 78,09 b.
Oksigen O
2
= 20,94 c.
Argon Ar = 0,93 d.
Karbon dioksida CO
2
= 0,032
2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
Universitas Sumatera Utara
kualitas udara menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya Keputusan
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup R.I No. KEP- 03MENKLHII1991.
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat
dideteksi oleh manusia yang dapat dihitung dan diukur serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material Chambers dan Masters dalam
Mukono, 2006 . Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam
konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya Kumar dalam Mukono, 2008
Pencemaran udara adalah terdapatnya bahan kontaminan di atmosfer karena ulah manusia man made , yang membedakan pencemaran udara alamiah dan
pencemaran udara di tempat kerja occupational air pollution Mukono, 2006.
2.1.3. Penyebab Pencemaran Udara
Menurut Sunu 2001, secara umum penyebab pencemaran udara ada 2
macam, yaitu:
a. Karena faktor internal secara alamiah yaitu:
1 Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.
2 Abu debu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas
vulkanik. 3
Proses pembusukan sampah organik.
Universitas Sumatera Utara
b. Karena faktor eksternal akibat ulah manusia yaitu:
1 Hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2 Debuserbuk dari kegiatan industri.
3 Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
Asal pencemar udara dapat diterangkan dengan 3 tiga proses yaitu atrisi attrition penguapan vaporization dan pembakaran combustion, dari ketiga proses
tersebut pembakaran merupakan proses yang sangat dominan dalam kemampuannya menimbulkan bahan polutan Corman dan Masters dalam Mukono, 2008.
Berdasarkan buletin WHO yang dikutip Holzworth Cormick 1976:690, penentuan pencemar atau tidaknya udara suatu daerah berdasarkan parameter sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Parameter Pencemar Udara No
Parameter Udara bersih
Udara tercemar 1.
Bahan partikel 0,01-0,02 mgm3
0,07- 0,7 mgm3
2. SO
2
0,003-0,02 ppm 0,02- 2 ppm
3. CO
1 ppm 5- 200 ppm
4. NO
2
0,003- 0,02 ppm 0,02 – 0,1 ppm
5. CO
2
310- 330 ppm 350 – 700 ppm
6. Hidrokarbon
1 ppm 1 – 20 ppm
Sumber : Buletin Who dalam Mukono, 2005
2.1.4. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara
Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi 2 dua bagian:
1. Polutan Primer
Menurut Mukono, 2006, polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan
langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa:
Universitas Sumatera Utara
a. Gas, terdiri dari:
1 Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan
karbon oksida CO dan CO
2
. 2
Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida. 3
Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak. 4
Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi dan bromin
Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang
dikeluarkan antara lain adalah gas NO
2
, SO
2
, SO
3
, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO
2
, SO
2
, HC dan CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil
Mostardi dalam Mukono, 2008. b.
Partikel Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa
zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi proses menyemprot spraying
maupun proses erosi bahan tertentu. Asap smoke seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat paticulate matter, uap fumes, gas
dan kabut mist Mukono, 2005. Adapun yang dimagsud dengan:
1 Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus sering disebut jelaga dan
merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.
Universitas Sumatera Utara
2 Debu, adalah partikel padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil proses pemecahan suatu bahan. 3
Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi, distilasi atau reaksi kimia.
4 Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.
Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu: a.
Partikel debu kasar coarse particle, jika diameternya 10 mikron. b.
Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron. c.
Aerosol, jika diameternya 1 mikron.
2. Polutan Sekunder
Menurut Mukono, 2005, polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh
adalah disosiasi NO
2
yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1 Konsentarsi relatif dari bahan reaktan
2 Derajat foto aktivasi
3 Kondisi iklim
4 Topografi lokal dan adanya embun
Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat PAN dan
Formaldehida Corman dan Chambers dalam Mukono, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Sumber Pencemaran Udara
Sumber pencemaran yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60 dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15
terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lainnya Agusnar, 2007.
Tabel 2.2. Sumber Dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang No
Pencemar Sumber
Keterangan
1. Karbon
monoksida CO Buangan kendaraan
bermotor, proses industri Standar
kesehatan: 10 mgm³ 9 ppm
2. Sulfur dioksida
SO
2
Panas dan fasilitas pembangkit listrik
Standar kesehatan: 80 µgm³ 0,03 ppm
3. Nitrogen
dioksida NO
2
Buangan kendaraan bermotor, panas dan fasilitas
pembangkit listrik Standar kesehatan: 100
mgm³ 0,05 ppm
Sumber : Bapedal, 2002
Sumber pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak Sarudji, 2010.
1. Sumber Bergerak
Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokkan menjadi: a. Kendaraan bermotor, b. Pesawat terbang c. Kereta api dan d. Kapal, Sarudji,
2010. Dalam proses pembakaran bahan bakar maka timbullah gas buang dari
masing-masing kendaraan, yang diemisikan ke udara ambien sebagai pencemar. Hasil pembakaran tersebut diantaranya adalah CO, CO
2
, SO
x
, NO
x
, Hidrokarbon dan bahan dengan penambahan bahan aditif yang digunakan untuk menyempurnakan proses
pembakaran. Dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada sepeda motor
Universitas Sumatera Utara
merupakan kendaraan yang berkonstibusi besar dalam pencemaran CO, SO
2
dan Pb Ryadi, 2002.
Tabel 2.3. Baku Mutu Udara Emisi Sumber Bergerak No
Kategori Kendaraan
Bahan Bakar
Uji tahap
Operasi CO
grKm Baku Mutu
Hidrokarbon grKm
Maks Rata- rata
Maks Rata-rata
Maks Rata-rata
1.
Mobil penumpang dengan tempat
duduk Maksimal 9 orang
Bensin 10
28,2 24,6 4,2 3,6
3,7 3,1
2. Mobil dengan
berat dari 2-3 ton Bensin
10 31,4 26,8
4,8 4,3 3,7
3,3
3. Kendaraan
bermotor disel -Direct injection
-Inderect injection Solar
Solar 6
6 1.050 920
1.050 920 680 590
1.010 1.010
920 920
4. Kendaraan roda
2 -Untuk 4 tak
-Untuk 2 tak
Bensin Bensin
Idling Idling
4,5 3.300
Keterangan : dalam ppm
Sumber : Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor
Kep-02MENKLHI1988
2. Sumber Tak Bergerak Menetap
Menurut Sarudji, 2010, yang termasuk sumber pencemar dari bahan bakar bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar yang diemisikan
pada suatu lokasi yang tetap. Bahan bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak bakar, gas alam, dan kayu destilasi minyak. Berbeda dengan sarana transportasi,
sumber pencemar udara menetap mengemisikan polutan pada udara ambien tetap, sehingga dalam pengelolaan lingkungannya perlu perencanaan yang matang,
Universitas Sumatera Utara
misalnya harus dipertimbangkan keadaan geografi dan tofografi, metereologi, serta rencana tata ruang di wilayah tersebut.
2.1.6. Jenis- Jenis Pencemaran Udara
Menurut Harssema dalam Mulia, 2005, pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant pencemar yang dikeluarkan ke
udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan oleh proses alam disebut biogenik
emissions, sebagai contoh gas methane CH
4
yang terjadi sebagai akibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai. Emisi yang disebabkan kegiatan
manusia disebut anthropogenic emissions contohnya adalah emisi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil bensin,
solar, batubara, pemakaian zat- zat kimia yang disemprotkan ke udara dan sebagainya.
Tabel 2.4. Jenis- Jenis Pencemar Udara NO
Pencemaran udara Jenisnya
1. Menurut bentuk
a. Gas
b. Partikel
2. Menurut tempat
a. Ruangan Indoor
b. Udara bebas outdoor
3.
Gangguan kesehatan a.
Iritanisia b.
Aspeksia c.
Anestesia d.
Toksis
4. Susunan kimia
a. Anorganik
b. Organik
5. Menurut asalnya
a. primer
b. Sekunder
Sumber: Sunu, 2001
Universitas Sumatera Utara
Menurut Agusnar 2007, beberapa jenis pencemar udara yang paling sering ditemukan adalah:
1. Karbon Monoksida CO
2. Nitrogen Dioksida NO
2
3. Sulfur Dioksida SO
2
4. Hidrokarbon HC
5. Partikel
2.1.7. Pengaruh Meteorologi terhadap Penyebaran Pencemar
Meteorologi menjelaskan apa yang terjadi bila terdapat pencemar dari suatu sumber emisi kemudian diukur di lain tempat akan menunjukkan hasil yang berbeda
sekalipun pada jarak yang sama dari sumber tersebut. Gerakan udara menyebabkan proses pengenceran pencemar Sarudji, 2010.
Beberapa pengaruh meteorologi dan iklim terhadap penyebaran pencemar antara lain:
1. Suhu
Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industri dapat menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain udara dingin akan
terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga
konsentrasi polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi. Dalam keadaan tersebut, permukaan bumi tidak terdapat pertukaran udara sama
sekali. Apabila kondisi tersebut berlangsung lama maka kondisi permukaan bumi akan penuh dengan polutan Sastrawijaya, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2. Arah dan Kecepatan Angin
Kecepatan angin memengaruhi distribusi pencemar, konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin kencang dan membagikan pencemar secara
mendatar dan tegak lurus. Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan dapat mencemari udara negara lain Chandra,
2006.
3. Hujan
Air hujan sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang terdapat dalam udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara sebagai
sumber energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya.
4. Topografi
Permukaan topografi memberikan efek kepada angin lokal, Perubahan suhu udara diatas laut lebih lambat dibanding udara diatas daratan. Perbedaan
kecepatan ini mengakibatkan perbedaan suhu udara di diatas permukaan laut dan darat, sehingga tekanan udara pun berbeda. Pada suhu yang lebih tinggi
tekanan udaranya menurun atau lebih rendah, sedangkan pada suhu udara yang lebih rendah tekanannya lebih tinggi, hal ini mengakibatkan terjadinya
angin laut dan angin darat Djajadiningrat, 1982. Variabel yang ternasuk dalam faktor tofografi, antara lain:
a. Dataran rendah
Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh ke seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara dan mencemari
udara negara lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Pegunungan
Di daerah dataran tinggi sering terjadi inversi dan udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi.
c. Lembah
Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala penjuru, keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di
permukaan bumi.
2.1.8. Efek Bahan Pencemar Udara
Efek- efek pencemaran pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi efek secara umum, efek terhadap lingkungan, efek terhadap ekonomi dan efek terhadap
kesehatan Mukono, 2006.
1. Efek Bahan Pencemar Udara Secara Umum
Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain: a.
Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora dan fauna.
b. Memengaruhi kuantitas dan kualitas matahari yang sampai ke permukaan
bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan. c.
Memengaruhi dan merngubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar CO di udara, kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di lapisan
bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca green house effect. d.
Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap benda yang terbuat dari logam.
e. Menyebabkan warna kain dan pakaian menjadi cepat buram dan bernoda.
Universitas Sumatera Utara
2. Efek Bahan Pencemar Udara terhadap Lingkungan a. Efek terhadap Kondisi Fisik Atmosfer
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain adalah:
1 Gangguan jarak pandang visibility.
2 Memberikan warna tertentu pada atmosfer.
3 Mempengaruhi struktur dari awan.
4 Mempengaruhi keasaman air hujan.
5
Mempercepat pemanasan atmosfer. b. Efek terhadap Vegetasi
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi antara lain adalah:
1 Perubahan morfologi, figmen dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan
terutama pada daun. 2
Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi. 3
Mempengaruhi proses reproduksi tanaman. 4
Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman. 5
Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu misalnya lumut kerak lichen dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi
vegetasi tersebut.
c. Efek terhadap Kehidupan Binatang
Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun bukan binatang liar dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan
Universitas Sumatera Utara
berbahaya, sebagai contoh adalah terjadinya migrasi burung karena udara ambien terpapar oleh gas SO
2
.
3. Efek terhadap Faktor Ekonomi
Efek negatif bahan pencemar terhadap faktor yang berhubungan dengan ekonomi antara lain:
a. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan keropos.
b. Meningkatnya biaya pemeliharaan pelapisan, pengecatan.
c. Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar udara pada
makananminuman oleh bahan beracun kontaminasi oleh dioksin. d.
Meningkatnya biaya perawatan pengobatan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara.
4. Efek Bahan Pencemar terhadap Kesehatan
Menurut Djajadiningrat 1982, efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, seperti berikut:
a. Efek cepat
Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan kasus kesakitan dan kematian akibat
penyakit saluran pernafasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena adanya afinitas gas CO terhadap hemoglobin darah
menjadi methaemoglobin yang lebih kuat dibandingkan dengan afinitas O2 sehingga terjadi kekurangan gas oksigen dalam tubuh.
Universitas Sumatera Utara
b. Efek lambat
Pencemaran udara di duga salah satu penyebab bronkhitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara lain, emfisema
paru, black lung disease, asbestosis, silikosis, bisinosis, dan pada anak-anak penyakit asma dan eksema.
2.1.9. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap pencemaran udara tergantung dari sifat dan sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah
dilakukan yaitu dengan menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan Sunu, 2001.
Pencegahan disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan pengaruhnya teerhadap kesehatan dan peralatan yang digunakan. Tindakan yang
dilakukan untuk mencegah pencemaran udara seperti mengurangi polutan beban yang mengakibatkan polusi dengan peralatan, mengubah polutan, melarutkan
polutan, dan mendispersikan menguraikan polutan Sunu, 2001. Menurut Mulia 2005, untuk mengawasi pencemaran udara, ada beberapa hal
yang dapat dilakukan, yaitu : 1.
Mengurangi sumber pencemar, misalnya mempergunakan bahan bakar yang tidak terlalu banyak menghasilakan aldehida, sulfur oksida, karbon oksida dan
lainnya, kecuali mesin yang dirancang khusus sehingga tidak terlalu menghasilkan gas sisa. Dalam upaya mengurangi sumber pencemar udara
dapat juga di cegah dengan pembakaran sampah yang tidak sembarangan, atau jika membakar sesuatu harus diusahakan cukup tersedia oksigen untuk
Universitas Sumatera Utara
mencegah dihasilkannya karbon monoksida yang bersifat meracun bagi manusia.
2. Membersihkan udara yang telah tercemar, ini merupakan salah satu yang
diwajibkan pemerintah kepada perusahaan industri yang menggunakan mesin- mesin, yaitu mengolah terlebih dahulu udara kotor yang dihasilkan sebelum
dibuang ke alam. 3.
Dengan perencanaan kota. Perencanaan kota yang baik akan dapat mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara terhadap
kesehatan, misalnya dengan membangun daerah industri yang jauh dari tempat tinggal atau dengan penghijauan kota.
2.2. Karbon Monoksida CO
2.2.1. Sumber Karbon Monoksida di Udara
Karbon monoksida CO adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di
lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas karbon monoksida CO tidak dapat dilihat oleh mata. Gas karbon monoksida CO
diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan – bahan yang mengandung karbon. Gas karbon monoksida CO dapat berbentuk cairan pada suhu
dibawah – 192 °C, gas karbon monoksida CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan Wardhana, 2001.
Kendaraan bermotor adalah penghasil karbon monoksida CO yang cukup banyak. Karbon monoksida CO adalah gas buang yang terbentuk apabila oksidasi
dari CO menjadi CO
2
tidak sempurna, umumnya hal ini disebabkan karena
Universitas Sumatera Utara
kekurangan oksigen. Menurut perhitungan stochiometrik, yaitu seandainya proses pembakaran terjadi secara sempurna maka dalam 1 kg bensin diperlukan 15 kg udara
untuk pembakaran dalam silinder kendaraan bermotor, bila hal ini terjadi maka tidak akan terbentuk CO, tetapi pada kenyataannya hal demikian tak pernah terjadi, dan
karenanya terbentuklah CO. Gas CO yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin premium adalah sekitar 1 pada waktu berjalan dan sekitar 7 pada waktu tidak
berjalan. Sementara mesin disel menghasilkan CO sebesar 0,2 pada saat berjalan dan sekitar 4 pada waktu berhenti Siswanto dalam Sarudji, 2010.
Menurut Wardhana 2001, kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan CO sekitar 10 – 15 ppm sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses
biologi dan lainnya. Menurut Agusnar 2007, karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk
melalui proses berikut ini: a.
Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.
b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi. c.
Pada suhu tinggi, karbon dioksida dapat terurai kembali menjadi karbon monoksida dan oksigen.
Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak, suhu tinggi merupakan pemicu terjadinya
Universitas Sumatera Utara
gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil minyak maupun batubara pada mesin- mesin penggerak transportasi.
Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan, untuk daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah
banyak tercemar oleh gas CO, sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran CO di udara relatif sedikit.
Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas CO, karena mikroorganisme yang ada di dalam
tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat di udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena dipindahkan ke tempat lain Mulyanto,
2007.
2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia
Pengaruh beracun gas CO terhadap tubuh manusia terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin Hb di dalam darah. Hemoglobin di dalam
darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor dalam membawa oksigen dalam bentuk oksihemoglobin O
2
Hb dari paru-paru ke sel-sel tubuh dan membawa CO dalam bentuk CO
2
Hb dari sel-sel tubuh ke dalam paru-paru. Adanya CO, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin, jika reaksi
tersebut terjadi maka kemampuan darah untuk mentransport oksigen menjadi berkurang. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 200 kali lebih tinggi daripada
afinitas oksigen terhadap hemoglobin, akibatnya jika CO dan O
2
terdapat bersama- sama di udara akan terbentuk COHb dalam jumlah jauh lebih banyak dari pada O
2
Hb Agusnar, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi
persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah dipengaruhi secara
langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap Agusnar, 2007. Kadar 20 bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit, dalam
waktu 30 menit 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Menghisap gas yang keluar dari knalpot mobil di ruang garasi tertutup lebih banyak menyebabkan kematian
Sastrawijaya, 2009. Keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2 sampai
1,0 dan rata-rata sekitar 0,5. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernafasan tetap konstan Mukono, 2008.
Gejala-gejala keracunan CO antara lain pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada,
kesukaran bernafas, kelemahan otot- otot, tidak sadar dan bisa meninggal dunia Mukono, 2008.
Tabel 2.5. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah Terhadap Kesehatan NO
Konsentrasi COHb di dalam darah
Pengaruhnya terhadap kesehatan
1. 1.0
Tidak berpengaruh 2.
1.0 – 2.0 Penampilan agak tidak normal
3. 2.0 – 5.0
Pengaruh terhadap sistem syaraf sentral, reaksi panca indera tidak normal, benda terlihat agak
kabur
4. ≥ 5.0
Perubahan fungsi jantung dan pulmonary 5.
10.0 – 80.0 Kepala pening, mual, berkunang – kunang, pingsan,
kesukaran bernafas, kematian.
Sumber : Agusnar, 2007
Universitas Sumatera Utara
2.3. Nitrogen Dioksida NO
2
2.3.1. Sumber Nitrogen Dioksida di Udara
Nitrogen oksida sering disebut dengan NO
x
, karena oksida nitrogen mempunyai 2 macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO
2
dan gas NO. Sifat gas NO
2
adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak bewarna dan berbau. Warna gas NO
2
adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Kadar NO
x
di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal ini disebabkan karena berbagai macam
kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NO
x
di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain
Wardhana, 2001. Ada beberapa macam oksida nitrogen seperti NO, NO
2
, dan N
2
O. N
2
O juga biasa terdapat di udara, tetapi tidak berbahaya. Kontributor terbanyak dari polutan
NO
x
adalah kendaraan bermotor dan dari sumber menetap yang membakar minyak, oleh karena itu pencemar ini terkonsentrasi pada daerah urban dimana kendaraan
bermotor, industri dan berbagai macam pabrik banyak beroperasi. Nitrogen di udara terdapat 78 Sastrawijaya, 2009.
Konsentrasi nitrogen oksida NO
x
di udara sangat dipengaruhi oleh sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor, pencemaran nitrogen oksida NO
x
dapat berupa asam nitrat yang kemudian diendapkan sebagai garam- garam nitrat didalam
air hujan atau debu. Kecepatan emisi NO
x
dapat diketahui bahwa waktu tinggal nitrogen monoksida NO biasanya lebih lama dibandingkan nitrogen dioksida NO
2
.
Universitas Sumatera Utara
Dari waktu tinggal tersebut dapat diketahui bahwa proses-proses alam termasuk reaksi fotokimia yang mengakibatkan hilangnya NO
x
Fardiaz, 2010. Untuk mengetahui perubahan konsentrasi NO
x
di udara berlangsung sebagai berikut:
1. Konsentarsi NO dan NO
2
tetap stabil sebelum matahari terbit. 2.
Konsentrasi NO mulai meningkat pada pagi hari bersamaan dengan aktivitas manusia, terutama kendaraan bermotor.
3. Pada siang hari, sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet sehingga
konsentrasi NO
2
meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO
2
sekunder. 4.
Dengan menurunnya konsentrasi NO di bawah 0,1 ppm, maka konsentrasi ozon O
3
meningkat. 5.
Konsentrasi NO mulai meningkat kembali apabila intensitas energi sinar matahari cenderung menurun pada sore hari.
6. O
3
yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO yang berakibat terjadinya kenaikan konsentrasi NO
2
dan penurunan konsentrasi O
3
. Konsentrasi NO di udara daerah perkotaan biasanya 10 – 100 kali lebih tinggi
daripada di udara daerah pedesaan. Konsentrasi NO
x
di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm. Sumber utama polutan NO adalah dari kegiatan manusia seperti
pembakaran yang disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan pembuangan sampah Agusnar, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Pengaruh Nitrogen Dioksida terhadap Manusia
Kedua bentuk nitrogen oksida, yaitu NO dan NO
2
sangat berbahaya terhadap manusia. Penilaian aktivitas mortalitas dua komponen menunjukkan bahwa NO
2
empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Pada konsentrasi yang
normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan berbahaya, tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi
NO
2
yang lebih berbahaya Chandra, 2006. Nitrogen oksida NO mempunyai kemampuan membatasi kadar oksigen
dalam darah dan juga mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO
2.
Apabila NO
2
bertemu dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia maka akan terbentuk HNO
3
yang dapat merusak tubuh Sastrawijaya, 2009. Menurut Mukono 2005, apabila udara tercemar oleh gas NO
2
dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru
dan kulit. a.
Terhadap alat pernafasan Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas
NO
2
selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.
b. Terhadap mata
Iritasi mata dapat terjadi apabila NO
2
berupa uap yang pekat
Universitas Sumatera Utara
c. Terhadap kulit
Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.
d. Efek lain terhadap darah
Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.
2.4. Tanaman Peneduh Jalan
Tanaman peneduh jalan adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar
kesamping seperti pohon rindang yang dapat memberikan keteduhan, penahan silau cahaya matahari dan penyerap polutan-polutan udara Agnesia, 2006.
Beberapa tanaman peneduh jalan memiliki morfologi yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi tanaman peneduh jalan tersebut. Adapun bagian-bagian penting
pada tanaman peneduh jalan secara umum yaitu terdiri dari: 1.
Batang Batang merupakan bagian tanaman yang sangat penting, dan mengingat
tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tanaman, batang dapat disamakan dengan tubuh tanaman
2. Akar
Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga disamping batang dan daun, bagi tumbuhan akar berfungsi untuk menyerap unsur haramineral dari dalam tanah yang
berguna untuk pertumbuhan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
3. Daun
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang paling rentan terhadap sumber pencemaran terutama di daeah perkotaan akibat kendaraan bermotor. Daun peneduh
jalan biasanya berdaun majemuk karena semakin banyak helaian daun pada suatu tangkai maka semakin baik fungsi dari suatu tanaman peneduh jalan tersebut. Luas
permukaan daun sangat berpengaruh terhadap fungsi daun sebagai penyerap karbondioksida dan polutan-polutan udara lainnya.
2.4.1. Fungsi Tanaman Peneduh Jalan
Menurut Anggraini, 1994, fungsi tanaman peneduh jalan adalah sebagai berikut:
1. Menciftakan kenyamanan
Tanaman peneduh jalan yang rindang yang berada di tengah maupun di pinggir jalan raya memberikan suasana sejuk dan teduh, hal ini tentu saja
memberikan kenyamanan pengendara maupun pejalan kaki yang melintasi jalan raya tersebut
2. Memberikan nilai estetika
Tanaman yang rindang dan tajuk yang teratur memberikan nilai estetika pada jalan raya yang ditumbuhinya, hal ini secara tidak langsung dapat memberikan nilai
tambah bagi jalan raya tersebut. 3.
Menjerap dan menyerap polutan-polutan udara 4.
Menjaga kelembaban dan menurunkan suhu udara, menguapkan ¾ air hujan ke atmosfir.
Universitas Sumatera Utara
5. Meredam kebisingan
Tanaman peneduh jalan juga dapat meredam kebisingan yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Bentuk konopi tajuk pohon berpengaruh pada
efektifitasnya dalam meredam kebisingan.
2.4.2. Syarat-Syarat Tanaman Peneduh Jalan
Secara umum, syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam memilih pohon untuk tanaman peneduh jalan antara lain:
a Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak
mudah menggugurkan ranting dan daun b
Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal tanah tidak subur, udara dan air tercemar.
c Pertumbuhan cepat dan tahan terhadap resiko.
d Tidak memerlukan perawatan yang intensif
e Berumur panjang
f Tahan terhadap kekurangan air
g Dahan dan ranting tidak mudah patah
h Dapat menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
2.4.3. Jenis-jenis Tumbuhan yang dapat Menyerap Polutan di Udara
1. Lidah Mertua Sansevieria Lidah Mertua merupakan tanaman antipolutan dan penangkal radiasi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lidah mertua Sanseveir mampu menyerap 107 jenis racun. Termasuk racun-racun yang terkandung dalam polusi udara
karbonmonoksida, racun rokok nikotin, bahkan radiasi nuklir. Tanaman ini
Universitas Sumatera Utara
mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang berbahaya polutan, dan mampu menyerap polutan di daerah padat lalu
lintas. Satu tanaman lidah mertua dewasa berdaun 45 helai dapat menyegarkan
kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi, karena dalam Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid, yang berfungsi untuk mereduksi polutan
menjadi asam organik, gula dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia.
2. Mahoni Swettiana mahagoni
Tanaman mahoni termasuk jenis tanaman pohon tinggi, percabangannya banyak, tingginya dapat mencapai kira-kira 10 – 30 m. Menurut laboratorium, pohon
mahoni termasuk dalam kriteria pohon yang mampu mengurangi polusi udara sekitar 47 – 69. Pohon ini juga dapat menyerap polutan timbal yang di keluarkan oleh
kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan penyakit bagi manusia. Daun-daunnya menyerap polutan-polutan dan melepaskan oksigen ke udara. Selain itu, pohon
mahoni termasuk pohon pengikat air karena akarnya dapat mengikat air dan menjadi cadangan air bagi lingkungan sekitar.
3. Asam Jawa Tamarindus indica
Kayu teras asam jawa berwarna coklat kemerahan, berat, keras dan bertekstur halus, sehingga kerap digunakan untuk membuat mebel, kerajinan, ukir-ukiran dan
patung. Biji asam jawa juga kerap digunakan dalam permainan congklak atau dakon. Pohon asam biasa ditanam di tepi jalan sebagai peneduh, terutama terkenal di
sepanjang jalan raya.
Universitas Sumatera Utara
4. Pohon Trembesia Samanea saman
Pohon trembesia merupakan pohon yang mampu menyerap 28,5 ton karbondioksida per tahun dalam skala yang besar, sehingga sangat dianjurkan
ditanam sebagai pohon penghijauan. Selain penyerap polusi, pohon trembesia mampu menyerap air tanah sehingga saat musim hujan tiba wilayah sekitar pohon trembesia
tidak tergenang air. Pohon ini membutuhkan lahan yang luas. 5.
Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens Palem kuning adalah Jenis pinang-pinangan yang tumbuh sampai diatas 5 m.
Mampu menyerap racun dengan banyak dan paling tinggi diantara tanaman lainnya. Tanaman kecil cocok diletakkan di dalam rumah dan tanaman besar di pinggir jalan
sangat efektif untuk menyerap gas beracun dari asap kendaraan maupun pabrik. Palem kuning setinggi 1,8 m dapat menghasilkan uap air 1 liter24 jam dan
menghisap zat beracun paling banyak jenis dan volumenya. Kemampuan menyerap Trikloroetilen-nya 16,520 microgram, sedangkan penyerapan benzena 34,073
microgram, dan Formaldehida 76,707 microgram per 24 jam. 6.
Daun Puring Codiaeum variegatum Pohon puring merupakan tanaman yang memiliki daun yang paling baik
dalam menyerap unsur plumbum Pbtimah hitamtimbal yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang terdapat bertebaran di udara
terbuka 2.05 mglt. 7.
Angsana Pterocarpus indicus Angsana Pterocarpus indicus termasuk family papilionaceae berasal dari
Malaysia. Tanaman Angsana Pterocarpus indicus merupakan jenis tanaman pohon
Universitas Sumatera Utara
tinggi, ketinggiannya bisa mencapai 10 – 40 m. Ujung tanaman ini berambut, daunnya majemuk dan menyirip ganjil. Anak daun berjumlah 5-11 daun, daun
berbentuk bulat dan memanjang., ujungn daun meruncing, tumpul mengkilat. Panjang daun tanaman angsana 4 – 10 cm dengan lebar 2,5-5 cm, anak tangkai panjangnya
lebih kurang 0,5-1,5 cm. Bunganya berkelamin ganda, berwarna kuning cerah dan baunya sangat harum sehingga sering digunakan sebagai tanaman peneduh jalan.
Angsana mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyerap polutan udara dibandingkan dengan pohon lain.
2.5. Kendaraan Bermotor 2.5.1. Terbentuknya Gas Buang Kendaraan Bermotor
Menurut Sarudji 2010, kendaraan bermotor seperti bus, truk, jeep, sedan, sepeda motor dan sejenisnya menggunakan sumber energi dari bensin atau minyak
diesel. Kendaraan bermotor yang menggunakan mesin empat langkah menghasilkan gas buang dengan mekanisme berikut:
Bensin dicampur dengan udara dalam karburator, kemudian dipompakan ke dalam silinder pada langkah pertama. Uap bensin yang bercampur Oksigen dari
udara tersebut dimanfaatkan dalm ruang silinder pada langkah kedua, dan dibakar oleh percik api yang dihasilkan oleh busi. Pemuaian gas karena pembakaran berupa
letupan akan mendorong piston pada langkah ketiga, yaitu langkah yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan mesin kendaraan. Hasil pembakaran ini
disamping energi, juga gas buang yang didorong keluar melalui muffer pada langkah keempat. Gas buang tersebut terdiri atas NO
x
, SO
x
, CO, Pb atau Hidrokarbon. Pb adalah suatu bahan aditif yang ditambahkna pada bensin sebagai bahan anti knocking,
Universitas Sumatera Utara
Pb yang ditambahkan pada bensin berupa tetraethyllead TEL dengan formula Pb C
2
H
5 4
Sarudji, 2010. Minyak diesel digunakan oleh mesin yang menggunakan metode injeksi
minyak bakar ke dalam silinder. Hasil gas buang banyak mengandung Hidrikarbon. Pada mobil gas buang diemisikan ke uadara terutama melalui klanpot muffer ,
mesin crankcase blowby dan dari tutup bensin. Hampir 100 CO, Nox dan Pb serta sekitar 60 Hidrokarbon diemisikan dari knalpot, 40 Hidrokarbon
diemisikan dari lubang pengisian bensin dan crankcase Perkins dalam Sarudji, 2010.
2.5.2. Pengaruh Kendaran Bermotor Dalam Pencemaran Udara
Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran yang sangat besar andilnya, antara lain karena dapat membebaskan hidrokarbon, oksida nitrogen, oksida
sulfur dan lain-lain termasuk juga Pb. Hidrokarbon dan nitrogen oksida di udara akan membentuk ozon maupun bereaksi dengan ozon itu sendiri melalui proses
photochemical process Ryadi, 2002. Anonimus 2012, faktor- faktor yang menyebabkan dominannya pengaruh
sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain: 1.
Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat eksponensial 2.
Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada 3.
Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota
Universitas Sumatera Utara
5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas
6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor
7. Faktor perawatan kendaraan
8. Jenis bahan bakar yang digunakan
9. Jenis permukaan jalan
10. Siklus dan pola mengemudi driving pattern
Dalam penyelidikan di Amerika sumber primer dari hidrokarbon dan nitrogen oksida adalah utama kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin maupun solar.
Penyelidikan R.W Hurn pada tahun 1956-1966 di Amerika memperoleh data bahwa rata-rata setiap kendaraan bermotor yang laju dengan kecepatan 40 kmjam
menghasilkan: a.
1400 ppm hidrokarbon b.
850 ppm oksida nitrogen c.
310.000 ppm 3,1 karbon monoksida
2.5.3. Pengendalian Sumber Pencemaran Kendaraan bermotor
Menurut Ryadi 2002, pengendalian sumber pencemaran yang berasal dari kendaraan bermotor antara lain dapat dilakukan melalui perencanaan design dan
perbaikan tekhnis terhadap proses mesinnya. Sumber pencemaran dari kendaraan bermotor antara lain:
a. Sekitar 58 berupa pencemaran organik terhadap seluruh buangan
pencemaran kendaraan bermotor USA, 1985.
Universitas Sumatera Utara
b. Bila dihitung dari setiap kendaraan bermotor, maka bagian-bagian
kendaraan yang memberikan pencemaran dapat dikemukakan sebagai berikut:
1 Bagian knalpot belakang tailpipe memberikan emisi 50-60 dari
keseluruhan bahan buangan organik kendaraan bermotor. 2
Evaporasi melalui karburator dan tangki bensinnya memberikan emisi sejumlah 15-25.
Solusi untuk mengatasi polusi udara, antara lain sebagai berikut: a.
Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api,
diperbanyak. b.
Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan,
terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.
c. Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas
dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi
kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara. d.
Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan dengan polisi tidur justru merupakan biang polusi.
Kendaraan bermotor akan memperlambat laju.
Universitas Sumatera Utara
e. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun
pribadi meskipun secara uji petik spot check. Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk
melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.
f. Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan,
terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota juga dapat mengurangi polusi udara.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep penelitian Jalan raya yang ditanami pohon
Angsana Pterocarpus indicus
1. Jalan A.H Nasution
2. Jalan Bridjen Katamso
Jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana Pterocarpus
indicus
1. Jalan S. Parman
2. Jalan Asia
Parameter yang memengaruhi kadar karbon monoksida CO dan
nitrogen dioksida NO
2
di udara 1.
Arah angin 2.
Kecepatan angin 3.
Kelembaban 4.
Suhu
Pengukuran kadar karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
di udara ambien
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei dan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran perbandingan kadar karbon monoksida CO dan nitrogen
dioksida NO
2
di udara ambien berdasarkan keberadaan pohon Angsana Pterocarpus indicus di beberapa jalan raya di kota Medan tahun 2012.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus seperti Jl .A.H. Nasution dan Jl. Brigjend Katamso, sedangkan
pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus seperti Jalan S. Parman dan Jalan Asia.
Adapun alasan memilih tempat tersebut sebagai lokasi penelitian sebab: 1.
Jalan A.H. Nasution dan jalan Brigjend Katamso merupakan jalan raya yang ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus dengan jumlah kendaraan yang
lewat sangat banyak. 2.
Jalan S. Parman dan Jalan Asia merupakan jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus dengan jumlah kendaraan yang lewat sangat
banyak. 3.
Belum pernah dilakukan orang penelitian tentang jalan raya untuk mengetahui kadar karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
di udara ambien oleh kendaraan bermotor.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2012.
3.3. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
di udara ambien pada jalan raya di kota Medan dengan kriteria berdasarkan keberadaan pohon Angsana Pterocarpus indicus.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah jalan raya di kota Medan dan sampel dalam penelitian ini adalah 4, dimana 2 sampel diambil pada jalan raya yang ditanami pohon
Angsana Pterocarpus indicus dan 2 sampel lainnya pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana Pterocarpus indicus. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara purposive sampling.
3.5. Metode Pengumpulan Data