BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, udara sebagai sumber daya alam yang memengaruhi kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk
hidup lainnya. Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan
kehidupan di permukaan bumi, selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas
dan dapat menjadi media penyebaran penyakit Agusnar, 2007. Masalah pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara
industri yang banyak memiliki pabrik, kendaraan bermotor dan yang berhubungan erat dengan aktivitas manusia Darmono, 2001.
Pembangunan di negara kita, khususnya pembangunan bidang industri berjalan sangat cepat. Konsekuensi dari proses pembangunan industri tersebut adalah
meningkatnya limbah yang dikeluarkan oleh industri tersebut, termasuk limbah udara yang dapat merubah kualitas udara ambien. Peningkatan tersebut tidak hanya terjadi
di bidang industri, tetapi juga terjadi di sektor transportasi Mukono, 2008. Kendaraan bermotor memberikan konstribusi yang besar terhadap
pencemaran udara di kota besar yang mencapai 60-70 Luffy, 2012. Pertambahan jumlah kendaraan bermotor di kota Surabaya antara 7-11 setiap tahunnya,
Universitas Sumatera Utara
sementara peningkatan ruas jalan hanya berkisar 1-2 Surabaya dalam angka, 2003.
Jumlah udara yang dibutuhkan oleh manusia untuk pernafasan sangat besar tergantung dari kegiatannya, oleh sebab itu sekecil apapun konsentrasi polutan yang
terdapat di udara akan menimbulkan gangguan, yang penting untuk diketahui adalah bahwa udara yang ada di planet bumi ini jumlahnya tetap, hanya komposisinya yang
mungkin berubah. Pemanfaatan udara untuk kehidupan manusia dan makhluk lain menggunakannya secara bergantian, dengan demikian perbaikan kualitas udara
menjadi hal yang sangat penting untuk diupayakan, seperti misalnya meningkatkan kadar oksigen dan menurunkan kadar karbondioksida dalam proses fotosintesis
Sarudji, 2010. Gas karbon monoksida CO yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin
premium adalah sekitar 1 pada waktu berjalan dan sekitar 7 pada waktu tidak berjalan, sementara mesin diesel menghasilkan gas karbon monoksida CO sebesar
0,2 pada waktu berjalan dan sekitar 4 pada waktu berhenti Siswanto dalam Sarudji, 2010. Kemacetan lalu lintas akan menambah beban pencemar ke udara,
sepeda motor merupakan konstributor terbesar terhadap konsentrasi karbon monoksida CO di udara ambien khususnya diatas ruas jalan raya Sarudji, 2010.
Karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
merupakan parameter perubahan kualitas udara ambien, apabil terjadi peningkatan kadar bahan-bahan
tersebut di udara ambien yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa
Universitas Sumatera Utara
keluhan pada mata, radang saluran pernafasan, sembab paru, bronkitis menahun, emfisema dan kelainan paru menahun Saric dan Dockery dalam Mukono, 2008.
Kadar nitrogen dioksida NO
2
di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih tinggi dari pada daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal ini
disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia yang akan menambah kadar nitrogen dioksida NO
2
di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain Wardhana, 2001.
Meningkatnya jumlah kendaraan di kota Medan akan mengakibatkan konsentrasi karbon monoksida dan nitrogen dioksida di udara terus meningkat. Oleh
sebab itu diperlukan upaya untuk menanggulangi laju peningkatan karbon monoksida dan nitrogen dioksida tersebut di udara dengan melakukan penanaman pohon atau
tanaman yang dapat menyerap polusi udara di jalan raya, karena berbagai penelitian menunjukkan
bahwa pepohonan
mempunyai kemampuan efektif untuk mengatasimengeliminir pencemaran udara yang terjadi di kota. Melalui fotosintesa,
tanaman dapat mengubah karbon dioksida CO
2
yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar fosil bensin menjadi O
2
yang diperlukan bagi kelangsungan kehidupan Soemarwoto, 1991.
Anggraini 1994 menyatakan bahwa struktur fisik tanaman yang bercabang, ranting dan berdaun mampu pula meredam, mereduksi dan memantulkan bising di
kota, terutama berasal dari lalu lintas dan industri. Penelitian Agnesia 2010, menyebutkan bahawa kandungan timbal Pb yang
terdapat pada daun Angsana Pterocarpus indicus lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan timbal Pb pada daun Glodongan Polyalthia indicus, hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan bahwa pohon Angsana Pterocarpus indicus mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyerap polutan timbal Pb dibandingkan
pohon lain seperti Glodongan Polyalthia indicus yang terdapat di jalan raya di kota Medan.
Tanaman peneduh jalan merupakan tanaman yang ditanam sebagai tanaman penghijauan, selain berfungsi sebagai penyerap unsur pencemar secara kimiawi dan
fisik dapat juga berfungsi sebagai peredam suara secara kualitatif maupun secara kuantitatif Agnesia, 2010.
Observasi yang dilakukan peneliti, Jl. A.H Nasution dan Jl. Brigjend Katamso merupakan salah satu jalan raay di kota Medan yang padat akan kendaraan bermotor
dan disepanjang pinggir ruas jalan tersebut banyak terdapat pohon peneduh seperti pohon Angsana Pterocarpus indicus yang dapat menyerap polutan di udara,
sedangkan Jl. S. Parman dan Jl. Asia juga merupakan jalan yang padat akan kendaraan bermotor dan di sepanjang jalan tersebut tidak terdapat adanya pohon
peneduh yang dapat menyerap polutan di udara. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang perbandingan kadar karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO
2
di udara ambien pada jalan raya berdasarkan keberadaan tanaman Angsana
Pterocarpus indicus di beberapa jalan raya di kota Medan tahun 2012.
1.2. Perumusan Masalah