47
5.2 Pembahasan
Dalam pembahasan akan dijabarkan mengenai hasil penelitian, yakni gambaran pemberian ASI oleh tenaga Kesehatan yang Bekerja. Pemberian ASI ini
dikategorikan dari teknikcara pemberian ASI, waktu pemberian ASI dan lama menyusui.
Dari hasil penelitian berdasarkan kategori teknikcara pemberian ASI didapatkan bahwa terdapat 39 orang 36,4 ibu yang tidak pernah memberikan
susu formula pada bayinya pada saat ibu sibuk bekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Kristiyansari 2009 yang mengatakan ibu yang bekerja dianjurkan
untuk memerah ASI segera setelah bayi lahir. Menurut penelitian Rohani 2007 mengatakan bahwa ibu yang bekerja cenderung untuk tidak memberikan ASI
Eksklusif karena mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu yang lama sehingga mereka membiasakan bayinya menyusu
dari botol dengan susu formula atau memberikan makanan tambahan. Penelitian Rohani sesuai dengan hasil penelitian bahwa terdapat 81 orang
75,6 responden yang sudah memberikan makanan tambahan atau susu formula dibawah usia 6 bulan. Pemberian susu formula pada bayi akan beresiko tinggi
bagi kesehatannya, begitu pula pencampuran dengan tingkat pengenceran yang salah dan kebersihan air pencampur yang buruk menyebabkan bayi mudah
terserang penyakit dan kekurangan gizi. Menurut Yuliarti 2010 mengatakan susu formula tidak mempunyai antibodi seperti dalam ASI dan pemberian susu formula
pada bayi akan meningkatkan resiko munculnya penyakit yang ditularkan melalui air dan sebaiknya tidak diberikan pada bayi berusia dibawah 6 bulan. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
48
Menurut Depkes 2004 dinyatakan bahwa susu formula tidak bisa menggantikan ASI dan hanya ASI saja yang mampu memenuhi semua kebutuhan bayi mulai dari
lahir sampai usia 2 tahun kehidupan. Menurut Kristiyansari 2009 mengatakan apabila ibu bekerja ASI perahan
dapat dititipkan kepada pengasuh agar diberikan kepada bayinya. Akan tetapi dari hasil penelitian terdapat 49 orang 45,8 yang tidak pernah mengajarkan
penjaga atau pembantu untuk memberikan ASI perahan sehingga terdapat 16 orang 15 responden yang selalu memberikan ASI perahan dengan
menggunakan dot padahal secara psikologis, pemberian ASI perahan dengan menggunakan dot mengakibatkan proses pembentukan rahang bawah bayi
menjadi lebih maju. Menurut Prasetyono 2012 menyatakan bahwa ASI perahan dapat diberikan dengan menggunakan mangkuk atau sendok untuk mencegah bayi
bingung putting. Dari hasil penelitian berdasarkan waktu pemberian ASI didapatkan bahwa
masih terdapat responden yang tidak memberikan ASI setiap 3 jam sekali yaitu 25 orang 23,4. Hal ini sesuai dengan pendapat Padmawati dalam Soetjiningsih,
1997 mengatakan bahwa menyusui bayi sebaiknya tidak dijadwalkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Para ibu yang menyusui disarankan
memberikan ASI kepada bayi maksimum 10 menit setiap tiga jam, kemudian mereka memberikan ASI kedua apabila bayi masih menunjukkan rasa lapar
Walshaw, 2005. Menurut Penelitian yang dilakukan Komite Dokter Umum dan Asosiasi
Praktisi Medis Inggris mengatakan bahwa memberikan ASI secara rutin setiap 10
Universitas Sumatera Utara
49
menit setiap hari membuat bayi lebih sehat dan berat badannya lebih baik dan teknik ini dianggap lebih baik dibandingkan dengan metode baby led atau
mengikuti keinginan bayi yang meminta ASI jika lapar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana terdapat 86 ibu yang selalui menyusui bayinya sekitar
5-15 menit setiap kali menyusui. Untuk Ibu yang bekerja dianjurkan menyusui bayi sebelum berangkat
bekerja agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhiDanuatmaja, 2003. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa terdapat 95,3 ibu yang memberikan ASI
sebelum ibu berangkat bekerja. Apabila ibu tidak sempat menyusui bayinya ibu dianjurkan sering menyusui bayinya pada malam hari untuk memacu produksi
ASI Anik, 2009. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat 100 orang 93,5 responden yang memberikan ASI pada malam
hari pada saat ibu tidak bekerja. Lama bayi menyusu juga mempengaruhi produksi ASI sebab ASI di
produksi disesuaikan dengan permintaan bayi demand and supply. ASI akan di produksi apabila persediaan ASI telah habis. Pabrik susu akan memproduksi ASI
dengan jumlah yang sama dengan ASI yang telah dikeluarkan. Semakin lama bayi menyusu makan akan semakin banyak jumlah ASI yang dikeluarkan dari
payudara sehingga menimbulkan rangsangan untuk memproduksi ASI dengan jumlah yang lebih banyak Neifert, 2003.
Berdasarkan hasil penelitian lama menyusui bahwa responden memberikan ASI paling lama mulai usia 0-6 bulan 44,8 dan selebihnya
responden memberikan ASI sampai usia 2 tahun 53,1, dan bahkan sampai usia
Universitas Sumatera Utara
50
lebih dari usia 2 tahun terdapat 1,8 responden yang tetap memberikan ASI. Hal ini sesuai dengan pendapat Sekartini 2011 yang mengatakan pemberian ASI
sebaiknya diberikan pada 2 tahun pertama kehidupan karena ASI mengandung zat gizi yang palinng sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam percepatan
tumbuh kembang. American Academy of Pediatrics AAP merekomendasikan ibu untuk memberikan Asi eksklusif selama sekurang-kurangnya 6 bulan dan
dilanjutkan sampai usia 1 tahun Costance, 2010. Menurut Prasetyono 2012 mengatakan sebaiknya bayi siap diberikan makanan tambahan pada usia 6 bulan
lebih karena apabila makanan tambahan sudah diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat
dicerna dengan baik serta menyebabkan gangguan pencernaan. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian bahwa terdapat 75,6 responden yang
sudah memberikan makanan tambahan pada bayinya dibawah usia 6 bulan. Pada jawaban setiap responden ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam
pengisian kuesioner, hal ini disebabkan karena kurangnya konsentrasi responden dalam pengisian kuisioner. Dalam setiap pernyataan responden lebih percaya pada
pertanyaan terbuka karena responden diminta untuk mengingat kembali pada saat mereka pemberian ASI pada bayinya.
Universitas Sumatera Utara
51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN