Gambaran Pemberian ASI oleh Tenaga Kesehatan yang Bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan

(1)

GAMBARAN PEMBERIAN ASI

OLEH TENAGA KESEHATAN YANG BEKERJA

DI RSUD dr. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Mona Sitinjak

111121062

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

Judul Penelitian : Gambaran Pemberian ASI oleh Tenaga Kesehatan yang Bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Mona Sitinjak

NIM : 111121062

Jurusan : Fakultas Keperawatan

Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Aktivitas menyusui sering mengalami kendala,salah satunya karena ibu bekerja diluar rumah. Bekerja seharusnya bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI selama 4 bulan atau mungkin sampai 6 bulan. Ada beberapa cara yang dianjurkan pada ibu yang menyusui pada saat bekerja. Salah satunya adalah dengan memerah ASI dan dimasukkan kelemari pendingin dan diberikan pada saat ibu bekerja. Tenaga kesehatan memiliki pengetahuan tentang pemberian ASI dan berperan dalam keberhasilan proses menyusui tetapi pada kenyataannya masih ada diantara tenaga kesehatan yang tidak memberikan ASI pada anaknya dan menggantikannya dengan susu formula. Telah dilakukan penelitian deskriptif terhadap 107 orang untuk mendapat gambaran pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja pada bulan November 2012. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan yaitu sebanyak 107 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

total sampling dengan jumlah sampel yaitu 107 orang. Istrumen yang digunakan berupa kuesioner data demografi, kuesioner Pemberian ASI yang terdiri dari teknik/cara pemberian ASI, waktu pemberian ASI dan lama menyusu. Hasil penelitian pemberian ASI berdasarkan teknik terdapat (50,5%) yang memerah ASI dengan menggunakan pompa atau tangan sebelum ibu bekerja dan terdapat (36,4%) yang tidak memberikan susu formula kepada bayinya dibawah usia 6 bulan pada saat ibu bekerja. Berdasarkan waktu pemberian ASI didapatkan (95,3%) memberikan ASI kepada bayinya sebelum berangkat bekerja. Untuk lama menyusui didapatkan responden memberikan ASI pada usia0-6 bulan sebanyak (44,8%), memberikan makanan tambahan pada usia0-6 bulan (75,6%) dan memberikan susu formula pada usia 0-6 bulan (74,9%). Selebihnya bervariasi dalam pemberian ASI pada bayinya yaitu antara usia 6 bulan-24 bulan.

Diharapkan kepada tenaga kesehatan di RSUD dr. Pirngadi Medan agar memiliki pengetahuan dan dapat menerapkan pengetahuan mengenai pemberian ASI dalam kehidupan sehari-hari dan juga dapat menjadi perbaikan dalam program pelayanan kesehatan khususnya bayi.


(4)

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya skripsi penelitian dengan judul “Gambaran Pemberian ASI oleh Tenaga Kesehatan yang Bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan” sebagai tugas akhir yang harus dipenuhi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada saat penyelesaian skripsi penelitian ini peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta dorongan kepada peneliti.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ellyta Aizar, SKp selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Rika Endah Nurhidayah, SKp, M,Pd selaku dosen pembimbing akademik. 4. Hj. Masnelli Lubis, SST, MARS yang telah memberi izin penelitian dan

informasi bagi penulis.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

6. Kepada kedua orangtua penulis, M. Sitinjak dan S br. Napitupulu yang penulis hormati dan sayangi yang memberikan dukungan moral dan material selama penyusunan Proposal ini. Terimakasih kepada Saudara-saudaraku Melda Sitinjak, Roy Martin Sitinjak, Donna Sitinjak, Friska Sitinjak dan Ronald Sitinjak yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.


(5)

7. Kepada teman-teman yang kukasihi Rika, Dini, Ira Wahyuni, Veranda dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah setia membantu dan mendukung penulis, terima kasih atas segala kritik dan saran serta perhatian yang kalian berikan serta menjadi penyemangat penulis di setiap saat.

Peneliti menyadari dalam pembuatan skripsi penelitian ini masih dirasakan kurang sempurna. Karena itu peneliti menerima segala kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi penelitian ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Februari 2013


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Prakata ... iii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ASI ... 7

2.1.1Defenisi ... 7

2.1.2Unsur Nutrisi ASI ... 7

2.1.3Jenis-Jenis ASI ... 9

2.1.4Manfaat ASI ... 10

2.1.5Hal-hal yang mempengaruhi Produksi ASI ... 11

2.1.6Masalah Menyusui pada Ibu ... 12

2.1.7Masalah Menyusui pada Bayi ... 14

2.1.8Faktor yang terkait dengan pemberian ASI ... 15

2.2 Pemberian ASI ... 18

2.2.1 Teknik/Cara Pemberian ASI ... 18

2.2.2 Waktu Pemberian ASI ... 19

2.2.3 Lama waktu menyusui ... 19

2.3 Pemberian ASI pada Ibu Bekerja ... 20

2.3.1 Cara Memerah ASI ... 20

2.3.2 Cara Penyimpanan ASI Perahan ... 21

2.3.3 Cara Pemberian ASI Perahan ... 21

2.4 Tenaga Kesehatan ... 22

2.4.1 Pengertian... 22

2.4.2 Peran Petugas Kesehatan dalam Program ASI Eksklusif ... 23

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1Kerangka Konsep ... 25

3.2Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.2.1 Populasi ... 28


(7)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.4 Pertimbangan Etik ... 29

4.5 Instrumen Penelitian ... 30

4.6 Validitas Penelitian ... 31

4.7 Reliabilitas Penelitian ... 31

4.8 Pengumpulan Data ... 32

4.9 Analisa Data ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 34

5.1.1 Karakteristik Responden ... 34

5.1.2 Pemberian ASI berdasarkan Teknik Pemberian ASI ... 35

5.1.3 Pemberian ASI berdasarkan Waktu Pemberian ASI ... 37

5.1.4 Pemberian ASI berdasarkan Lama Menyusui ... 38

5.2 Pembahasan ... 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 43

6.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN

Lembar Pesetujuan Responden Instrumen Penelitian

Hasil Analisa Komputerisasi SPSS Hasil Reliabilitas

Jadwal Defenitif Penelitian Lembar bukti Bimbingan Biaya Penelitian

Surat Izin Penelitia Curiculum Vitae


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 21

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Tenaga Kesehatan . ... 35

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Teknik Pemberian ASI... 36

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Waktu Pemberian ASI ... 37


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka penelitian pemberian ASI pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja ... 25


(10)

Judul Penelitian : Gambaran Pemberian ASI oleh Tenaga Kesehatan yang Bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Mona Sitinjak

NIM : 111121062

Jurusan : Fakultas Keperawatan

Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Aktivitas menyusui sering mengalami kendala,salah satunya karena ibu bekerja diluar rumah. Bekerja seharusnya bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI selama 4 bulan atau mungkin sampai 6 bulan. Ada beberapa cara yang dianjurkan pada ibu yang menyusui pada saat bekerja. Salah satunya adalah dengan memerah ASI dan dimasukkan kelemari pendingin dan diberikan pada saat ibu bekerja. Tenaga kesehatan memiliki pengetahuan tentang pemberian ASI dan berperan dalam keberhasilan proses menyusui tetapi pada kenyataannya masih ada diantara tenaga kesehatan yang tidak memberikan ASI pada anaknya dan menggantikannya dengan susu formula. Telah dilakukan penelitian deskriptif terhadap 107 orang untuk mendapat gambaran pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja pada bulan November 2012. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan yaitu sebanyak 107 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

total sampling dengan jumlah sampel yaitu 107 orang. Istrumen yang digunakan berupa kuesioner data demografi, kuesioner Pemberian ASI yang terdiri dari teknik/cara pemberian ASI, waktu pemberian ASI dan lama menyusu. Hasil penelitian pemberian ASI berdasarkan teknik terdapat (50,5%) yang memerah ASI dengan menggunakan pompa atau tangan sebelum ibu bekerja dan terdapat (36,4%) yang tidak memberikan susu formula kepada bayinya dibawah usia 6 bulan pada saat ibu bekerja. Berdasarkan waktu pemberian ASI didapatkan (95,3%) memberikan ASI kepada bayinya sebelum berangkat bekerja. Untuk lama menyusui didapatkan responden memberikan ASI pada usia0-6 bulan sebanyak (44,8%), memberikan makanan tambahan pada usia0-6 bulan (75,6%) dan memberikan susu formula pada usia 0-6 bulan (74,9%). Selebihnya bervariasi dalam pemberian ASI pada bayinya yaitu antara usia 6 bulan-24 bulan.

Diharapkan kepada tenaga kesehatan di RSUD dr. Pirngadi Medan agar memiliki pengetahuan dan dapat menerapkan pengetahuan mengenai pemberian ASI dalam kehidupan sehari-hari dan juga dapat menjadi perbaikan dalam program pelayanan kesehatan khususnya bayi.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas dan dasar utamanya adalah pada kaum wanita yaitu ibu. Ibu mempunyai peranan dan tanggung untuk melahirkan generasi yang cerdas dan sehat dengan cara pemberian ASI (Purwanti, 2004).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, Karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang, terutama pada 2 tahun pertama kehidupan (Sekartini, 2011). ASI disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara Ibu dan sebagai makanan utama bayi. Pemberian ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 6 bulan atau bahkan lebih (Purwanti, 2004). ASI berfungsi memenuhi nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, dan meningkatkan kecerdasan (Danuatmaja, 2003). Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Akan tetapi pemberian ASI cenderung menurun diberbagai negara berkembang termasuk Indonesia.

Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih


(12)

dari 50% kematian bayi didasari oleh kurang gizi. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskaan sampai usia 2 tahun disamping pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti meurpakan salah satu intervensi efektif dapat menurunkan angka kematian bayi (AKB) (Sitaresmi, 2010).

Menurut WHO, setiap tahun terdapat 1-1,5 juta bayi didunia yang meninggal karena tidak diberi ASI. Menurut UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan kematian bayi di dunia setiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI selama 6 bulan sejak sejam pertama setelah kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayinya. Dan dari penelitian yang dilakukan di Ghana terhadap 10.947 didapatkan bahwa bayi yang diberikan ASI dalam 1 jam pertama kelahiran dapat menyelamatkan 22% bayi dari kematian saat bayi baru lahir.

Menurut data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada bayi usia 4-5 bulan sebesar 14% lebih rendah dibandingkan dengan target cakupan ASI eksklusif di Indonesia sebesar 80%.selain itu dari penelitian para ahli terhadap 900 ibu disekitar jabotabek diperoleh fakta bahwa dapat memberi ASI selama 4 bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu tersebut menyusui (Roesli, 2000). Sedangkan pada tahun 2007 terdapat 18% ibu di Indonesia memberi ASI eksklusif selama 4 hingga 6 bulan. Persentase itu jauh dari target nasional yaitu 80%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif karena para ibu belum mengetahui manfaat ASI bagi kesehatan


(13)

anak, bagi ibu, dan mengurangi pengeluaran keluarga untuk belanja susu formula (Wulandari, 2009).

Aktivitas menyusui juga sering mengalami kendala. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI adalah ibu yang bekerja diluar rumah sehingga tidak dapat memberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Bekerja seharusnya bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI selama 4 bulan atau mungkin sampai 6 bulan meskipun cuti hamil hanya 3 bulan (Roesli, 2000). Sebenarnya ada beberapa cara yang dianjurkan pada ibu yang menyusui pada saat bekerja. Salah satunya adalah dengan memerah ASI dan dimasukkan kelemari pendingin dan diberikan pada saat ibu bekerja atau dengan menyusui bayi sebelum ibu berangkat kerja (Anik, 2009).

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 juta jiwa dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja secara maksimal tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita (Depkes, 2007). Menurut penelitian Fauzi pada tahun 2008 di Jakarta dari 290 orang hanya 98 orang (33,8%) ibu yang bekerja di perusahaan swasta yang memberikan ASI eksklusif. Sedangkan menurut penelitian Hartatik tahun 2010 di Puskesmas Bahorok dari 30 orang, yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 6 orang (20%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 24 orang (80%). Tenaga kesehatan memiliki pengetahuan tentang pemberian ASI dan berperan dalam keberhasilan proses menyusui dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak hamil, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat


(14)

persalinan. Sebelum mendidik ibu-ibu, para petugas kesehatan yakin bahwa nasihatnya adalah berdasarkan pengetahuan yang cukup, tetapi pada kenyataannya masih ada diantara tenaga kesehatan yang tidak memberikan ASI pada anaknya dan menggantikannya dengan susu formula. Pada wanita bekerja pemberian ASI dapat dilakukan setelah pulang kerja atau memompa ASI dan menyimpannya dilemari es. Dalam pemberian ASI yang diperah dapat diberikan dengan cara dihangatkan dalam wadah yang berisi air panas (Anik, 2009).

Belum diketahui bagaimana pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RS dr. Pirngadi Medan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RSU dr. Pirngadi Medan. Agar bisa didapatkan gambaran keberhasilan pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RSU dr. Pirngadi Medan selama masa pemberian ASI eksklusif, maka penelitian ini difokuskan pada tenaga kesehatan yang mempunyai anak usia 6-2 tahun yang diberikan ASI.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian adalah:

Bagaimana gambaran pemberian ASI pada tenaga kesehatan yang bekerja di RSU dr. Pirngadi Medan ?


(15)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada tenaga kesehatan yang bekerja di RSU dr. Pirngadi Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

- Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI berdasarkan teknik

pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan.

- Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI berdasarkan waktu

pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan.

- Untuk Mengetahui gambaran pemberian ASI berdasarkan lama menyusui oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pedidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah pengetahuan khususnya dalam pemberian ASI oleh tenaga kesehatan

1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan, mengevaluasi dan memperbaiki perilaku tenaga kesehatan dalam pemberian ASI pada anaknya.


(16)

1.4.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan data tambahan dalam penelitian keperawatan selanjutnya.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep ASI 2.1.1 Defenisi

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyanasari, 2009). Sedangkan menurut Danuatmaja (2003) ASI adalah sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi seimbang, dan secara alami disesuaikan dengan masa pertumbuhan bayi.

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2000). Sedangkan menurut Purwanti (2004) ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan yang diberikan tanpa melakukan jadwal pemberian yang diberikan selama usia 0-6 bulan.

2.1.2 Unsur Nutrisi ASI

Menurut Prasetyono (2009) ada beberapa unsur yang terdapat dalam ASI yaitu Karbohidrat. Protein, lemak, mineral dan vitamin. Karbohidrat dalam ASI berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. Didalam usus, sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat,


(18)

yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu pemyerapan kalsium dan mineral-mineral lain.

Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsure protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh protein ASI merupakan kleompok protein Whey (protein yang bentuknya lebih halus). Kelompok whey merupakan protein yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna, sedangkan kasein adalah kelompok protein yang kasar, bergumpal, dan sangat sukar dicerna oleh usus bayi. Protein istimewa yang hanya terdapat dalam ASI adalah taurin. Taurin adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, dan penting juga untuk pertumbuhan retina.

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadar setiap kali di isap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga hanya sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh system pencernaan bayi. ASI juga mengandung asam linoleat yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf otak bayi. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1.

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di


(19)

dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI diserap oleh usus. Kadar mineral yang tidak diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan, mengganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme.

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang cukup untuk 6 bulan sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. oleh karena itu, perlu tambahan vitamin K pada hari ke-1, ke-3, dan ke-7.

2.1.3 Jenis-jenis ASI

Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara yang mengandung banyak protein dan antibody. Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama hingga ketiga atau keempat sejak masa laktasi (Baskoro, 2010 dalam prasetyono, 2012). Pada kolostrum terdapat beberapa protein yaitu imunoglobin A (IgA), laktoferin, dan sel-sel darah putih.Total kalori dalam kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum dengan volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Dari volume kolostrum yang meningkat maka kekebalan bayi juga ikut meningkat akibat isapan bayi baru lahir secara terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir


(20)

diberikan kepada ibunya untuk ditempelkan ke payudara, agar bayi dapat sesering mungkin menyusu.

Foremilk merupakan air susu yang pertama kali keluar. Air susu ini hanya mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan dan sangat cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi (Chumbley, 2003). Setelah foremilk habis, maka kemudian air susu Hindmilk. Hildmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin mirip dengan hidangan pembuka setelha sup pembuka. Air susu ini memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi (Chumbley, 2003).

2.1.4 Manfaat ASI

Menyusui bayi mendatangkan keunutungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan dserap karena mengandung enzim pencernaan. Selain itu ASI juga daapt mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung immunoglobulin untuk menangkal segala jenis penyakit. ASI bersifat praktis, mudah dibberikan kepada bayi, murah serta bersih. Selain itu ASI tidak menyebabkan alergi dan kerusakan gigi akan tetapi mengoptimalkan perkembangan bayi, serta meningkatkan jalinan psikologis antara ibu dan bayi.

Bagi ibu, menyusui dapat mendatangkan keuntungan, yaitu mencegah perdarahan setelah persalinan, mempercepat pengecilan rahim, mennunda masa subur, mengurangi anemia, mencegah kanker ovarium dan kanker payudara, serta sebagai metode kelurga berencana. Di tinjau dari psikologis, kegiatan menyusui


(21)

akan membantu ibu dan bayi untuk membentuk ikatan batin yang baik dan ditinjau dari ekonomi, ibu bisa menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik dari pada ASI.

Bagi keluarga, ASI juga membawa keuntungan seperti, keluarga tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli susu formula, meminimalkan biaya untuk perawatan apabila bayi sehat, menghemat waktu keluarga dan keluarga tidak perlu repot membawa botol susu. Susu formula dan air panas apabila sedang bepergian.

Bagi negara, manfaat ASI adalah untuk menhemat devisa negara, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan sumber daya dan melindungi lingkungan karena tidak ada lagi penebangan pohon dan pecemaran lingkungan (Prasetyono, 2012).

2.1.5 Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI

Menurut Kristiyanasari (2009) ada beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI yaitu makanan yang dimakan ibu. Apabila makanan ibu secara secara teratur mengandung gizi yang diperlukan maka akan berpengaruh pula pada produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik,makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, mineral dan vitamin yang cukup dan ibu dianjurkan untuk minum lebih banyak kira-kira 8-12 gelas sehari karena ibu sering merasa haus pada saat ibu menyusui bayinya (Bobak, 2005). Setelah itu Ketenangan jiwa,pikiran dan pola istirahat sangat


(22)

mempengaruhi Produksi ASI. Keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan kelemahan sangat mempengaruhi dalam produksi ASI karena dapat menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Sehingga sebaiknya ibu yang sedang menyusui harus dalam keadaan tenang dan jangan terlalu banyak dibebani dengan urusan pekerjaan. Penggunaan alat kontrasepsi sebaiknya juga diperhatikan karena pemakaian alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapatm mempengaruhi produksi ASI. Perawatan payudara dilakukan untuk merangsang buah dada agar mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormone progesterone dan esterogen lebih banyak dan hormone oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI. Faktor fisiologi payudara mempengaruhi produksi dan ASI. Dimana ASI dipengaruhi oleh hormone terutama prolaktin karena ini merupakan hormone yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu. Faktor isapan anak juga bisa mempengaruhi dalam pengeluaran ASI. Apabila ibu menyusui anak sebentar saja. Obat-obatan yang mengandung hormone mempengaruhi hormone prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormone ini terganggu maka akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.

2.1.6 Masalah menyusui pada ibu

Menurut Danuatmaja (2003) terdapat beberapa masalah menyusui pada ibu yaitu Kurang informasi yang mengakibatkan banyak ibu menganggap bahwa susu formula sama baiknya dengan ASI bahkan lebih baik dari ASI. hal ini juga


(23)

menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASInya kurang atau terbentur dengan masalah menyusui. Putting susu yang terbenam, putting yang lecet dapat juga menyebabkan ibu berhenti menyusui karena ibu beranggapan bahwa hilangnya peluang menyusui dan akibat sakit pada payudaranya sehingga kebutuhan nutrisi bayi pun kurang

Saluran ASI tersumbat dapat saja karena payudara yang bengkak, hal ini dikarenakan ibu tidak mengeluarkan ASI, posisi yang tidak benar dalam menyusui dan penggunaan BH yang terlalu ketat. Hal ini dapat menyebabkan ibu demam apabila ASI tidak segera dikeluarkan dan sebagian saluran ASI tidak dapat mengeluarkan ASI akibat sumbatan tersebut. Menyusui setelah bedah Caesar dianggap ibu merasa sulit untuk dilakukan karena bekas operasi yang dialami ibu. Ibu dengan penyakit dan yang memerlukan pengobatan juga sering melakukan penghentian menyusui karena takut penyakit yang dialami dan obat- obatan yang dikonsumsi mempengaruhi kesehatan bayi. Padahal dalam hal ini tidak perlu, karena lebih berbahaya bagi bayi jika dimulai memberi susu formula daripada menyusui dari ibu yang sakit dan hanya sebagian kecil saja obat-obatan yang melalui ASI.

Ibu bekerja seringkali menghentikan pemberian ASI karena alasan pekerjaan sehingga banyak ibu yang memberikan susu formula karena ASI perah tidak cukup dan waktu untuk memerah sangat sedikit. Maka dianjurkan ibu untuk mulai menabung ASI perah sebelum ibu kembali bekerja. Semakin banyak tabungan ASI perah yang disimpan ibu di dalam freezer, maka semakin besar peluang untuk menuntaskan pemberian ASI eksklusif pada bayi.


(24)

2.1.7 Masalah menyusui pada bayi

Menurut kristiyanasari (2009) ada beberapa masalah menyusui pada bayi yaitu Bayi bingung putting. Dimana bayi tidak mau menyusu lagi pada ibu karena telah dicoba minum dari botol/dot. Tanda-tanda bayi bingung putting adalah menolak menyusu dari ibu, jika menyusu mulutnya mencucu seperti minum dari dot, dan saat menyusu sebentar-sebentar bayi melepaskan isapannya. Guna mencegah bingung puting, jangan pernah memberi bayi minum dari botol. Jika memberi ASI perahan gunakan dengan cangkir dan sendok.

Bayi enggan menyusu Jika bayi enggan menyusu perlu dicari apakah bayi sakit. Selain sakit, hal-hal yang membuat bayi enggan menyusu adalah karena bingung putting, teknik menyusui yang salah, dan ASI kurang lancar atau terlalu deras.

Bayi sering menangis belum tentu karena lapar atau haus, bisa saja ia takut, kesepian, bosan, basah, kotor, sakit atau rasa ASI tidak enak karena makanan atau obat yang diminum ibu. Selain itu dapat juga karena kolik, dimana bayi akan menangis terus-menerus pada waktu tertentu dan sukar ditenteramkan. Namun, kolik dapat diredakan dengan mengendong bayi dengan memberikan sedikit tekanan pada perutnya.

Sebagian ibu menganggap apabila ia melahirkan bayi kembar maka ASInya tidak dapat mencukupi kebutuhan kedua bayinya. Selanjutnya, ibu pun berusaha memberikan tambahan kepada kedua bayinya tanpa mencoba dahulu. Produksi ASI sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Dua bayi akan merangsang lebih banyak/sering sehingga produksi ASI juga lebih banyak.


(25)

Biasanya, salaah seorang bayi mengisapnya lebih kuat dari yang lain sehingga sebaiknya jangan berikan satu payudara untuk masing-masing, tetapi kedua payudara berikan kepada kedua bayi secara bergantian. Menyusui kedua bayi dapat bersama-sama atau bergantian. Jika bergantian, sebaiknya dimulai dengan yang lebih kecil dahulu.

Bayi dengan reflex isap lemah akan mengalami kesukaran menyusu. Untuk bayi demikian, sebaiknya ASI dikeluarkan atau diperah dan diberikan kepada bayi dengan sonde lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk mengisap. Bayi sumbing dapat disusukan dengan menggunakan posisi tertentu dan bayi juga dapat diberikan ASI dengan pipet, cangkir, atau sendok dalam posisi agak tegak.

Bayi kuning terjadi karena kurangnya pemberian ASI pada hari-hari pertama. Karena ASI hari-hari pertama masih sedikit dan pengeluaran kotoran bayi sedikit, timbul ikterus (kuning)dini. Oleh karena itu, ibu diminta menyusui lebih sering sehingga ASI lebih banyak dan pengeluaran kotoran bayi lebih banyak (Danuatmaja, 2003).

2.1.8 Faktor yang terkait dengan pemberian ASI

Ada beberapa faktor yang terkait dengan pemberina ASI eksklusif menurut prasetyono (2012) yaitu Aspek pemahaman dan pola pikir. Dimana waluapun pemberian ASI sudah banyak disosialisasikan namun tidak sedikit ibu belum mengerti dan meremehkan tentang pemberian ASI. Rendahnya tingakt pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran


(26)

dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki ibu sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola dasar pemberian ASI menjadi pemberian susu formula.

Dari aspek gizi ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi yang sering disebut kolostrum banyak mengandung zat kekebalan, terutama IgA yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, seperti diare. Kolostrum mengandung protein, vitamin A, karbohidrat, dan lemak rendah sehingga sesuai kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

Dari aspek pendidikan kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lain. Waktu yang lama bersama bayi tidak dimanfaatkan secara optimal, sehingga para ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering juga dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI esklusif.

Dari aspek imunologik Kadar imunoglobin A (IgA) dalam kolostrum cukup tinggi. Meskipun sekretori IgA tidak diserap oleh tubuh bayi, tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri pathogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

Secara psikologis menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi, menciptakan interaksi anatara ibu dan bayi yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi, kontak langsung ibu dan bayi melalui


(27)

sentuhan kulit mampu memberikan rasa aman dan puas. Saat menyusui terjalinlah ikatan psikologis antara ibu dan bayi yang tidak diperoleh dari susu formula. ASi tidak hanya mengenyangkan bayi, tetapi mencukupi kebutuhan nutrisi dalam tubuh bayi

Dari aspek kecerdasan, ASI mengandung DHA dan AA yang dibutuhkan bagi perkembangan otak. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama mempunyai dua dampak positif yaitu Proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan asupan gizi menjadi lebih maksimal dikarenakan adanya interaksi yang baik antara ibu dan bayi, yang terjalin ketika menyusui dan bayi yang diberi ASI hingga lebih dari 9 bulan akan tumbuh cerdas.

Secara aspek neurologis dengan meminum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait dengan kativvitas menelan, mengisap, dan bernapas semakin sempurna. Hal ini akan mengurangi risiko gangguan sesak napas pada bayi yang baru lahir. Aspek juga dapat mengurangi biaya tambahan yang diperlukan untuk membeli susu formula berserta peralatannya. Aspek penundaan kehamilan dijelaskan bahwa dengan Ibu menyusui dapat menunda datang bulan dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah.

Dari aspek pekerjaan sebaiknya bekerja bukan menjadi alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Ibu dapat tetap memberikan ASI dengan melakukan pemerahan ASI atau bayi dibawah ketempat kerja apabila tersedia tempat penitipan bayi ditempat kerjanya tersebut. Ibu sebaiknya menghindari susu formula karena bayi akan lebih cepat merasa kenyang saat akan menyusu kepada


(28)

ibunya. Ibu dianjurkan untuk melakukan pemerahan ASI setiap 3-4 jam secara teratur.

2.2Pemberian ASI

Pemberian ASI hendaknya dilakukan seketika setelah bayi dilahirkan setengah jam pertama. Pada masa ini bayi sangat aktif dan mengisap puting payudara sekuat mungkin pengisapan dini dapat mempercepat produksi ASI dan mempererat produksi hubungan psikologis antara bayi baru lahir. Dalam pemberian ASI yang perlu diperhatikan adalah tehnik atau cara pemberian dan waktu pemberian ASI.

2.2.1 Teknik/ Cara pemberian ASI

Dalam pemberian ASI, ibu harus mempersiapkan putting payudara agar ibu dapat menyusui bayi dengan baik. Akan tetapi ada juga putting payudara yang datar atau menekuk kedalam dan hal ini ini bisa menyebabkan bayi sulit menyusu dan tidak merasa puas. Dalam hal ini. Perlu dilakukan pengurutan atau penarikan putting payudara. ASI juga dapat diberikan dengan menggunakan mangkuk atau sendok untuk mencegah bayi bingung putting (Prasetyono, 2012). Selain itu ibu juga perlu memperhatikan posisi ibu dan bayi ketika menyusui. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayinya selama proses menyusui berlangsung. Sebagian ibu memilih menyusui dalam posisi berbaring miring sambil merangkul bayinya dan sebagian lagi melakukannya sambil duduk dikursi dengan punggung diganjal bantal dan masih. Setiap ibu memliki posisi yang berbeda-beda dalam


(29)

memposisikan diri dan bayinya sedemikian rupa agar kenyamanan menyusui dapat tercapai (Kristiyanasari, 2009).

Dalam menyusui yang paling mudah adalah dengan menempelkan pipinya ke payudara, memasukkan putting susu dan pastikan bayi mengisap seluruh area gelap dari payudara dan bukan hanya putting saja. Setelah bayi merasa kenyang ia akan berhenti mengisap dan unutuk menyusui berikutnya letakkan bayi di payudara yang satunya agar bayi menerima air susu dalam volume yang sama dari setiap payudara setiap hari. Hal ini juga untuk menghindari pembengkakan payudara aklibat terlalu penuh dengan air susu (Kristiyanasari, 2009).

2.2.2 Waktu pemberian ASI

Sebaiknya dalam pemberian ASI tidak perlu dijadwalkan karena akann berakibat kurang baik, karena isapan sangat berpengaruh pada produksi ASI selanjutnya.setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Seorang bayi yang menyusui sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam (Prasetyono, 2012). Ibu yang bekerja dianjurkan menyusui bayi dengan sering pada malam hari untuk memacu produksi ASI (Anik, 2009).

2.2.2 Lama waktu menyusui

Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan mulai bayi lahir sampai usia 6 bulan Setelah bayi berumur 6 bulan, ia mulai diperkenalkan dengan makanan


(30)

padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000).

2.3Pemberian ASI pada ibu Bekerja

Seringkali pekerjaan menjadi alasan iibu tidak memberikan ASI kepada bayinya. Sehingga banyak ibu yang terpaksa memberikan susu formula. Tindakan menyusui berpengaruh pada pertumbuhan mental dan fisik bayi. ASI perasan hanya dianjurkan pada ibu yang bekerja. Jika memungkinkan bayi bisa dibawah ketempat kerja, namun tindakan ini sangat sulit dilakukan bila ditempat kerja tidak tersedia sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Sebelum berangkat kerja ibu sebaiknya menyusui bayinya, menyediakan ASI dirumah sebelum berangkat bekerja dan ibu sebaiknya memerah ASI setiap 3-4 jam sekali secara teratur.

2.3.1 Cara memerah ASI

Menurut Sulistyawati (2009), cara memerah ASI dapat dilakukan dengan menggunakan tangan dan pompa. Cara memerah ASI dengan tangan dapat dilakukan dengan melakukan pemijatan (massage) dari bagian atas payudara dengan gerakan memutar dan menekannya kearah dada, selanjutnya dengan melakukan penekanan dari arah atas hingga sekitar putting dan ditekan dengan lembut dengan jari seperti menggelitik, dan kemudian melakukan penggunjangan pada payudara.

Cara memerah dengan pompa yaitu mengendurkan otot dan saluran ASI dipayudara Ibu dengan menaruh handuk hangat diatas payudara atau diurut-urut


(31)

sebelumnya dan pastikan pompa sudah disterilkan sebelum dipakai. Pemerahan memerlukan waktu 15-45 menit dan tidak menyebabkan rasa sakit (Sibuea, 2011).

2.3.2 Cara penyimpanan ASI Perahan

Penyimpanan ASI perahan sebaiknya disimpan dalam wadah khusus atau plastik khusus dan memberikan kode, tanggal dan jam pemerahan sebelum disimpan di lemari es atau freezer. ASI perah disimpan di udara luar dapat tahan 6-8 jam, dalam termos es selama 24 jam, lemari es 2x24 jam, di freezer lemari es 1 pintu selama 12-14 hari dan di freezer lemari es 2 pintu selama 3bulan. Meskipun bisa disimpan lama, ASI dianjurkan segera diberikan pada bayi dalam waktu 2 hari karena jika disimpan dilemari es selama 2 minggu, kemungkinan ada zat antibody yang mati akibat udara dingin sehingga kualitas atau komposisi ASI dapat berubah (Anik, 2009).

2.3.3 Cara Pemberian ASI perahan

Pemberian ASI perah dapat diberikan dengan sendok dan gelas, jangan menggunakan botol susu/dot karena bisa mengakibatkan bayi bingung putting. Jika terdapat sisa ASI perah, jangan simpan karena ASI tersebut sudah tercemar. Agar ASI tidak terbuang, simpan ASI perah dalam wadah ukuran sekali minum (Danuatmaja. 2003). Pada saat ASI perahan yang disimpan di lemari es/freezer akan diberikan kepada bayi ada baiknya ASI perah diletakkan terlebih dahulu di pintu lemari es, kemudian dikeluarkan dan di diamkan beberapa saat di dalam


(32)

suhu kamar setelha itu dihangatkan di dalam wadah yang berisi air panas dan jangan rebus ASI secara langsung karena dapat menyebabkan zat-zat yang terkandung dalam ASI mati (Anik, 2009).

2.4 Tenaga Kesehatan 2.4.1 Pengertian

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan dan memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memiliki kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2008). Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1996, Tenaga kesehatan dibagi atas beberapa jenis yaitu tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis, tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tenaga gizi meliputi mutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara, Sedangkan tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, teknisi transfuse dan perekam medis.


(33)

2.4.2 Peran Petugas Kesehatan dalam program ASI Eksklusif

Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara memberikan konseling tentang ASi sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan 10 langkah keberhasilan menyusui yaitu langkah pertama, memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang dikomunikasikan secara rutin kepada semua staf perawatan kesehatan. Langkah kedua, memberi semua staf perawtan kesehatan latihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini. Langkah ketiga, memberi tahu manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada semua wanita hamil. Langkah keempat, membantu para wanita untuk mulai menyusui sekitar setengah jam sesudah melahirkan. Langkah kelima, menunjukkan cara menyusui dan cara mempertahankan pasokan ASI kepada para wanita bahkan pada situasi dimana mereka harus dipisahkan dari bayinya. Langkah keenam, tidak memberikan makanan dan minuman kepada bayi yang baru lahir selain air susu ibu kecuali ada kebutuhan medis. Langkah ketujuh, mempraktikkan kebijakan ibu dan bayi bersama-sama dalan satu ruangan selama 24 jam sehari. Langkah delapan, mendorong para wanita untuk menyusui sesuai kehendak bayinya. Langkah Sembilan, tidak memberikan putting ussu tiruan atau dot kepada bayi yang disusui. Langkah kesepuluh, mendukung dibentuknya kelompok pendukung menyusui dan merujuk para wanita ke kelompok ini saat mereka dipulangkan dari rumah sakit atau klinik. Beberapa hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam konteks ASI eksklusif lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk


(34)

menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang maih kurang (Sitaresmi, 2010).

Sebelum mulai mendidik ibu-ibu, para petugas kesehatan yakin bahwa nasihatnya adalah berdasarkan pengetahuan yang cukup. Karena itu perlu diketahui seberapa jauh pengetahuan petugas. Dalam hal ini petugas kesehatan memiliki pengetahuan yang didapat selama pendidikan dan bekerja. Jika disetiap instansi kesehatan tersedia tenaga yang terampil dan terlaltih mengenai aplikasi klinis dari proses menyusui serta didukung dari proses menyusui, serta didukung oleh program laktasi, maka dapatlah diharapkan bahwa gabungan kedua komponen ini menjadi kunci keberhasilan proses laktasi (Roesli, 2000)


(35)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RSU dr.Pirngadi Medan yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1. Kerangka penelitian pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja

Tenaga kesehatan wanita yang bekerja mempunyai anak usia 6 bulan -2 tahun

Pemberian ASI terdiri atas: - Teknik&cara

pemberian ASI - Waktu pemberian

ASI

- Lama waktu


(36)

3.2 Defenisi Operasional dan Variabel penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pemberian

ASI oleh tenaga kesehatan

Air susu ibu (ASI) yang diberikan pada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 2 tahun yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terdiri dari: - Pemberian ASI

eksklusif (0-6 bulan)

- Pemberian ASI lanjutan (> 6 bulan-2 tahun) a.teknik&cara pemberian ASI: cara yang dilakukan ibu dalam pemberian ASI pada bayinya

b.waktu pemberian ASI: waktu yang diperlukan ibu dalam pemberian ASI pada bayinya

Kuesioner sebanyak 18 pertanyaan Kuesioner sebanyak 10 pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban: 1:Tidak pernah 2:Jarang 3:Kadang-kadang 4:Sering 5:Selalu Kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban: Dinilai pada setiap item pernyataan. Untuk pernyataan positif disebut baik jika responden menjawab selalu (5), dan disebut tidak baik jika responden menjawab tidak pernah (1), untuk pernyataan negatif disebut baik jika menjawab tidak pernah dan tidak baik jika menjawab selalu Dinilai pada setiap item pernyataan untuk pernyataan positif disebut Ordinal Ordinal


(37)

c.lama waktu menyusui: usia bayi diberikan ASI mulai sejak lahir sampai usia 2 tahun 2: Ya 1: Tidak Kuesioner sebanyak 3 pertanyaan berupa pertanyaan terbuka baik jika responden Ya (2) dan disebut tidak baik jika responden menjawab tidak. Untuk pernyataan negatif disebut baik jika menjawab tidak pernah dan tidak baik jika

menjawab selalu Disebut baik jika:

1.Mendapat ASI eksklusif sampai dengan usia 6 bulan

2.Tetap diberi ASI sampai Usia 2 tahun Disebut tidak baik jika: 1.Tidak

diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan

2.Tidak

diberikan ASI sampai usia 2 tahun

2 tenaga kesehatan

Wanita yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kesehatan yang terdiri dari perawat dan bidan


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasikan gambaran pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RSU dr.Pirngadi Medan.

4.2Populasi dan Sampel penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan yang terdiri dari perawat dan bidan yang memiliki anak umur 6 bulan-2 tahun yang sedang diberikan ASI. Dari hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2012 diperoleh peneliti terdapat 107 tenaga kesehatan yang memiliki anak usia 6 bulan – 2 tahun yang masih diberikan ASI.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau yang mewakili populasi yang layak untuk diteliti (Hidayat, 2006). Populasi dalam penelitian ini yaitu 107 orang tenaga kesehatan wanita yang memiliki anak usia 6 bulan – 2 tahun yang masih diberikan ASI. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggunakan teknik

nonprobability purposive sampling dengan kriteria inklusi adalah (1) wanita perawat/bidan (2) mempunyai anak usia 6-2 tahun yang masih diberikan ASI


(39)

(3)bekerja sebagai perawat/bidan di RSU dr. Pirngadi Medan (4) bersedia menjadi responden.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juni-November 2012 di RSU dr. Pirngadi Medan. Alasan peneliti memilih tempat ini adalah karena Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan, mempunyai letak yang strategis dan memiliki perawat/bidan yang memadai untuk mendapatkan jumlah sampel penelitian.

4.4Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan kemudian mengajukan permohonan izin kepada Direktur RSU dr.Pirngadi Medan. Dalam pengumpulan data, akan dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu menandatangi lembar persetujuan (Informed Consent) yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Bila responden menolak untuk diteliti maka peneliti akan tetap menghormati haknya.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka kuesioner yang diberikan kepada responden akan diberi kode sehingga responden hanya mencantumkan inisal nama responden dan kerahasiaan informasi responden ini dijamin oleh peneliti.


(40)

4.5Instrumen Penelitian

Data responden diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu: kuesioner data demografi dan kuesioner pemberian ASI pada tenaga kesehatan.

1. Data demografi

Data demografi hanya akan menggambarkan karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, agama, suku, dan usia anak.

2. Gambaran Pemberian ASI oleh tenaga kesehatan

Kuesioner pemberian ASI oleh tenaga kesehatan terdiri dari 18 pernyataan, yang terdiri dari pertanyaan cara/teknik pemberian ASI 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban “tidak pernah” nilai 1, “jarang” nilai 2, “kadang-kadang” nilai 3, “sering” nilai 4 dan "selalu” nilai 5. waktu pemberian ASI terdiri dari 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya nilai 2 dan tidak nilai 1. Lama waktu menyusui terdiri dari 3 pertanyaan berupa pertanyaan terbuka.

Kuesioner pemberian ASI oleh tenaga kesehatan terdiri dari pernyataan negatif dan positif. Untuk pertanyaan cara/teknik pemberian ASI jika pertanyaan positif maka jawaban “selalu” nilai 5, “sering” nilai 4, “kadang-kadang” nilai 3, “jarang” nilai 2, dan “tidak pernah” nilai 1 dan untuk pertanyaan negatif sebaliknya jika jawaban jawaban “selalu” nilai 1, “sering” nilai 2, “kadang-kadang” nilai 3, “jarang” nilai 4, dan “tidak pernah” nilai 5.


(41)

Untuk pertanyaan waktu pemberian ASI jika pertanyaan positif maka jawaban“Ya” nilai 2 dan “tidak” nilai 1 dan untuk pernyataan negatif jawaban “Ya” nilai 1 dan “tidak” nilai 2.

Pemberian ASI oleh tenaga kesehatan berdasarkan cara/teknik pemberian ASI, waktu pemberian ASI dan lama menyusui dibagi menjadi 2 kategori yaitu pemberian ASI oleh tenaga kesehatan baik dan pemberian ASI oleh tenaga kesehatan tidak baik yang dinilai dari setiap item pernyataan.

4.6Validitas Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sutu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memliki validitas rendah (Arikunto, 2006). Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Content Validity Index (CVI) dengan meminta bantuan salah seorang staf keperawatan maternitas anak di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan diperoleh hasil validitas yaitu 0,827.

4.7Reliabilitas Penelitian

Uji reliabel menunjukkan sejauh mana alat pengukurannya dapat diandalkan. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika digunakan beberapa kali dalam waktu yang berbeda untuk objek yang sama sehingga akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabel dilakukan terhadap 20 tenaga kesehatan yang memberikan ASI yang bekerja di RSU Mitra Sejati Medan. Data yang telah


(42)

diperoleh diolah dengan menggunakan program komputerisasi yaitu Cronbach Alfa. Dengan nilai Alfa untuk teknik/cara pemberian ASI yaitu 0,760 dan nilai

Alfa untuk waktu pemberian ASI yaitu 0,801. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki koefisien Cronbach alfa 0,7 (Polit&Hungler, 1999).

4.8Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, selanjutnya mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian kepada Direktur RSU dr.Pirngadi. Setelah mendapatkan izin, peneliti menjelaskan kepada responden mengenai maksud dan tujuan penelitian, selanjutnya meminta persetujuan kepada calon responden untuk bersedia diteliti dan jika responden bersedia, responden diminta untuk menandatangani Informed Consent dan dalam pengisian kuesioner sebagian responden didampingi dalam pengisian kuesioner karena ada sebagian responden yang tidak dapat didampingi akibat kesibukan dalam pelaksanaan kegiatan di Rumah Sakit. Apabila pengumpulan data sudah selesai dilakukan, peneliti mengecek kembali kelengkapan pengisian kuesioner dan peneliti melakukan analisa data.

4.9Analisa data

Setelah semua data terkumpul dari hasil penngumpulan data, maka dilakukan analisa data yang terdiri dari beberapa tahap yaitu Editing, mengecek


(43)

nama dan kelengkapan identitas, mengecek kelengkapan data, dan mengecek macam isian data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai kembali responden. Kedua memberikan kode

(Coding) dalam hubungan pengolahan data dengan menggunakan komputer dan tabulasi data dengan memberikan skore (Scoring), terhadap item-item pertanyaan dan pemberian skore. Kemudian data dianalisa dengan menggunakan system komputerisasi dengan uji statistic deskriptif. untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase untuk data demografi, gambaran pemberian ASI oleh tenaga kesehatan.


(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai gambaran pemberian ASI (Air susu ibu) oleh tenaga kesehatan. Data diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 09 Oktober sampai 09 November 2012 di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Jumlah responden sebanyak 107 orang tenaga kesehatan. Penyajian meliputi karakteristik responden dan gambaran pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

1.1.Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini seluruh responden adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari perawat dan bidan yang bekerja di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Deskriptif karakteristik responden terdiri dari umur ibu, agama, pekerjaan, suku dan umur anak.

Tabel 1. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia reproduksi sehat yaitu usia 24-35 tahun dengan mean= 29,05; SD= 2,636. Mayoritas responden beragama Islam (48,6%), bekerja sebagai perawat (70,1%), bersuku batak (66,4%). Berdasarkan usia anak responden mayoritas berusia 6-12 bulan sebanyak 60 orang (56,1%) dan usia 13-24 bulan sebanyak 47 orang (43,9%).


(45)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik Tenaga Kesehatan yang memberikan ASI di Rumah sakit dr. Pirngadi Medan (n= 107)

Karateristik Responden Frekuensi Persentase(%)

Usia Ibu

24-35 tahun 107 100

Agama

Islam 54 50,5

Katolik 9 8,4

Protestan 44 41,1

Pekerjaan

Perawat 75 70,1

Bidan 32 29,9

Suku

Batak 71 66,4

Jawa 30 28

Melayu 6 5,6

Usia Anak

6-12 bulan 60 56,1

13-24 bulan 47 43,9

1.2 Pemberian ASI berdasarkan Teknik/Cara Pemberian ASI

Pada tabel 5.2 di bawah ini menggambarkan teknik/cara pemberian ASI dapat dilihat sebanyak 39 orang (36,4%) mengatakan tidak pernah memberikan susu formula saat bayi berusia kurang dari 6 bulan pada saat ibu sibuk bekerja. Sebagian besar responden mengatakan selalu memanaskan ASI perahan terlebih dahulu dalam wadah yang berisi air panas sebelum diberikan pada bayi yaitu sebanyak 46 orang (43%). Terdapat sebanyak 52 orang (48,6%) mengatakan tidak pernah memberikan ASI perahan dengan menggunakan dot saat ibu bekerja. Sebanyak 44 orang (41,1%) mengatakan tidak pernah menyimpan ASI perahan di dalam kantong plastik (plastik gula) atau pada wadah khusus. Mayoritas responden mengatakan selalu memberikan sisa ASI perahan yang sudah pernah diminum oleh bayi pada pemberian ASI berikutnya yaitu sebanyak 79 orang


(46)

(73,8%). Terdapat 54 orang (50,5%) mengatakan selalu memerah ASI dengan menggunakan pompa atau dengan tangan sebelum ibu bekerja, dan sebanyak 54 orang (50,5%)mengatakan selalu enggan memerah ASI saat berada di tempat kerja, dan terdapat 49 orang (45,8%)mengatakan tidak pernah mengajari pembantu atau penjaga untuk memberikan ASI perahan dengan menggunakan sendok. Mayoritas responden mengatakan selalu memberikan ASI kepada bayi dari kedua payudara secara bergantian yaitu sebanyak 91 orang (85%). dan sebanyak 71 orang (66,4%) mengatakan tidak pernah membawa bayi ketempat kerja supaya kebutuhan ASI untuk bayi terpenuhi.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase teknik pemberian ASI tenaga kesehatan yang bekerja Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan (n=107)

No Pernyataan SL

(%) SRG (%) KDG (%) JRG (%) TP (%) 1. Jika ibu sibuk bekerja, ibu lebih

memilih memberikan susu formula daripada ASI saat bayi berusia kurang dari 6 bulan

7 (6,5) 11 (10,3) 35 (32,7) 15 (14) 39 (36,4) 2. Ibu memanaskan ASI perahan

terlebih dahulu dalam wadah yang berisi air panas sebelum diberikan kepada bayi 46 (43) 7 (6,5) 15 (14) 9 (8,4) 30 (28) 3. Saat Ibu bekerja, ASI perahan

diberikan dengan menggunakan dot 16 (15) 4 (3,7) 22 (20,6) 13 (12,1) 52 48,6) 4. Ibu menyimpan ASI perahan di

dalam kantung plastik (plastik gula) atau pada wadah khusus

37 (34,6) 9 (8,4) 13 (12,1) 4 (3,7) 44 (41,1) 5. Ibu memberikan sisa ASI perahan

yang sudah pernah diminum oleh bayi pada jadwal pemberian ASI berikutnya 79 (73,8) 3 (2,8) 16 (15) 3 (2,8) 6 (5,6) 6. Ibu memerah ASI dengan

menggunakan pompa atau dengan tangan sebelum ibu bekerja

54 (50,5) 11 (10,3) 17 (15,9) 6 (5,6) 19 (17,8)


(47)

7. Ibu enggan memerah ASI saat berada ditempat kerja

54 (50,5) 11 (10,3) 19 (17,8) 3 (2,8) 20 (18,7) 8. Ibu mengajari pembantu atau

penjaga untuk memberikan ASI perahan dengan menggunakan sendok 20 (18,7) 11 (10,3) 23 (21,5) 4 (3,7) 49 (45,8) 9. Pada saat ibu tidak bekerja, Ibu

memberikan ASI kepada bayi dari kedua payudara secara bergantian

91 (85)

8

(7,5) 0

1 (0,9)

7 (6,5) 10. Ibu membawa bayi ketempat

kerja supaya kebutuhan ASI untuk bayinya terpenuhi

14 (13,1) 5 (4,7) 10 (9,3) 7 (6,5) 71 (66,4)

1.3 Pemberian ASI berdasarkan Waktu Pemberian ASI

Pada tabel 5.3 dibawah ini menggambarkan waktu pemberian ASI dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengatakan bahwa ibu memberikan ASI sebelum ibu berangkat bekerja yaitu sebanyak 102 orang (95,3%), dan sebanyak 78 orang (72,9%) mengatakan bahwa ibu tidak memerah ASI setiap 3-4 jam secara teratur pada saat ibu ditempat kerja. terdapat sebanyak 92 orang (86%) mengatakan ibu menyusui bayinya sekitar 5-15 menit setiap kali menyusui, dan sebanyak 100 orang (93,5%) mengatakan memberikan ASI pada malam hari pada saat ibu tidak bekerja dan sebanyak 82 orang (76,6%) mengatakan memberikan ASI setiap 2 jam sekali.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Waktu pemberian ASI Tenaga Kesehatan yang Bekerja di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan (n=107)

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

1. Ibu memberikan ASI sebelum ibu berangkat bekerja

102 95,3 5 4,7

2. Ditempat kerja, ibu memerah ASI setiap 3-4


(48)

3. Ibu menyusui bayi sekitar 5-15 menit setiap

kali menyusui 92 86 15 14

4. Ibu memberikan ASI pada malam hari pada

saat ibu tidak bekerja 100 93,5 7 6,5

5. Ibu memberikan ASI pada bayi setiap 2 jam

sekali 82 76,6 25 23,4

1.4Pemberian ASI berdasarkan Lama menyusui

Hasil penelitian yang berdasarkan jawaban terhadap kuisioner berupa pertanyaan terbuka tentang lama menyusui diperoleh bahwa responden memberikan ASI paling lama pada usia 0-6 bulan sebanyak 48 orang (44,8%), usia 7-12 bulan sebanyak 32 orang (29,8%), usia 13-24 bulan sebanyak 25 orang (23,3%) dan responden yang memberikan ASI sampai usia lebih dari 24 bulan yaitu 2 orang (1,8%). Responden yang memberikan makanan tambahan pada bayi mulai usia 3-6 bulan sebanyak 81 orang (75,6%), usia lebih dari 6 bulan sebanyak 26 orang (24,3%). Sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula mulai usia 0-6 bulan sebanyak 80 orang (74,9%), usia 7-24 bulan sebanyak 27 orang (25,1%). Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase lama menyusui Tenaga

Kesehatan yang Bekerja di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan (n=107)

No Pernyataan F %

1. Lama Bayi mendapatkan ASI 0-6 bulan 7-12 bulan 13-24 bulan >24 bulan 48 32 25 2 44.8 29,8 23,3 1,8

2. Usia Bayi mendapatkan Makanan Tambahan atau susu formula 0-6 bulan >6 bulan 81 26 75,6 24,3


(49)

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan akan dijabarkan mengenai hasil penelitian, yakni gambaran pemberian ASI oleh tenaga Kesehatan yang Bekerja. Pemberian ASI ini dikategorikan dari teknik/cara pemberian ASI, waktu pemberian ASI dan lama menyusui.

Dari hasil penelitian berdasarkan kategori teknik/cara pemberian ASI didapatkan bahwa terdapat 39 orang (36,4%) ibu yang tidak pernah memberikan susu formula pada bayinya pada saat ibu sibuk bekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Kristiyansari (2009) yang mengatakan ibu yang bekerja dianjurkan untuk memerah ASI segera setelah bayi lahir. Menurut penelitian Rohani (2007) mengatakan bahwa ibu yang bekerja cenderung untuk tidak memberikan ASI Eksklusif karena mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu yang lama sehingga mereka membiasakan bayinya menyusu dari botol dengan susu formula atau memberikan makanan tambahan.

Penelitian Rohani sesuai dengan hasil penelitian bahwa terdapat 81 orang (75,6%) responden yang sudah memberikan makanan tambahan atau susu formula dibawah usia 6 bulan. Pemberian susu formula pada bayi akan beresiko tinggi bagi kesehatannya, begitu pula pencampuran dengan tingkat pengenceran yang salah dan kebersihan air pencampur yang buruk menyebabkan bayi mudah terserang penyakit dan kekurangan gizi. Menurut Yuliarti (2010) mengatakan susu formula tidak mempunyai antibodi seperti dalam ASI dan pemberian susu formula pada bayi akan meningkatkan resiko munculnya penyakit yang ditularkan melalui air dan sebaiknya tidak diberikan pada bayi berusia dibawah 6 bulan. Sedangkan


(50)

Menurut Depkes (2004) dinyatakan bahwa susu formula tidak bisa menggantikan ASI dan hanya ASI saja yang mampu memenuhi semua kebutuhan bayi mulai dari lahir sampai usia 2 tahun kehidupan.

Menurut Kristiyansari (2009) mengatakan apabila ibu bekerja ASI perahan dapat dititipkan kepada pengasuh agar diberikan kepada bayinya. Akan tetapi dari hasil penelitian terdapat 49 orang (45,8%) yang tidak pernah mengajarkan penjaga atau pembantu untuk memberikan ASI perahan sehingga terdapat 16 orang (15%) responden yang selalu memberikan ASI perahan dengan menggunakan dot padahal secara psikologis, pemberian ASI perahan dengan menggunakan dot mengakibatkan proses pembentukan rahang bawah bayi menjadi lebih maju. Menurut Prasetyono (2012) menyatakan bahwa ASI perahan dapat diberikan dengan menggunakan mangkuk atau sendok untuk mencegah bayi bingung putting.

Dari hasil penelitian berdasarkan waktu pemberian ASI didapatkan bahwa masih terdapat responden yang tidak memberikan ASI setiap 3 jam sekali yaitu 25 orang (23,4%). Hal ini sesuai dengan pendapat Padmawati (dalam Soetjiningsih, 1997) mengatakan bahwa menyusui bayi sebaiknya tidak dijadwalkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Para ibu yang menyusui disarankan memberikan ASI kepada bayi maksimum 10 menit setiap tiga jam, kemudian mereka memberikan ASI kedua apabila bayi masih menunjukkan rasa lapar (Walshaw, 2005).

Menurut Penelitian yang dilakukan Komite Dokter Umum dan Asosiasi Praktisi Medis Inggris mengatakan bahwa memberikan ASI secara rutin setiap 10


(51)

menit setiap hari membuat bayi lebih sehat dan berat badannya lebih baik dan teknik ini dianggap lebih baik dibandingkan dengan metode baby led atau mengikuti keinginan bayi yang meminta ASI jika lapar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana terdapat (86%) ibu yang selalui menyusui bayinya sekitar 5-15 menit setiap kali menyusui.

Untuk Ibu yang bekerja dianjurkan menyusui bayi sebelum berangkat bekerja agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi(Danuatmaja, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa terdapat (95,3%) ibu yang memberikan ASI sebelum ibu berangkat bekerja. Apabila ibu tidak sempat menyusui bayinya ibu dianjurkan sering menyusui bayinya pada malam hari untuk memacu produksi ASI (Anik, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat 100 orang (93,5%) responden yang memberikan ASI pada malam hari pada saat ibu tidak bekerja.

Lama bayi menyusu juga mempengaruhi produksi ASI sebab ASI di produksi disesuaikan dengan permintaan bayi (demand and supply). ASI akan di produksi apabila persediaan ASI telah habis. Pabrik susu akan memproduksi ASI dengan jumlah yang sama dengan ASI yang telah dikeluarkan. Semakin lama bayi menyusu makan akan semakin banyak jumlah ASI yang dikeluarkan dari payudara sehingga menimbulkan rangsangan untuk memproduksi ASI dengan jumlah yang lebih banyak (Neifert, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian lama menyusui bahwa responden memberikan ASI paling lama mulai usia 0-6 bulan (44,8) dan selebihnya responden memberikan ASI sampai usia 2 tahun (53,1%), dan bahkan sampai usia


(52)

lebih dari usia 2 tahun terdapat (1,8%) responden yang tetap memberikan ASI. Hal ini sesuai dengan pendapat Sekartini (2011) yang mengatakan pemberian ASI sebaiknya diberikan pada 2 tahun pertama kehidupan karena ASI mengandung zat gizi yang palinng sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam percepatan tumbuh kembang. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan ibu untuk memberikan Asi eksklusif selama sekurang-kurangnya 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 1 tahun (Costance, 2010). Menurut Prasetyono (2012) mengatakan sebaiknya bayi siap diberikan makanan tambahan pada usia 6 bulan lebih karena apabila makanan tambahan sudah diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik serta menyebabkan gangguan pencernaan. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian bahwa terdapat (75,6%) responden yang sudah memberikan makanan tambahan pada bayinya dibawah usia 6 bulan.

Pada jawaban setiap responden ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam pengisian kuesioner, hal ini disebabkan karena kurangnya konsentrasi responden dalam pengisian kuisioner. Dalam setiap pernyataan responden lebih percaya pada pertanyaan terbuka karena responden diminta untuk mengingat kembali pada saat mereka pemberian ASI pada bayinya.


(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dengan judul Gambaran Pemberian ASI oleh Tenaga Kesehatan yang Bekerja di RSUD dr. Pirngadi Medan, maka dapat diambil kesimpulan dari 107 orang tenaga kesehatan yang bekerja yang menjadi responden penelitian diketahui bahwa responden berada pada kelompok usia reproduksi sehat yaitu usia 20-35 tahun. Mayoritas responden beragama Islam (48,6%), bekerja sebagai perawat (70,1%), bersuku batak (66,4%) dan usia anak berada pada usia 6-12 bulan (56,1%) dan 13-24 bulan (43,9%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI berdasarkan teknik pemberian ASI terdapat (50,5%) responden yang memerah ASI dengan menggunakan pompa atau tangan sebelum ibu bekerja dan terdapat (39%) yang tidak pernah memberikan susu formula pada bayinya pada saat ibu bekerja pada usia dibawah 6 bulan. Berdasarkan waktu pemberian ASI didapatkan (95,3%) yang memberikan ASI kepada bayinya sebelum berangkat bekerja. Sedangkan berdasarkan lama menyusu responden memberikan ASI paling lama pada usia 0-6 bulan (44,8%), memberikan makanan tambahan atau susu formula pada usia 0-6 bulan (75,6%).


(54)

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Pendidikan Keperawatan

Dapat menjadi bahan masukan khususnya bagi pendidikan keperawatan agar lebih menekankan pada materi pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di bidang maternitas

6.2.2 Untuk Tenaga Kesehatan

Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif dan sebagai bahan informasi dalam perbaikan dan pengembangan program pelayanan kesehatan dan juga sebagai dorongan dalam pemberian penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi. 6.2.3 Untuk Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama memgenai pemberian ASI oleh tenaga kesehatan. Dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar melakukan pengumpulan data lebih baik dengan mendampingi responden untuk pengisian kuesioner agar hasil yang diharapkan lebih akurat.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arifin, M Siregar. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor tang mempengaruhinya. Diambil tanggal 3 Mei 2012

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Chumbley, Jane. (2003). Tips Soal ASI dan Menyusui. Jakarta: Erlangga

Dalimunthe, A. Sally. (2011). Faktor-Faktor Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 bulan> Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Danuatmaja, Bonny. (2003). 40 Hari Pasca Persalinan, Masalah dan Solusinya.

Jakarta: Puspa Swara

Hidayat, A.A.A.(2007).Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba medika.

Kritiyanasari, Weni. (2009). ASI, MENYUSUI & SADARI. Yogyakarta: Nuha Medika

Maryunani, Anik. (2009). Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: Trans Info Media

Polit, D. F & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research: Principles and Methods Fifth Edition. Philadephia: J. B Lippicot Company

Prasetyono, Dwi Sunar. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif: Pengenalan, Praktik, dan Kemanfaatan-Kemanfaatannya. Yogyakarta: DIVA Press


(56)

Rohani, 2007. Pengaruh Karakteristik ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja PuskesmasTeluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2010. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Sibuea, Rina. (2012). Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja Di Kecamatan Porsea. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Silalahi, Santaria. M. (2005). Pengetahuan dan Sikap Ibu-Ibu Menyusui di Kota dan di Desa tentang Pemberian ASI Eksklusif. Fakultas Keperawatan Sumatera Utara

Sinclair, Costance. (2003). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Sitaresmi, M, N, 2010. Isu Kebijakan Tentang Pemberian ASI secara Eksklusif,

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Adi

diakses 25 Maret 2011

Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung :Tarsito

Sekartini, Rini. (2011). Buku Pintar Bayi. Jakarta: Pustaka Bunda

Sri Purwanti, Hubertin. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku untuk Bidan. Jakarta: EGC

Yatimin. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu memberian Makanan Tambahan pada Usia 0-6 bulan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(57)

Rohani, 2007. Pengaruh Karakteristik ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja PuskesmasTeluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2010. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Sibuea, Rina. (2012). Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja Di Kecamatan Porsea. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Silalahi, Santaria. M. (2005). Pengetahuan dan Sikap Ibu-Ibu Menyusui di Kota dan di Desa tentang Pemberian ASI Eksklusif. Fakultas Keperawatan Sumatera Utara

Sinclair, Costance. (2003). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Sitaresmi, M, N, 2010. Isu Kebijakan Tentang Pemberian ASI secara Eksklusif,

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Adi

diakses 25 Maret 2011

Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung :Tarsito

Sekartini, Rini. (2011). Buku Pintar Bayi. Jakarta: Pustaka Bunda

Sri Purwanti, Hubertin. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku untuk Bidan. Jakarta: EGC

Yatimin. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu memberian Makanan Tambahan pada Usia 0-6 bulan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(58)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya Mona Sitinjak, Nim: 111121062, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RSU dr. Pirngadi Medan” untuk keperluan menyelesaikan tugas akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pemberian ASI oleh tenaga kesehatan yang bekerja di RSU dr.Pirngadi Medan.

Untuk keperluan tersebut saya harapkan kesediaan ibu-ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Jika bersedia dimohon untuk mengisi lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa dikenai sanksi apapun.

Jika ibu bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu-ibu.

Penelitian mengucapkan terimakasih atas partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini.

Medan, Juni 2012

Peneliti Responden


(59)

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PEMBERIAN ASI OLEH TENAGA KESEHATAN YANG BEKERJA RSUD dr. PIRNGADI MEDAN

Kode : Tanggal :

Bagian 1. Kuesioner Data Demografi Responden

Umur Ibu :

Agama : ( ) Kristen Protestan ( )Katolik

( ) Islam ( )dll

Pekerjaan : ( ) Perawat ( ) Bidan

Suku : ( ) Batak ( ) Melayu

( ) Jawa ( ) Lain-lain


(60)

Bagian 2. Kuesioner Pemberian ASI oleh tenaga kesehatan wanita yang bekerja

A. Kuesioner berdasarkan cara/teknik pemberian ASI

Petunjuk : tenaga kesehatan akan ditanyakan informasi mengenai pemberian ASI sesuai dengan cara/teknik pemberian ASI. Ibu diminta untuk menjawab dengan jujur dan mencheklist (√) kolom jawaban yang ibu rasa paling benar. Dengan 5 alternatif jawaban yaitu:

B. SL : Selalu C. SR : Sering

D. KDG : Kadang-kadang E. JRG : Jarang

F. TP : Tidak Pernah

No Pernyataan SL SR KDG JR TP

1. Jika ibu sibuk bekerja, ibu lebih memilih memberikan susu formula daripada ASI saat bayi berusia kurang dari 6 bulan 2. Ibu memanaskan ASI perahan terlebih

dahulu dalam wadah yang berisi air panas sebelum diberikan kepada bayi 3. Saat Ibu bekerja, ASI perahan diberikan

dengan menggunakan dot

4. Ibu menyimpan ASI perahan di dalam kantung plastik (plastik gula) atau pada


(61)

wadah khusus

5. Ibu memberikan sisa ASI perahan yang sudah pernah diminum oleh bayi pada jadwal pemberian ASI berikutnya 6. Ibu memerah ASI dengan menggunakan

pompa atau dengan tangan sebelum ibu bekerja

7. Ibu enggan memerah ASI saat berada ditempat kerja

8. Ibu mengajari pembantu atau penjaga untuk memberikan ASI perahan dengan menggunakan sendok

9. Pada saat ibu tidak bekerja, Ibu

memberikan ASI kepada bayi dari kedua payudara secara bergantian

10. Ibu membawa bayi ketempat kerja supaya kebutuhan ASI untuk bayinya terpenuhi


(62)

B. Kuesioner berdasarkan waktu pemberian ASI

No Pernyataan YA TIDAK

1. Ibu memberikan ASI sebelum ibu berangkat bekerja

2. Ditempat kerja, ibu memerah ASI setiap 3-4 jam secara teratur

3. Ibu menyusui bayi sekitar 5-15 menit setiap kali menyusui

4. Ibu memberikan ASI pada malam hari pada saat ibu tidak bekerja

5. Ibu memberikan ASI pada bayi setiap 2 jam sekali

C. Kuesioner berdasarkan lama waktu menyusui 1. Berapa lama bayi ibu mendapat ASI ?

...bulan

2. Sejak usia berapa bayi ibu mendapat makanan tambahan ? ...bulan

3. Sejak usia berapa bayi ibu mendapat susu formula ? ...bulan


(63)

DATASET ACTIVATE DataSet1. DATASET CLOSE DataSet6. GET

FILE='C:\Users\Toshiba\Documents\Untitled1(demografi mona yang baru)).sav'.

Warning # 67. Command name: GET FILE

The document is already in use by another user or process. If you make

changes to the document they may overwrite changes made by others or your

changes may be overwritten by others.

File opened C:\Users\Toshiba\Documents\Untitled1(demografi mona yang baru)).sav

DATASET NAME DataSet7 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES VARIABLES=umuribu agama pekerjaan suku umuranak /STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN

/ORDER=ANALYSIS.

requencies

Notes

Output Created 18-Des-2012 00:14:47

Comments

Input Data rs\Toshiba\Documents\Untitled1(

demografi mona yang baru)).sav

Active Dataset DataSet7

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 107

Missing Value Handling Definition of Missing efined missing values are treated as missing. Cases Used stics are based on all cases with valid data. Syntax UENCIES VARIABLES=umuribu agama pekerjaan suku umuranak TATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN /ORDER=ANALYSIS.


(64)

Notes

Output Created 18-Des-2012 00:14:47

Comments

Input Data rs\Toshiba\Documents\Untitled1(

demografi mona yang baru)).sav

Active Dataset DataSet7

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 107

Missing Value Handling Definition of Missing efined missing values are treated as missing. Cases Used stics are based on all cases with valid data. Syntax UENCIES VARIABLES=umuribu agama pekerjaan suku umuranak TATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,031

Elapsed Time 00:00:00,040

Statistics

umuribu Agama pekerjaan suku umuranak

N Valid 107 107 107 107 107

Missing 0 0 0 0 0

Mean 29,05 13,29

Std. Deviation 2,636 5,623

Minimum 24 6


(65)

Frequency Table

umuribu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 24 2 1,9 1,9 1,9

25 8 7,5 7,5 9,3

26 9 8,4 8,4 17,8

27 13 12,1 12,1 29,9

28 14 13,1 13,1 43,0

29 17 15,9 15,9 58,9

30 16 15,0 15,0 73,8

31 9 8,4 8,4 82,2

32 7 6,5 6,5 88,8

33 4 3,7 3,7 92,5

34 5 4,7 4,7 97,2

35 3 2,8 2,8 100,0

Total 107 100,0 100,0

agama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid islam 54 50,5 50,5 50,5

katolik 9 8,4 8,4 58,9

protestan 44 41,1 41,1 100,0

Total 107 100,0 100,0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid bidan 32 29,9 29,9 29,9

perawat 75 70,1 70,1 100,0

Total 107 100,0 100,0

suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid batak 1 ,9 ,9 ,9

Batak 70 65,4 65,4 66,4

jawa 30 28,0 28,0 94,4

melayu 6 5,6 5,6 100,0


(66)

umuranak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 6 10 9,3 9,3 9,3

7 8 7,5 7,5 16,8

8 14 13,1 13,1 29,9

9 6 5,6 5,6 35,5

10 2 1,9 1,9 37,4

11 5 4,7 4,7 42,1

12 15 14,0 14,0 56,1

13 1 ,9 ,9 57,0

14 1 ,9 ,9 57,9

15 6 5,6 5,6 63,6

16 5 4,7 4,7 68,2

17 3 2,8 2,8 71,0

18 11 10,3 10,3 81,3

19 3 2,8 2,8 84,1

20 5 4,7 4,7 88,8

21 2 1,9 1,9 90,7

24 10 9,3 9,3 100,0

Total 107 100,0 100,0

Statistics

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10

N Valid 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 2,36 3,28 2,24 2,92 4,36 3,70 3,71 2,52 4,64 1,92

Median 2,00 3,00 2,00 3,00 5,00 5,00 5,00 3,00 5,00 1,00

Mode 1 5 1 1 5 5 5 1 5 1

Std. Deviation 1,254 1,715 1,466 1,781 1,177 1,555 1,554 1,586 1,041 1,461

Minimum 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Maximum 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5


(67)

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 39 36,4 36,4 36,4

2 15 14,0 14,0 50,5

3 35 32,7 32,7 83,2

4 11 10,3 10,3 93,5

5 7 6,5 6,5 100,0

Total 107 100,0 100,0

T2

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 30 28,0 28,0 28,0

2 9 8,4 8,4 36,4

3 15 14,0 14,0 50,5

4 7 6,5 6,5 57,0

5 46 43,0 43,0 100,0

Total 107 100,0 100,0

T3

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

1 52 48,6 48,6 48,6

2 13 12,1 12,1 60,7

3 22 20,6 20,6 81,3

4 4 3,7 3,7 85,0

5 16 15,0 15,0 100,0

Total 107 100,0 100,0

T4

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 44 41,1 41,1 41,1

2 4 3,7 3,7 44,9

3 13 12,1 12,1 57,0

4 9 8,4 8,4 65,4


(68)

T4

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 44 41,1 41,1 41,1

2 4 3,7 3,7 44,9

3 13 12,1 12,1 57,0

4 9 8,4 8,4 65,4

5 37 34,6 34,6 100,0

Total 107 100,0 100,0

T5

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 6 5,6 5,6 5,6

2 3 2,8 2,8 8,4

3 16 15,0 15,0 23,4

4 3 2,8 2,8 26,2

5 79 73,8 73,8 100,0

Total 107 100,0 100,0

6

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 19 17,8 17,8 17,8

2 6 5,6 5,6 23,4

3 17 15,9 15,9 39,3

4 11 10,3 10,3 49,5

5 54 50,5 50,5 100,0

Total 107 100,0 100,0

T7

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 20 18,7 18,7 18,7

2 3 2,8 2,8 21,5

3 19 17,8 17,8 39,3

4 11 10,3 10,3 49,5

5 54 50,5 50,5 100,0


(69)

T8

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 49 45,8 45,8 45,8

2 4 3,7 3,7 49,5

3 23 21,5 21,5 71,0

4 11 10,3 10,3 81,3

5 20 18,7 18,7 100,0

Total 107 100,0 100,0

T9

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 7 6,5 6,5 6,5

2 1 ,9 ,9 7,5

4 8 7,5 7,5 15,0

5 91 85,0 85,0 100,0

Total 107 100,0 100,0

T10

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 71 66,4 66,4 66,4

2 7 6,5 6,5 72,9

3 10 9,3 9,3 82,2

4 5 4,7 4,7 86,9

5 14 13,1 13,1 100,0

Total 107 100,0 100,0

Statistics

W1 W2 W3 W4 W5

N Valid 107 107 107 107 107

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1,95 1,27 1,86 1,93 1,77

Median 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00

Mode 2 1 2 2 2

Std. Deviation ,212 ,447 ,349 ,248 ,425

Minimum 1 1 1 1 1


(70)

W1

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 5 4,7 4,7 4,7

2 102 95,3 95,3 100,0

Total 107 100,0 100,0

W2

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 78 72,9 72,9 72,9

2 29 27,1 27,1 100,0

Total 107 100,0 100,0

W3

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

1 15 14,0 14,0 14,0

2 92 86,0 86,0 100,0

Total 107 100,0 100,0

W4

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 7 6,5 6,5 6,5

2 100 93,5 93,5 100,0

Total 107 100,0 100,0

W5

Frequency Percent Valid Percent umulative Percent

Valid 1 25 23,4 23,4 23,4

2 82 76,6 76,6 100,0


(71)

Frequencies

Notes

Created 17-Des-2012 23:56:23

nts

Dataset 0

e

ws in Working Data File 107

Value Handling n of Missing fined missing values are treated as missing.

Used s are based on all cases with valid data.

ENCIES VARIABLES=L1 L2 L3 STICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM

MEAN ER=ANALYSIS.

ces or Time 00:00:00,000

Time 00:00:00,010

Statistics

L1 L2 L3

N Valid 107 107 107

Missing 0 0 0

Mean 9,96 5,97 4,60

Std. Deviation 6,778 1,103 3,582

Minimum 1 3 0


(1)

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN 1. PROPOSAL

a. Print proposal Rp. 100.000

b. Biaya internet Rp. 50.000

c. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 30.000 d. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

e. CD Rp. 10.000

2. PENGUMPULAN DATA

a. Surat Izin penelitian Rp. 400.000

b. Transportasi Rp. 100.000

c. Fotocopy lembar kuisioner Rp. 60.000 3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a. Biaya rental dan print Rp. 100.000

b. CD Rp. 10.000

c. Penjilidan Rp. 150.000

d. Fotocopy laporan penelitian Rp. 50.000

4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 200.000

___________


(2)

Medan, 17 Juli 2012 Perihal : Uji Validitas

Kepada Yth. Nur Asnah Sitohang S.Kep,Ns, M. Kep Di Medan

Sehubungan dengan penyusunan skripsi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara, dibutuhkan validasi instrument untuk mendukung hasil penelitan yang akurat, untuk itu kami mohon kesediaan Ibu memberikan uji

validitas bagi mahasiswa kami yang tersebut dibawah ini:

Nama : Mona Sitinjak

NIM : 111121062

Jurusan : S1 Keperawatan

Judul : Gambaran pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada tenaga kesehatan yang bekerja di RSU dr.Pirngadi Medan

Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Mengetahui: Yang Membuat Pernyataan

Dosen Pembimbing Permohonan,

Ellyta Aizar, S,Kp

111121062 Mona Sitinjak


(3)

(4)

(5)

(6)

CURRICULUM VITAE

N a m a : Mona Sitinjak

Tempat / Tgl. Lahir : Laguboti, 20 Juni 1988

Alamat : Jln. Ngalengko Lr. Tirtonadi No. 8A Medan

Status Keluarga : Belum Menikah

Alamat Institusi : Jl. Prof. Ma’as No. 3 Medan – 20155 Telp. (061) 8213318

Nama Ayah : Martahan Sitinjak

Nama Ibu : Santalia Napitupulu

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Lulus SD Negeri No. 173550 Laguboti tahun 2000 2. Lulus SMP Negeri 1 Laguboti Tahun 2003

3. Lulus SMA Negeri 1 Laguboti Tahun 2006

4. Lulus D3 Keperawatan YTP. Arjuna Laguboti Tahun 2010 5. Lulus S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2013