Mekanisme Perlindungan Saksi Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun

Pasal 31 LPSK wajib memberikan perlindungan sepenuhnya kepada Saksi danatau Korban, termasuk keluarganya, sejak ditandatanganinya pernyataan kesediaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30. Pasal 32 1 Perlindungan atas keamanan Saksi danatau Korban hanya dapat dihentikan berdasarkan alasan: a. Saksi danatau Korban meminta agar perlindungan terhadapnya dihentikan dalam hal permohonan diajukan atas inisiatif sendiri; b. Atas permintaan pejabat yang berwenang dalam hal permintaan perlindungan terhadap Saksi danatau Korban berdasarkan atas permintaan pejabat yang bersangkutan; c. Saksi danatau Korban melanggar ketentuan sebagaimana tertulis dalam perjanjian; atau d. LPSK berpendapat bahwa Saksi danatau Korban tidak lagi memerlukan perlindungan berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan. 2 Penghentian perlindungan keamanan seorang Saksi danatau Korban harus dilakukan secara tertulis.

C. Mekanisme Perlindungan Saksi Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun

2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban Mekanisme pemberian perlindungan dalam UU PSK jika dilihat dari UU PSK di bagi dalam beberapa tahap yakni 1 Tahap permohonan 2 Tahap perjanjian perlindungan 3 Tahap tindakan perlindungan dan pengamanan saksi dan 4 Pemberhentian perlindungan. Universitas Sumatera Utara 1. UU PSK menyatakan bahwa Saksi danatau Korban, baik atas inisiatif sendiri maupun atas permintaan pejabat yang berwenang, mengajukan permohonan secara tertulis kepada LPSK. Permohonan 51 Permohonan permintaan perlindungan dapat disampaikan saksi ke petugas penyelidik, penyidik atau penuntutan. Kemudian para petugas akan menyampaikan permohonan tertulis ke LPSK, atau atas inisiatif sendiri saksi dapat memberikan permohonan ke LPSK. Undang-undang memang memberikan mandat bahwa laporan haruslah berbentuk tertulis. Proses ini berawal saat polisi menyadari, baik melalui pihak intelijen mereka sendiri atau informasi dari saksi, bahwa saksi mengalami ancaman. Pada sisi lain, petugas penyelidik-penyidik atau penuntut umum harus memberikan informasi kepada saksi pemohon perlindungan bahwa program perlindungan saksi memang bisa digunakan untuk pemberian perlindungan saksi, namun keputusan mengenai jenis bantuan seperti apa yang akan diberikan hanya dapat dilakukan oleh LPSK setelah mengikuti prosedur yang resmi atas keputusan Ketua LPSK. Aparat penyelidik-penyidik atau penuntut umum juga bertanggung jawab untuk menjelaskan persyaratan-persyaratan terkait dengan program perlindungan saksi sebelum menyampaikan permohonan kepada LPSK. 2. UU PSK menyatakan bahwa perjanjian perlindungan LPSK terhadap Saksi danatau Korban tindak pidana diberikan denganmempertimbangkan syarat Perjanjian Perlindungan Nota Kesepahamam 51 Pasal 29 UU No. 13 Tahun 2006. Universitas Sumatera Utara sebagai berikut 52 Tidak semua saksi diterima untuk diberikan perlindungan karena meskipun LPSK telah menyetujui kasus tersebut akan ditangani, saksi harus menyetujui dulu dengan menandatangani sebuah Nota Kesepahaman sebelum pengaturan perlindungan. Nota Kesepahaman tersebut dirancang tidak hanya untuk memastikan bahwa saksi tahu apa yang bisa mereka dapat dari pelindungan yang diberikan LPSK, tapi juga tahu bentuk kerja sama seperti apa yang harus diberikan sebagai bagian dari pengaturan dan pemeliharaan keselamatan mereka sendiri. : a sifat pentingnya keterangan Saksi danatau Korban; b tingkat ancaman yang membahayakan Saksi danatau Korban; c hasil analisis tim medis ataupsikolog terhadap Saksi danatau Korban; d rekam jejak kejahatanyang pernah dilakukan oleh Saksi danatau Korban. Secara khusus, hal itu memberi indikasi kepada saksi bahwa semua aspek perlindungan yang diberikan akan menimbulkan syarat tertentu, misalnya jika LPSK meminta saksi untuk berada jauh dari lingkungan rumah mereka dengan syarat saksi tidak akan memberikan informasi kepada siapa pun, terrnasuk keluarga dan teman-temannya, yang bias memberikan petunjuk akan alamat baru mereka. Apabila saksi tidak mau menandatangani Nota Kesepahaman itu maka tanggung jawab akan perlindungan mereka tetap berada di aparat penyelidikan terkait meskipun diberikan juga bantuan teknis dan saran dari LPSK. 52 Pasal 28 UU No. 13 Tahun 2006. Universitas Sumatera Utara Dalam syarat dan ketentuan perlindungan Saksi dan Korban Nota Kesepahaman, pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan Saksi dan Korban haruslah memuat: 53 3. 1 kesediaan Saksi danatau Korban untuk memberikan kesaksian dalam proses peradilan; ,2 kesediaan Saksi danatau Korban untuk mematuhi aturan yang berkenaan dengan keselamatannya; 3 kesediaan Saksi danatau Korban untuk tidak berhubungan dengan cara apa pun dengan orang lain selain atas persetujuan LPSK, selama ia berada dalam perlindungan LPSK 4 kewajiban Saksi danatau Korban untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun mengenai keberadaannya di bawah perlindungan LPSK; dan 5 hal-hal lain yang dianggap perlu oleh LPSK. Sejak ditandatanganinya pernyataan kesediaan tersebut, LPSK wajib memberikan perlindungan sepenuhnya kepada Saksi danatau Korban, termasuk keluarganya. Setelah Nota Kesepahaman ditandatangani, LPSK akan menyiapkan profil domestik dan keuangan saksi secara menyeluruh untuk menyediakan informasi penting dalam membantu proses perlindungan. Perlindungan yang dapat diberikan kepada saksi tentunya dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tajam baik dari staf LPSK maupun kesedian saksi yang ikut dalam program, termasuk mempertimbangkan implikasi-implikasi yang mungkin termasuk pertimbangan efisiensi. Tindakan perlindungan dalam program perlindungan saksi sangatlah beragam dan sangat tergantung dengan berbagai faktor-faktor yang memungkinkan tindakan perlindungan ini dilakukan. Tindakan Perlindungan dan Pengamanan Saksi 53 Pasal 30 ayat 2 UU No. 13 Tahun 2006 Universitas Sumatera Utara Tindakan pengamanan ini merupakan tindakan yang memiliki banyak aktivitas dan variasi yang tujuannya adalah memberikan keamanan kepada saksi maupun keluarganya atau pihak yang terkait. Tindakan keamanan ini dalam berbagai program perlindungan mencakup tindakan-tindakan khusus yang memiliki variasi sesuai dengan konteks waktu dimana saksi tersebut mengikuti dalam program perlindungan. Konteks waktu ini biasanya lebih terkait dengan waktu tahapan sistem peradilan pidana misal, pelaporan, penyidikan, penuntututan, persidangan dan seterusnya. Jika saksi telah diikutkan dalam program perlindungan berada pada tahap pelaporan tindak pidana maka tindakan pengaman yang dilakukan bisa dengan penggunaan kamera pengintai yang dipasang di rumah saksidan keluarganya. prosedur atau tindakan penggunaan layarkaca duaarah ataupun video untuk proses identifikasi pelaku, melakukan pengintaian, mengosongkan ruang publik, peminjaman alat alarm pribadi, dan lain sebagainya dalam kondisi-kondisi tertentu tindakan perlindungan juga mencakup: a. Tindakan Pemindahan atau Relokasi b. Perlindungan Rumah Aman c. Peruhahan Identitas 4. UU PSK menyatakan bahwa perlindungan atas keamanan Saksi dan atau Korban hanya dapat dihentikan berdasarkan alasan Pemberhentian Perlindungan 54 54 Lihat Pasal 32 UU No. 13 Tahun 2006. : 1 Saksi dan atau Korban Universitas Sumatera Utara meminta agar perlindungan terhadapnya dihentikan dalam hal permohonan diajukan atas inisiatif sendiri; 2 atas permintaan pejabat yang berwenang dalam hal permintaan perlindungan terhadap Saksi danatau Korban berdasarkan atas permintaan pejabat yang bersangkutan; 3 Saksi danatau Korban melanggar ketentuan sebagaimana tertulis dalam perjanjian; atau 4 LPSK berpendapat bahwa Saksi danatau Korban tidak lagi memerlukan perlindungan berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan. Penghentian perlindungan keamanan seorang Saksi danatau Korban harus dilakukan secara tertulis.

D. Kerja Sama Antar Lembaga