Untuk itu perlu ada pengaturan semacam perjanjian kerjasama antar instansi seperti antara LPSK dengan kepolisian dan LPSK dengan pihak kuasa
hukum agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Perjanjian itu bias berbentuk Mou kerjasama perlindungan saksi. di samping itu LPSK juga harus
melakukan kerjasama dengan pihak kejaksaan dan pengadilan. Hal ini bertujuan agar tidak terulang kembali kejadian yang sama seperti yang terjadi antara LPSK
dengan kepolisian dan dengan kuasa hukum.
C. Permasalahan Internal Kelembagaan LPSK
UU PSK menyatakan LPSK terdiri atas, Pimpinan dan Anggota.
83
Berdasarkan Undang-Undang, anggota dari LPSK terdiri atas 7 tujuh orang yang berasal dari unsur profesional yang mempunyai pengalaman di bidang
pemajuan, pemenuhan, perlindungan, penegakan hukum dan hak asasi manusia. UU PSK juga telah menetapkan siapa saja representasi yang berhak menjadi
anggota dari lembaga ini yakni representasi dari: kepolisian, kejaksaan, Pimpinan LPSK terdiri atas Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap anggota
yang dipilih dari dan oleh anggota LPSK Mengenai tata cara pemilihan Pimpinan LPSK akan diatur dengan peraturan internal LPSK nantinya. Sedangkan masa
jabatan Ketua dan Wakil Ketua LPSK ditetapkan oleh UU selama 5 lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sarna, hanya untuk 1
satu kali masa jabatan berikutnya.
83
Pasal 16 UU No. 13 Tahun 2006.
Universitas Sumatera Utara
Departemen Hukum danHak Asasi Manusia, Komnas HAM, advokat, akademisi atau lembaga swadaya masyarakat.
Dalam pelaksanaan tugasnya, LPSK akan dibantu oleh sebuah sekretariat yang bertugas memberikan pelayanan administrasi bagikegiatan LPSK.
Sekretariat LPSK tersebut dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sekretaris
Negara. Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, susunan, organisasi, tugas, dan tanggung jawab sekretariat ini dapat dilihat dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 82 Tahun 2008 Tentang Kesekretariatan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
Dari ketentuan yang demikian bisa dilihat bahwa lembaga ini, oleh perumusnya meniru bentuk bentuk lembaga atau komisi negara yang telah ada
saat ini.
84
84
Lembagalembaga seperti: KOMNAS HAM, KPK, dll.
Karena disatu sisi ada keinginan yang kuat dari paraperumus RUU untuk membuat lembaga yang independen namun disisi lainya dalam praktek
tidak mungkin karena dibutuhkan sebuah koordinasi yang besar antara lembaga pemerintah, penegak hokum dan masyarakat sipil, maka model keanggotaan ini
yang menjadi pilihan. Akibatnya representasi anggotanya haruslah mewakili dari berbagai institusi yang telah ada. Representasi keanggotaan dalam rumusan
tersebut masih didominasi aparat pemerintah dari berbagai institusi negara. Sedangkan anggota yang berlatar belakang profesional bukan dari institusi negara,
justru menjadi minoritas.ini juga akan menjadi problem sehingga menutup akses bagi para profesional diluar lembaga negara.
Universitas Sumatera Utara
Masa jabatan Anggota LPSK adalah 5 lima tahun dan setelah berakhir dalam satu kali masa jabatannya maka dapat dipilih kembali, hanya untuk 1 satu
kali masa jabatan berikutnya. Namun untuk dapat dipilih kembali harusah mengikuti pemilihan yang sudah ditetapkan. Masa jabatan 5 tahun ini mengikuti
dari pola atau trend dari masa jabatandi berbagai komisi negara lainnya seperti Komisi Nasional Komnas HAM, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi
Yudisial dan lain lain. Pilihan masa jabatan 5 tahun dipilih karena apabila keanggotannya hanya dalam jangka waktu 3 tahun tentunya terlalu singkat dan
akan membebani proses bekerjanya lembaga. Hal ini karena proses pemilihan anggota biasanya mengambil porsi yang besar dalam kinerja lembaga.
Namun perlu dipikirkan mengenai masa jabatan dalam LPSK ini, karena UU PSK memang menetapkan masa jabatan dan pola rekruitmen bagi anggota
LPSK secara serempak. Dalam pengalaman di berbagai lembaga lainnya pola rekruitmen yang serempak ini akan menimbulkan implikasi bagi pelaksanan tugas
lembaga. Biasanya pelaksanaan tugas menjadi terganggu selama masa transisi ke pemilihan anggota baru menjelang masa akhir angota dan terpilihnya anggota
baru. Idealnya pemilihan anggota LPSK ini dilakukan dengan cara penggantian sebagian starggerd terms sehingga tidak terjadi kekosongan anggota LPSK.
Sebagai solusi dari kelemahan UU ini maka pemilihan anggota LPSK sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum masa tugas anggota lama berakhir.
UU PSK hanya menyatakan bahwa untuk dapat diangkat menjadi anggota LPSK, seseorang haruslah memenuhi syarat
85
85
Pasal 23 UU no. 13 Tahun 2006.
yakni:
Universitas Sumatera Utara
1 Warga negara Indonesia;
2 Sehar jasmani dan rohani;
3 Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan
yang ancaman pidananya paling singkat 5 lima tahun
86
4 Berusia paling rendah 40 empat puluh rahun dan paling tinggi 65 enam
puluh lima tahun pada saat proses pemilihan; ;
5 Berpendidikan paling rendah S1 strata satu;
6 Berpengalaman di bidang hukum dan hak asasi manusia paling singkat 10
sepuluh tahun; 7
Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela; dan 8
Memiliki nomor pokok wajib pajak NPWP. Terhadap beberapa syarat umum tersebut ada hal-hal yang harus di kritisi.
Pertama, UU tidak menjelaskan mengenai syarat tidak pernah dijatuhkan pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancamannya paling sedikit 5
tahun. Ketentuan ini sebaiknya harus di tambahkan perkecualiannya yakni tindak pidana yang terkait dengan politik.
Kedua, adalah batasan umur yakni minimal 40 tahun. Syarat ini sebaiknya dihilangkan saja atau paling tidak diberi batasan yang lebih longgar misalnya 30
tahun. Pembatasan umur minimal 40 tahun akan menghambat orang-orang yang memiliki potensi dan kemampuan yang baik untuk bisa ikut mencalonkan dirinya.
Lagi pula indikator kenapa harus 40 tahun tidak begitu jelas argumentasinya.
86
UU tidak menjelaskan mengenai sayrat tidak pernah dijatuhkan pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancamannya paling sedikit 5 tahun. Ketentuan ini
sebaiknya harus ditambahkan pengecualiannya yakni tindak pidana yang terkait dengan politik.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, syarat mengenai pengalaman 10 tahun dalam bidang hukum dan HAM. Syarat ini justru membatasi orang-orang yang berkomptetan di bidang
keilmuwan lainnya yang justru dibutuhkan dalam LPSK ini, misalnya, bidang kelimuwan medik dan kesehatan, psikolog, psikiatri dan lain sebagainya. Sangat
aneh jika LPSK hanya berisikan orang-orang yang keilmuwannya sama hanya di bidang Hukum dan HAM semata. Ini justru kontra produktif dengan mandat
lembaga ini. Apalagi jika dikaitkan syarat 10 tahun bekerja di bidang HAM dan Hukum, asumsi bahwa dengan 10 tahun maka orang tersebut akan banyak
memiliki pengalaman adalah asumsi yang keliru. Ketentuan ini juga makin membatasi orang-orang yang kompeten untuk masuk ke dalam LPSK, karena
anggotanya juga sudah dibatasi dengan perwakilan atau reperesentasi lembaga.
87
Pemilihan model keanggotaan seperti ini di satu sisi akan membebani kerja-kerja LPSK kedepannya karena pemilihan maupun keikutsertaan
anggotanya sudah di tetapkan sedemikian rinci. Sebaiknya pemilihan anggota didasari kepada latar belakang keahlian anggotanya yang dilihat dari kepentingan
atau urgensitas kerja-kerja LPSK kedepannya. Misalnya, pakar perlindungan saksi, pakar dibidang dukungan terhadap korban kejahatan victim suport, bidang
hukum HAM dan pidana, keahlian psikolog dan lain-lain. Tidak justru diisi oleh orang-orang yang dalam kerja-kerja LPSK hanyalah sebagai wakil institusi
semata. Jangan terjadi juga keanggotaan LPSK justru diisi oleh orang yang akan pensiun dari pekerjaan di Departemen dilingkungan pemerintah dan para pencari
87
Supriyadi Widodo Eddyono, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban di Indonesia Sebuah Pemetaan Awal, ICW-ICJR-Koalisi Perlindungan Saksi, 2007, hal 19.
Universitas Sumatera Utara
kerja, seperti yang saat ini banyak terjadi di pemilihan-pemilihan anggota Komisi lainnya.
88
Untuk pertama kali seleksi dan pemilihan anggota LPSK dilakukan oleh Presiden
89
dan dalam melaksanakan seleksi dan pemilihan tersebut Presiden akan membentuk panitia seleksi yang terdiri atas 5 lima orang, dengan susunan: 2
dua orang berasal dari unsur pemerintah; dan 3 tiga orang berasal dari unsur masyarakat. Dalam kaitannya dengan pemilihan maka anggota panitia seleksi
nantinya tidak dapat dicalonkan sebagai anggota LPSK. Namun ketentuan lebih lanjut mengenai susunan panitia seleksi, tata cara pelaksanaan seleksi, dan
pemilihan calon anggota LPSK, akan diatur dengan Peraturan Presiden.
90
UU PSK menyatakan bahwa panitia seleksi setelah melakukan proses seleksi akan memberikan nama mengusulkan kepada Presiden sejumlah 21 dua
puluh satu orang calon yang telah memenuhi persyaratan. Dari hasil panitia seleksi tersebut Presiden kemudian memilih sebanyak 14 empat belas untuk
diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Selanjutnya DPR akan memilih dan menyetujui 7 tujuh orang dari calon yang disusulkan oleh Presiden
dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pengajuan calon anggota LPSK diterima.
88
Ibid., hal 17.
89
Pasal 19 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2006. Hal ini berarti untuk pemilihan generasi kedua dari LPSK akan dilakukan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk oleh LPSK. Sebagai contoh
lihat pemilihan
90
Pasal 19 ayat 5 UU No. 13 Tahun 2006.
Universitas Sumatera Utara
Jika dalam kondisi tertentu dimana DPR tidak memberikan persetujuan terhadap seorang calon atau lebih yang diajukan oleh Presiden, maka dalam
jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejaktanggal diterimanya pengajuan calon anggota LPSK, DPR harus memberitahukan kepada
Presiden mengenai ketidaksetujuan DPR, disertai dengan alasan. Dan jika DPR tidak memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud hal diatas, maka Presiden
akan mengajukan calon pengganti sebanyak 2 dua kali jumlah calon anggota yang tidak disetujui. Dalam kondisi yang demikian maka DPR wajib memberikan
persetujuan terhadap calon pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat 3, dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pengajuan
calon pengganti diterima. Setelah menerima persetujuan dari DPR mengenai calon anggota LPSK
maka Presiden kemudian menetapkan anggota LPSK yang telah memperoleh persetujuan DPR, dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung
sejak tanggal persetujuan diterima Presiden. Model pemilihan anggota LPSK yang dicantumkan dalam rumusan
tersebut sebaiknya tidak menggunakan DPR sebagai pemilih final, karena model pemilihan tersebut “dapat dipolitisi”. Lagi pula karena lembaga ini bertanggung
jawab kepada presiden, maka sebaiknya urusan tersebut sebaiknya di lakukan oleh presiden.
Universitas Sumatera Utara
UU menyatakan bahwa Anggota LPSK diberhentikan karena
91
a. Meninggal dunia;
:
b. Masa tugasnya telah berakhir;
c. Atas permintaan sendiri;
d. Sakit jasmani atau rohani yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan
tugas selama 30 tiga puluh hari secara terus menerus; e.
Melakukan perbuatan tercela danatau hal-hal lain yang berdasarkan Keputusan LPSK yang bersangkutan harus diberhentikan karena telah
mencemarkan martabat dan reputasi, danatau mengurangi kemandirian dan kredibilitas LPSK;
f. Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan yang
ancaman pidananya paling singkat5 lima tahun. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan
pemberhentian anggota LPSK ini telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian
Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. UU PSK menyatakan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, LPSK dibantu
oleh sebuah sekretariat yang bertugas memberikan pelayanan administrasi bagi kegiatan LPSK. Sekretariat LPSK ini akan dipimpin oleh seorang Sekretaris yang
berasal dari Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sekretaris Negara. Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, susunan,
organisasi, tugas, dan tanggung jawab sekretariat diatur dengan Peraturan
91
Pasal 24 UU No. 13 Tahun 2006.
Universitas Sumatera Utara
Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2008 Tentang Kesekretariatan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Sekretariat Jendral adalah aparatur
pemerintah yang di dalam menjalankan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada ketua di lembaganya. Selain itu Sekertariat
Jendral mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan teknis administratif kepada seluruh unsur di lingkungan lembaga tempat ia bekerja.
Dalam melaksanakan tugasnya ini Sekertariat Jendral biasanya di berikan staf dan unit pendukung yang di bagi dalam biro-biro yang sesuai dengan
kebutuhan dari lembaga yang bersangkutan. Dari studi atas fungsi dan tugas sekjen dalam lembaga negara lainnya, perlu langkah yang lebih kritis untuk
melihat bagaimana tugas dan fungsi Sekjen ini dapat melebur dengan fungsi dan tugas dari LPSK. Hal ini menjadi krusial karena bila menggunakan model struktur
sekjen yang telah ada seperti layaknya lembaga negara lain, kemungkinan menjadi tumpang tindihnya kewenangan dan mandat kerja baik yang dilakukan Sekjen
beserta aparaturnya maupun Komisioner beserta kelengkapannya. Hal ini terjadi karena besarya tugas dan fungsi dari Sekjen yang
bersangkutan yang biasanya mencakup dukungan teknis, menyelenggarakan kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi adminsitrasi kegiatan lembaga,
pelayanan administrasi dalam penyusunan rencana dan program kerja lembaga, pelayanan administrasi dalam kerjasama lembaga dengan lembaga pemerintah dan
lembaga non pemerintah baik di dalam negeri maupun di luar negeri, pelayanan kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data serta penyusunan laporan
kegiatan Sekjen, menyelenggarakan kegiatan administrasi lembaga serta
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan pembinaan organisasi, administrasi keanggotaan lembaga serta melaksanakan pembinaan organisasi, administrasi kepegawaian, keuangan sarana
dan prasarana Sekjen. Disamping itu pula biasanya Sekjen ini memiliki kewenangan besar dalam
membuat rincian rumusan tugas dan fungsi dan susunan organisasi serta tata kerja sekjen. Begitu besarnya tugas dan fungsi Sekjen di dalam Komisi Negara
sheingga dapat menimbulkan prasangka adanya dua posisi tertinggi yang ada dalam Komisi yakni Ketua Komisi dengan komisioner dan stafnya dan Sekjen
dengan staf dalam lingkup fungsi dan tugasnya.
Oleh karena itu dalam kaitannya dengan LPSK maka posisi Sekjen ini haruslah diperhatikan dengan lebih teliti jangan sampai posisi dan porsi pekerjaan
Sekjen yang terlalu dominan sehingga justru akan mengganggu kinerja staf dan pegawai di LPSK. Sebaiknya posisi Sekjen diletakkan dalam kerangka dan porsi
yang lebih tepat yakni berada di sebuah bidang yang koordinasinya berada di bawah ketua LPSK. Model rekruitmen bagi Sekjen juga harus di kritisi karena
selama ini praktik rekruitmen Sekjen dalam lembaga negarakomisi negara umumnya tidak transparan. Para calon Sekjen sebuah komisi biasanya hanya
ditawarkan kepada Komisi oleh departemen terkait. Pola ini sebaiknya juga harus dikritisi. Lebih baik bila dalam rekruitmen calon Sekjen LPSK Anggota LPSK
yang membuka bursa calon, atau paling tidak LPSK yang akan merekomendasikan 3 calon kepada Menteri Negara untuk selanjutnya menetapkan
setelah melakukan konsultasi dengan LPSK.
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan program kerja LPSK hanya dapat dicapai jika adanya dukungan sumber daya manusia yang baik dari kalangan pegawai atau staf yang
bekerja di LPSK Karena itulah maka keberadaan dukungan staf yang berintegritas tinggi, profesional, berkualitas dan memiliki produktifitas yang tinggi sangatlah
penting dalam kerja LPSK Apalagi jika dikaitkan dengan misi yang spesifik dari kerja-kerja perlindungan saksi yang menunrut kedisiplinan dan kerahasiaan yang
sangat tinggi. Selain itu perlu dipertimbangkan secara hati-hati bahwa sifat kerja atau karakter pekerjaan LPSK mungkin tidak dapat sepenuhnya mengadopsi
system birokrasi negara. Problem kepegawaian atau staf di berbagai lembaga yang telah ada menunjukkan pola yang seragam misalnya lemahnya integriras,
lemahnya kualitas, lemahnya produktifitas. Lemahnya integritas dapat dilaihat dari kecendrungan korupsi, dan kolusi. Bila dikaitkan dalam kerja LPSK
lemahnya integritas ini bisa dilihat berbagai aspek misalnya menjual informasi mengenai program perlindungan saksi kepada pihak luar yang bersifat rahasia,
memeras korban, penggelapan uang dan lain sebagainya.Terkait dengan lemahnya kualitas adalah tidak adanya kemampuan dari staf untuk melaksanakan pekerjaan
dan tugas. Sedangkan lemahnya produktifitas bisa dilihat dad kurang disiplin kerja misalnya jarang masuk, sering terlambat, keluar di luar jam kerja dan lain
sebagainya. Masalah-masalah tersebut disebabkan berbagai hal, misalnya karena kelemahan sistem rekruitmen staf, lemahnya Standard Operational Procedure
SOP, pengawasan yang lemah, dan karena gaji dan tunjangan staf yang tidak memadai.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan