Selama ini keberadaan saksi maupun pelapor dalam proses peradilan pidana kurang mendapat respon dan perhatian dari pihak masyarakat maupun penegak
hukum itu sendiri sehingga kasus-kasus yang tidak terungkap dan tidak terselesaikan banyak disebabkan oleh karena saksi enggan melapor atau
memberikan kesaksiannya kepada penegak hukum karena terlebih dahulu mendapatkan ancaman. Oleh karena itu dalam rangka menumbuhkan partisipasi
dan paham masyarakat untuk mengungkap tundak pidana perlu diciptakan iklim yang kondusif dengan cara memberikan perlindungan hukum dan keamanan
kepada setiap orang yang mengetahui atau menemukan suatu hal yang dapat membantu atau mengungkap tindak pidana yang telah terjadi dan mempunyai
keberanian untuk memaparkan apa yang terjadi sesungguhnya kepada aparat penegak hukum.
3. Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Bagian ini akan menguraikan terlebih dahulu pengertian tindak pidana sebelum menguraikan pengertian tindak pidana korupsi. Pembentuk undang-
undang menggunakan istilah straafbaarfeit untuk menyebutkan istilah tindak pidana, tetapi tidak memberikan penjelasan secara rinci mengenai straafbaarfeit
tersebut. Straafbaafeit berasal dari 2 unsur kata yaitu straafbaar yang diartikan “dapat dihukum” dan feit yang diartikan “sebagian dari kenyataan”. Secara
harafiah istilah straafbaarfeit berarti “sebagian dari kenyataan yang dapat
keamanan saksi tersebut. Abdul Haris Semendawai, Revisi UU No. 13 Tahun 2006 “Momentum Penguatan Perlindungan Saksi dan Korban”.
Universitas Sumatera Utara
dihukum”.
31
Simons kemudian merumuskan straafbaarfeit sebagai tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang
yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang yang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum. Moeljatno pun
berpendapat bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi
barang siapa yang melanggar aturan tersebut. Hal ini tentu saja tidak tepat karena yang bisa dihukum adalah
manusia sebagai pribadi bukan kenyataan, perbuatan dan tindakan.
32
Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dapat dijumpai dimana-mana dan sejarah membuktikan bahwa hampir tiap negara dihadapkan pada masalah
korupsi. Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru menarik perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di
Indonesia sendiri fenomena korupsi ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam masyarakat
Indonesia jaman penjajahan yaitu dengan adanya tradisi memberikan upeti oleh beberapa golongan masyarakat kepada penguasa setempat.
Kemudian setelah perang dunia kedua, muncul era baru, gejolak korupsi ini meningkat di negara yang sedang berkembang, Negara yang baru memperoleh
31
http:click-gtg.blogspot.com2008_08_01_archive.html , Apa itu Korupsi?, diakses pada
tanggal 27 Oktober 2011, pukul 22.35 WIB.
32
http:fayusman-rifai.blogspot.com201102pengertian-tindak-pidana.html Pengertian Tindak
Pidana, diakses pada tanggal 27 Oktober 2011, pukul 22.10 WIB.
Universitas Sumatera Utara
kemerdekaan. Masalah korupsi ini sangat berbahaya karena dapat menghancurkan jaringan sosial, yang secara tidak langsung memperlemah ketahanan nasional
serta eksistensi suatu bangsa. Reimon Aron seorang sosiolog berpendapat bahwa korupsi dapat mengundang gejolak revolusi, alat yang ampuh untuk
mengkreditkan suatu bangsa. Bukanlah tidak mungkin penyaluran akan timbul apabila penguasa tidak secepatnya menyelesaikan masalah korupsi.
33
Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut. Telah banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan.
Di negeri ini sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker ganas yang menjalar ke sel-sel organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga tinggi negara
seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN. Apalagi mengingat di akhir masa orde baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana. Mulai dari pejabat
kecil hingga pejabat tinggi.
Walaupun demikian, peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang tindak pidana korupsi sudah ada. Di Indonesia sendiri, undang-
undang tentang tindak pidana korupsi sudah 4 empat kali mengalami perubahan. Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang korupsi, yakni :
1. Undang-undang nomor 24 Tahun 1960 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi,
33
B. Simanjuntak, S.H., Pengantar Kriminologi dan Pantologi social, Tarsino, Bandung 1981 hal 310.
Universitas Sumatera Utara
2. Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi, 3.
Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi,
4. Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas undang-
undang pemberantasan tindak pidana korupsi.
Dalam ensiklopedia Indonesia disebut “korupsi” dari bahasa Latin: corruption = penyuapan; corruptore = merusak gejala dimana para pejabat,
badan-badan Negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta ketidak beresan lainnya. Adapun arti harfia dari korupsi dapat
berupa :
1. Kejahatan kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan
ketidakjujuran. 2.
Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan sogok dan sebagainya.
3. Korup busuk; suka menerima uang suap, uang sogok; memakai
kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya. Korupsi perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
sebagainya; Koruptor orang yang korupsi.
Menurut Kartini Kartono, beliau memberikan defenisinya tentang Korupsi: “Bahwa yang dikatakan korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeruk keuntungan pribadi, merugikan
Universitas Sumatera Utara
kepentingan umum dan Negara. Jadi korupsi merupakan gejala: salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi: salah urus terhadapa sumber-
sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal misalnya dengan alasan hukum dan kekuatan senjata untuk memperkaya
diri sendiri.
34
Hal yang hampir sama juga di berikan oleh Leden Marpaung yang menyatakan bahwa pengertian masyarakat umum terhadap kata “korupsi” adalah
berkenaan dengan “keuangan negara” yang dimiliki secara tidak sah haram.
35
Pengertian korupsi menurut Black’s law Dictionary adalah korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan
yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya
sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain. Kamus Besar Bahasa Indonesia memuat pengertian korupsi sebagai
perbuatan penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan dan lain sebagainya untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
36
Baharuddin Lopa mengutip pendapat dari David M. Chalmers, menguraikan arti istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut
34
Kartini Kartono, Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru. CV. Rajawali Press. 1983.
35
Laden Marpaung, Tindak Pidana Korupsi Masalah dan Pemecahannya, Sinar Grafika, Jakarta
36
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta: Pustaka Amani, 1993, hal.135
Universitas Sumatera Utara
masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang kepentingan umum.
37
Korupsi menurut Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme berbunyi: “korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tindak pidana korupsi”.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tindak pidana korupsi adalah Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang- Undang No. 31 Tahun 1999.
Menurut perspektif UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentukjenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal
tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi. Ketigapuluh bentukjenis tindak pidana korupsi
tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kerugian keuangan Negara
b. Suap-menyuap
c. Penggelapan dalam jabatan
d. Pemerasan
e. Perbuatan curang
37
Evi Hartanti, S.H., Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika Jakarta, Jakarta 2005. Hal 9.
Universitas Sumatera Utara
f. Benturan kepentingan
g. Gratifikasi
Selain bentukjenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan di atas, tindak pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang
tertuang dalam Undang-Undang adalah: a.
Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi b.
Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar c.
Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka d.
Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu e.
Saksi yang membuka identitas pelapor.
38
Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 bahwa korupsi diartikan:
1. Barang siapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung merugikan keuangan Negara dan atau perekonomian Negara dan atau
perekonomian Negara atau diketahui patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan Negara Pasal 2;
2. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu badan menyalah gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan secara langsung dapat
merugikan Negara atau perekonomian Negara Pasal 3.
3. Barang siapa melakukan kejahatan yang tercantum dalam pasal 209, 210,
387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 425, 435 KUHP.
38
Komisi Pemberantasan Korupsi, Definisi Korupsi Menurut Perspektif Hukum dan E- Announcement Untuk Tata Kelola Pemerintahan Yang Lebih Terbuka, Transparan, dan
Akuntabel, disampaikan dalam seminar nasional upaya perbaikan system penyelenggaraan pengadaan barangjasa pemerintah, Disampaikan oleh Dr. M. Syamsa Ardisasmita, DEA Deputi
Bidang Informasi dan Data KPK, Jakarta 23 Agustus 2006.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian korupsi diatas maka diperoleh unsur-unsur tindak pidana korupsi yaitu :
1. Setiap orang, maksud dari setiap orang adalah orang perseorangan
termasuk korporasi. 2.
Melawan hukum, maksud melawan hukum adalah perbuatan yang dilakukan dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan dan
norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat. 3.
Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, dasar maksud memperkaya disini ditafsirkan suatu perbuatan
dengan mana si pelaku bertambah kekayaannya oleh karena perbuatan tersebut, modus operandi perbuatan memperkaya dapat dilakukan dengan
berbagai cara misalnya dengan membeli, menjual, mengambil, memindahkan rekening, menandatangani kontrak serta perbuatan lainnya
sehingga si pelaku bertambah kaya. 4.
Dapat merugikan keuangan atau perekonomian Negara, Keuangan atau perekonomian Negara yang dimaksud disini adalah seluruh keuangan
negara dalam bentuk apapun yang berada pada penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat Negara dari tingkat pusat sampai tingkat
daerah.
Memperhatikan uraian diatas korupsi dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana yang mengandung
unsur-unsur sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Adanya pelaku atau beberapa orang pelaku
2. Adanya tindakan yang melanggar norma hukum
3. Adanya unsur merugikan keuangan atau kekayaan Negara
4. Baik langsung atau tidak langsung untuk memperoleh keuntungan
pribadikelompok atau golongan tertentu.
F. Metode Penelitian