Senyawa tetraemil-Pb dan tetraetil-Pb dapat diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak. Sedangkan
dalam udara tetraetil-Pb terurai dengan cepat karena adanya sinar matahari. Tetraetil- Pb akan terurai membentuk trietil-Pb, dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa
uraian dari tetraetil-Pb tersebut memiliki bau yang sangat spesifik seperti bau bawang putih. Sulit larut dalam minyak, semua senyawa turunan ini dapat larut dengan baik
dalam air. Senyawa timbal Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara sehingga kemudian terhirup pada saat bernapas dan sebagian akan menumpuk
dikulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan Anonimous, 2011. Timbal Pb diketahui tidak mempunyai fungsi biologi apapun dalam tubuh
manusia. Tidak ada bukti bahwa ada kadar terendah timbal dalam darah yang aman bagi kesehatan. Timbal seperti halnya zat besi dan kalsium diserap dengan cara yang
sama di saluran pencernaan. Anak mengabsorbsi timbal Pb lebih tinggi, lebih kurang 50 dibandingkan orang dewasa hanya 10. Tetraethyl lead yang dipakai
sebagai pencampur bensin akan dibuang ke udara dan dapat diabsorbsi melalui kulit Falken, 2003.
2.3. Timbal Pb Dalam Makanan
Palar 2004 mengatakan bahwa memang sudah ada beberapa studi yang menyebutkan adanya kontaminasi timbal Pb pada makanan olahan dan makanan
kaleng serta makanan yang telah diasamkan dapat melarutkan timbal Pb dari wadah atau alat-alat pengolahannya. Beberapa studi terbatas juga telah menemukan timbal
Pb pada daun tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
Makan di pinggir jalan beresiko cukup tinggi untuk menyebabkan penyakit. Banyak wabah penyakit di Indonesia yang tersebar karena kebiasaan masyarakat
untuk makan jajanan sembarangan yang berbahaya di pinggir jalan. Di antaranya adalah penyakit typhus, hepatitis dan keracunan bahan kimia. Meski demikian,
terkadang kita kesulitan mencari makan saat di perjalanan atau jika sedang kemalaman. Pilihan yang paling mudah adalah membeli makan di pinggir jalan
Dewi, 2012. Beberapa kalangan, khususnya kalangan yang sangat memperhatikan gizi dari
setiap makanan yang dikonsumsi, melihat bahwa gorengan sebenarnya adalah makanan sangat berbahaya bagi kesehatan. Salah satu alasannya adalah faktor kondisi
sekitar pedagang gorengan yang menjadi penyebab gorengan menjadi tidak sehat untuk dikonsumsi. Kita bisa bayangkan jika membeli gorengan dari pedagang
gorengan yang berjualan tepat di pinggir jalan yang banyak dilalui kendaraan. Kita tidak tahu sudah berapa banyak kandungan asap kendaraan bermotor yang menempel
pada gorengan tadi Fathurrahman, 2011. Sudah banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa timbal Pb dapat
mencemari makanan. Yuliarti 2007 mengatakan kita mesti mewaspadai kandungan timbal Pb dalam berbagai jenis jajanan, terutama jajanan pasar seperti kue lapis,
naga sari, putus ayu, bolu kukus, kue talam, dadar gulung, dan berbagai jenis sus karena dalam sebuah penelitian ditunjukkan bahwa ternyata kadar timbal Pb dalam
makanan cukup tinggi, yakni berkisar antara 1,73-4,25 ppm. Cemaran logam timbal Pb ini diduga berasal dari sisa pembakaran atau asap
kendaraan bermotor. Jadi, yang jadi permasalahan sebenarnya bukan jenis
Universitas Sumatera Utara
makanannya yang berbahaya, melainkan tercemarnya makanan tersebut oleh timbal Pb dari asap kendaraan bermotor Yuliarti, 2007.
Berdasarkan penelitian Marbun 2010 diperoleh hasil bahwa ada pengaruh lama waktu pajanan terhadap timbal Pb pada makanan jajanan yang dijual di
pinggir jalan Pasar I Padang Bulan Kota Medan. Hasanah 2011 dalam penelitiannya juga menyimpulkan adanya cemaran logam berat produk pangan gorengan berlapis
tepung, dimana kadar logam timbal Pb melebihi batas maksimum 0,1 mgkg pada pemajanan 6 dan 12 rokok, yakni sebesar 0,9233 mgkg dan 1,1932 mgkg. Adanya
penelitian tersebut memunculkan dugaan kuat bahwa minyak goreng yang digunakan pedagang gorengan juga tidak terlepas dari pajanan timbal Pb. Karena sebagaimana
yang kita ketahui bahwa pangan gorengan kebanyakan diolah dengan menggunakan minyak goreng.
Pada beberapa kasus belakangan ini terbukti bahwa kemasan pembungkus makanan gorengan juga bisa mengakibatkan cemaran timbal Pb, terutama kemasan
dari koran, majalah dan kertas yang bertinta. Tinta yang mengandung timbal Pb dapat dengan mudah berpindah ke dalam makanan akibat kontak dengan panas dan
minyak goreng yang ada pada gorengan. Padahal kepala BPOM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 telah
mengeluarkan peraturan mengenai batas maksimum cemaran timbal Pb pada makanan.
Universitas Sumatera Utara
Batasan cemaran timbal Pb tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.3. Batas Cemaran Logam Timbal Pb pada Makanan No.
Jenis makanan Batas maksimum
ppm atau mgkg
1. Susu olahan
0,02 dihitung terhadap
produk siap konsumsi
2. Lemak dan minyak nabati
0,1
3. Lemak dan minyak hewani
0,1 4.
Mentega 0,1
5. Margarin
0,1 6.
Minarin 0,1
7. Buah olahan dan sayur olahan
0,5 8.
Pasta tomat 1,0
9. Kembang gulapermen dan cokelat
1,0 10. Serealia dan produk serealia
0,3 11. Tepung terigu
1,0 12. Produk Bakteri
0,5 13. Daging olahan
1,0 14. Ikan olahan
0,3 15. Ikan predator olahan misalnya cucut, tuna, marlin dll
0,4 16. Kekerangan bivalve moluska olahan dan teripang
Olahan 1,5
17. Udang olahan dan krustasea olahan lainnya 0,5
Sumber : Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
2.4. Keracunan Logam Timbal Pb