Epidemiologi Demam Berdarah Dengue DBD 1. Pengertian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue DBD 2.1.1. Pengertian Penyakit demam berdarah dengue DBD merupakan penyakit yang di sebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DE-2, DEN-3, atau DEN-4 yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi virus Dengue dari penderita DBD lainnya Ginanjar, 2008. Demam dengue DD adalah penyakit fibris–virus akut, sering kali di sertai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leukopenia sebagai gejalanya. demam berdarah dengue DBD di tandai oleh empat manifestasi klinis utama demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat, tanda-tanda kegagalan sirkulasi, pasien ini dapat mengalami syok hipovolemik yang diakibatkan oleh kebocoran plasma WHO, 1999.

2.1.2. Epidemiologi

Penyakit demam berdarah dengue atau dengue hemorrhagic fever DHF merupakan penyakit akibat infeksi virus Dengue yang masih menjadi problem kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil study epidemiologik menunjukkan bahwa DBD terutama menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun serta tidak di Universitas Sumatera Utara temukan perbedaan signifikan dalam hal kerentanan terhadap serangan dengue antar gender. Outbreak kejadian luar biasa dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnnya musim penghujan. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas vektor dengue yang justru terjadi pada musim penghujan. Penularan penyakit DBD antar manusia terutama berlangsung melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Sehubungan dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut sebagai the most mosquito transmitted disease. a. Distribusi geografis. Penyakit akibat infeksi virus Dengue di temukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Carribean dengan estimasi kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Penyakit yang di laporkan pertama kali oleh Benyamin Rush pada Tahun 1789 ini muncul dalam literatur Inggris berupa outbreak suatu penyakit yang terjadi sepanjang tahun 1827- 1829 di Carribean. Berdasarkan data yang di laporkan ke Word Health Organization WHO antara Tahun 1991-1995, Indonesia menempati peringkat ke tiga 110.043 kasus dalam hal insidensi infeksi virus Dengue dengan jumlah kematian menempati peringkat pertama 2.861 kasus dan angka kematian tersebut menempati peringkat ke empat 2,6 di antara negara-negara seperti Vietnam, Thailand, India, Mnyanmar, Amerika, Kampuchea, Malaysia, Singapore, Philippines, Sri Lanka, Laos, dan negara-negara di kepulauan Pasifik. Laporan WHO pada tahun 2000 menunjukkan Universitas Sumatera Utara bahwa DBD telah menyerang seluruh negara di Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, Kepulauan Pasifik, Carribean, Cuba, Venuzuela, Brazil dan Afrika. Meskipun angka kematian akibat DBD di Indonesia menunjukan kecenderungan menurun selama periode tahun 1968-1988, namun insidensi DBD menunjukan kecenderungan meningkat dengan angka kejadian yang tinggi pada tahun 1998. Pada dekade belakangan ini, infeksi virus Dengue dilaporkan endemik di 112 negara. b. Umur dan jenis kelamin. Meskipun semua umur termasuk neonatus dapat terserang DBD , pada saat outbreak DBD pertama di Thailand di temukan bahwa penyakit tersebut menyerang terutama anak-anak berumur antara 5-9 tahun. Pada tahun-tahun awal epidemi DBD di Indonesia, penyakit ini juga menyerang terutama anak-anak berumur antara 5-9 tahun. Selama tahun 1968-1973 sebesar kurang lebih 95 kasus DBD adalah anak di 15 tahun. Tahun 1993-1998 meskipun sebagian besar kasus DBD adalah anak berumur antara 5-14 tahun , namun nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus 15 tahun.Tahun 1999-2009 kelompok umur terbesar kasus DBD cenderung pada kelompok umur 15 tahun Depkes, 2010. Anak berumur lebih dewasa umumnya terhindar dari DBD meskipun di jumpai laporan adanya DBD pada bayi berumur 2 bulan dan pada orang dewasa. Hal ini nampaknya berkaitan dengan aktifitas kelompok umur yang relatif terhindar dari DBD mengingat peluang terinfeksi virus Dengue berlangsung melalui gigitan nyamuk. Sejauh ini tidak di Universitas Sumatera Utara temukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD di kaitkan dengan perbedaan jenis kelamin gender. c. Musim Di negara-negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung terutama pada musim panas meskipun di temukan kasus-kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di negara-negara di Asia Tenggara, epidemi DBD terutama terjadi pada musim penghujan. Di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah datangnya musim penghujan. Epidemi mencapai angka tertinggi pada sebulan setelah curah hujan mencapai puncak tertinggi untuk kemudian menurun sejalan dengan menurunnya curah hujan. Di Malaysia di laporkan peningkatan insidensi DBD sebesar 120 ketika curah hujan perbulan sekitar 300 mm atau lebih. Di Indonesia di laporkan bahwa puncak oubreak umumnya terjadi antara bulan Oktober sampai dengan April, kecuali outbreak pada tahun 1974 yang justru terjadi pada bulan Juli. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim penghujan erat kaitannya dengan kelembaban tinggi pada musim penghujan yang memberikan lingkungan optimal bagi masa inkubasi mempersingkat masa inkubasi dan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit. Kedua vektor tersebut meningkatkan aktifitas vektor dalam mentransmisikan infeksi virus Dengue. Itulah sebabnya di daerah tropik pola kejadian DBD umumnya sejalan dengan pola musim penghujan. Universitas Sumatera Utara d. Cara penularan Transmisi virus Dengue dari manusia ke manusia lain atau dari kera ke kera yang lain berlangsung melalui gigitan nyamuk betina Aedes terutama Aedes aegypti yang terinfeksi oleh Arboviruses. Itulah sebabnya virus Dengue di sebut sebagai arthropod borne viruses. Sekali nyamuk terinfeksi oleh Arbovirus, sepanjang hidupnya nyamuk tersebut tetap terinfeksi dan dapat mentransmisikan virus kepada manusia atau kera. Nyamuk betina yang terinfeksi juga dapat menyalurkan virus kepada generasi berikutnya melalui proses transmisi transovarian. Namun proses transmisi semacam ini jarang terjadi dan tidak mempunyai arti signifikan bagi penyebaran infeksi dengue kepada manusia. Manusia merupakan host utama bagi virus meskipun temuan penelitian menunjukan bahwa di beberapa belahan dunia jenis kera tertentu dapat pula terinfeksi virus Dengue dan selanjutnya menjadi sumber virus bagi nyamuk ketika nyamuk menghisap darah kera yang bersangkutan. Virus yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama periode sampai timbul gejala demam. Periode di mana virus beredar dalam sirkulasi darah manusia di sebut sebagai periode viremia. Apabila nyamuk yang belum terinfeksi menghisap darah manusia dalam fase viremia, maka virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk dan berkembang selama periode 8-10 hari sebelum virus siap di transmisikan kepada manusia lain. Rentang waktu yang di perlukan untuk inkubasi ekstrinsik tergantung pada kondisi lingkungan terutama temperatur sekitar. Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Etiologi a. Virus