maka : = 11 + 2,7
,
P = 1 1 + 0,075 P = 1 1,075
P = 0,93 Ini berarti melalui model ini dengan 4 empat variabel independen prediktor
yang terdiri dari penggunaan anti nyamuk disiang hari, kondisi tempat penampungan air yang baik, keberadaan jentik tidak ada pada tempat penempungan air, dan
pencahayaan yang baik dapat memperkirakan untuk tidak terjadi DBD sebesar 93 .
4.6. Perhitungan Population Attributable Risk PAR
Berdasarkan analisis multivariat pada step terakhir diketahui bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi kejadian DBD di Kecamatan Binjai Timur adalah
kebiasaan keluarga menggunakan anti nyamuk disiang hari, dimana nilai OR= 4,23 maka dapat dihitung nilai population attributable risk PAR sebesar 66, artinya
66 kasus DBD dapat dicegah dengan kebiasaan menggunakan anti nyamuk di siang hari dengan baik.
4.7. Keterbatasan Penelitian
a. Pada saat melakukan penelitian penulis mengalami kesulitan dalam mencari kelompok kontrol yang sebanding dengan kelompok kasus dalam hal tempat
tinggal, umur dan jenis kelamin yang sesuai untuk jenis penelitian kasus kontrol.
Universitas Sumatera Utara
b. Pada saat melakukan penelitian penulis sulit untuk mengontrol counfounding faktor, dimana data mengenai pajanan risiko diperoleh dengan mengandalkan
jawaban dan kondisi lingkungan responden, yang tentunya responden yang pernah mengalami kejadian DBD lebih baik pengalamanya dalam pencegahan terjadinya
DBD dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mengalami kejadian DBD.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue
5.1.1. Pengaruh Ventilasi terhadap Kejadian DBD di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunan kawat kasa pada ventilasi rumah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian DBD di
Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. Hal ini terjadi karena proporsi kondisi ventilasi yang tidak baik tidak dipasang kasa nyamuk pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol hampir sama. Responden yang memiliki ventilasi yang tidak baik pada kasus adalah 70 sedangkan pada kontrol sebesar 62. Hasil ini penelitian sejalan dengan
pendapat Suyasa, et.al., 2008 yang menyatakan tidak ada hubungan antara pemakaian kasa nyamuk dengan keberadaan vektor DBD. Tidak ada hubungan
karena kasa anti nyamuk belum dianggap sebagai alternatip praktis di perkotaan dan dipandang harganya terlalu mahal. Ada kecenderungan pemasangan kasa anti
nyamuk tidak pada semua pintu, jendela, maupun lubang angin yang ada di rumah. Memasang kasa nyamuk memang bukan secara langsung mengurangi
kejadian DBD akan tetapi dengan memasang kasa nyamuk merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi potensial perkembangbiakan nyamuk
Ae.aegypti dimana tindakan ini akan membantu mengurangi masuknya nyamuk ke dalam rumah. Menurut Barodji 2003 dalam Jingga 2011 secara fisik untuk
Universitas Sumatera Utara