Uji Viabilitas TINJAUAN PUSTAKA

itu, pengujian daya simpan juga berorientasi seperti itu, tetapi hal ini dilakukan sesudah benih disimpan melalui periode simpan dan keadaan simpan yang wajar.

2.8 Kemunduran Benih

Kemunduran benih merupakan suatu proses merugikan yang dialami oleh setiap jenis benih yang dapat terjadi segera setelah benih masak dan terus berlangsung selama benih mengalami proses pengolahan, pengemasan dan penyimpanan Justice and Bass, 2002. Kemunduran benih menimbulkan perubahan yang menyeluruh pada benih baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang akhirnya mengarah pada kematian Byrd, 1983. Byrd 1983 menyatakan beberapa teori tentang penyebab kemunduran benih yaitu : 1 terjadinya penggumpalan protoplasma, 2 kelaparan lokal, 3 degradasi mitokondria, 4 terjadinya auto oksidasi lipid pada kadar air yang rendah, 5 kehabisan substrat atau berkurangnya bahan baku untuk respirasi, 6 degradasi dari nukleus, 7 degradasi enzim, 8 kerusakan kulit benih, 9 penggumpalan protein pada embrio secara perlahan dan 10 penimbunan hasil metabolisme beracun. Justice dan Bass 2002 menyatakan bahwa gejala kemunduran benih dapat dilihat dari gejala fisiologi dan kimiawi. Gejala fisiologi seperti perubahan warna benih, mundurnya pertumbuhan perkecambahan dan meningkatnya kecambah abnormal. Gejala kimiawi pada benih yang mengalami kemunduran adalah terjadinya perubahan dalam aktivitas enzim, respirasi, laju sintesa, perubahan membran, perubahan persediaan makanan dan perubahan kromosom. Selama penyimpanan benih mengalami kemunduran secara fisiologis maupun kronologis Sadjad, 1993. Kemunduran fisiologis merupakan kemunduran benih akibat berbagai faktor lingkungan simpan. Sedangkan kemunduran kronologis merupakan kemunduran benih akibat perjalanan waktu. Proses kemunduran benih tidak dapat dihentikan namun dapat dikendalikan sehingga laju kemundurannya berlangsung dengan lambat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan BPTP Ciheuleut, Bogor. Penelitian ini dimulai pada akhir bulan Juli 2010 sampai dengan bulan November 2010.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah propagul Rhizophora mucronata yang memiliki rata-rata ukuran panjang 50,68 cm dan diameter 15,20 mm serta memiliki berat rata-rata 48,61 gram, serbuk gergaji, sabut kelapa, kertas merang, kardus, polybag ukuran 15 x 20 cm, pupuk cair massmikro, kompos, tanah, pasir, pestisida, air tawar dan garam dapur. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah AC, timbangan, oven, higrometer, termometer, hand sprayer, kamera, kaliper, penggaris, gelas ukur, desikator dan pisau.

3.3 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap RAL faktorial 5 x 2 x 2 dengan tiga kali ulangan. Dengan demikian terdapat 60 satuan percobaan. Untuk lebih jelasnya masing-masing faktor dapat diperinci sebagai berikut : Faktor A Lama penyimpanan terdiri dari : A : 0 minggu langsung tanam A 1 : 1 minggu A 2 : 2 minggu A 3 : 3 minggu A 4 : 4 minggu Faktor B Ruang simpan terdiri dari : B 1 : Ruang AC T = 19 ºC - 20 ºC B 2 : Ruang kamar T = 26 ºC – 28 ºC Faktor C Media simpan terdiri dari : C 1 : Serbuk gergaji C 2 : Sabut kelapa Model persamaan umum rancangan penelitian ini adalah : Y ijk = μ + A i + B j + C k + AB ij + AC ik + BC jk + ABC ijk + E ijkl Dimana : Y ijk = Nilai hasil pengamatan μ = Nilai rata-rata A i = Pengaruh waktu simpan taraf ke – i B j = Pengaruh ruang simpan taraf ke – j C k = Pengaruh media penyimpanan ke – k AB ij = Pengaruh interaksi waktu simpan ke – i dan ruang simpan ke – j AC ik = Pengaruh interaksi waktu simpan ke – i dan media penyimpanan ke – k BC jk = Pengaruh interaksi ruang simpan ke – j dan media penyimpanan ke – k ABC ijk = Pengaruh interaksi antara taraf ke – i faktor A, taraf ke – j faktor B, dan taraf ke – k faktor C E ijkl = Kesalahan percobaan akibat waktu simpan ke – i, ruang simpan ke – j, media simpan ke – k dan ulangan ke – l Untuk mengetahui pengaruh faktor dan interaksi antar faktor dilakukan analisis keragaman dan kemudian diuji dengan uji F. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah sebagai berikut : H0 : Perlakuan yang berbeda tidak berpengaruh terhadap perkecambahan benih H1 : Perlakuan yang berbeda berpengaruh terhadap perkecambahan benih Dari hipotesis tersebut dilakukan pengambilan keputusan terhadap uji F, yaitu bila F hitung lebih kecil dari F tabel maka terima H0, sebaliknya bila F hitung lebih besar dari F tabel maka tolak H0. Selanjutnya bila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji beda jarak Duncan Haeruman, 1972.