5.2. Analisis Keunggulan Komparatif Industri Karet Remah Indonesia
Daya saing industri karet remah Indonesia pada penelitian ini dianalisis menggunakan metode Revealed Comparative Advantage RCA. Revealed
Comparative Advantage RCA digunakan untuk mengukur kinerja ekspor karet
remah terhadap total ekspor Indonesia yang kemudian dibandingkan dengan nilai ekspor komoditi karet remah dunia terhadap total ekspor dunia. Nilai RCA
menunjukkan kekuatan daya saing keunggulan komparatif karet remah, apabila nilai RCA lebih dari satu, dapat diartikan bahwa karet remah Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara lain dan sebaliknya. Hasil perhitungan RCA dapat dilihat pada Tabel 5.1, karet remah
Indonesia di pasar internasional tahun 1993 sampai dengan 2008 memiliki daya saing yang tinggi dengan nilai RCA yang lebih dari satu di setiap tahunnya. Nilai
RCA tersebut menggambarkan keunggulan komparatif dari karet remah Indonesia di pasar internasional.
Tabel 5.1 Nilai dan Indeks RCA Karet Remah Indonesia Tahun 1993-2008
Tahun RCA
Indeks RCA Tahun
RCA Indeks RCA
1993 3,179
- 2001
6,481 0,681
1994 3,547
1,116 2002
28,253 4,359
1995 4,758
1,341 2003
21,391 0,757
1996 5,283
1,110 2004
15,674 0,733
1997 6,334
1,199 2005
16,808 1,072
1998 7,314
1,155 2006
18,395 1,094
1999 11,155
1,525 2007
17,502 0,951
2000 9,523
0,854 2008
17,741 1,014
Nilai Revealed Comparative Advantage RCA untuk komoditi karet remah Indonesia tahun 1993 sampai dengan 2008 menunjukkan hasil yang
berfluktuatif dengan nilai rata-rata sebesar 12,08. Karet remah crumb rubber
Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar internasional. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai RCA karet remah Indonesia yang nilainya di atas satu
RCA 1. Nilai RCA karet remah Indonesia tahun 1993 sampai dengan tahun 1999 mengalami peningkatan yang signifikan dengan nilai 11,155 dan menurun di
tahun 2000 sebesar 1,632 dan menurun lagi pada tahun 2001 sebesar 3,042. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 berpengaruh positif terhadap peningkatan
daya saing karet remah Indonesia. Pada saat krisis ekonomi nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain melemah sehingga karet remah Indonesia lebih murah
dibandingkan karet remah negara produsen lain. Hal ini menyebabkan karet remah Indonesia lebih diminati oleh para importir, sehingga nilai ekspor karet remah
Indonesia meningkat. Pada tahun 2002 nilai RCA karet remah Indonesia mengalami peningkatan
yang sangat drastis, nilai RCA mencapai 28,253. Peningkatan nilai RCA karet remah dipengaruhi dengan semakin besarnya nilai ekspor karet alam ke dunia.
Kinerja ekspor karet remah Indonesia lebih besar dibandingkan dengan pasar internasional. Nilai indeks RCA pada tahun 2002 mencapai 4,36, hal ini berarti
kinerja ekspor karet remah indonesia meningkat sebesar 4,36 kali jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai RCA meningkat karena volume
ekspor karet remah dari Amerika, China, Jepang dan negara pengimpor karet remah Indonesia lainnya yang meningkat. Kinerja ekspor karet remah Indonesia
kembali turun pada tahun 2003 di level 21,39. Penurunan nilai RCA pada periode tahun 2002 ke 2003 dan tahun 2003 ke 2004 disebabkan oleh peningkatan kinerja
ekspor dunia yang tidak diimbangi dengan peningkatan kinerja ekspor karet
remah Indonesia. Permintaan karet remah dunia yang meningkat karena peningkatan industri otomotif dunia kurang mampu dipenuhi oleh Indonesia
walaupun kinerja ekspor karet remah Indonesia relatif meningkat pada tahun- tahun tersebut. Nilai RCA karet remah yang berfluktuatif menggambarkan bahwa
kinerja ekspor karet remah Indonesia tidak stabil. Nilai RCA karet remah Indonesia pada tahun 1993 sampai dengan tahun
2008 selalu lebih dari satu nilainya, hal ini berarti bahwa karet remah indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional. Daya saing tersebut
menggambarkan kekuatan komoditi suatu negara untuk bersaing dengan negara lain. Nilai RCA karet remah Indonesia yang tinggi perlu dipertahankan agar daya
saing karet remah Indonesia di pasar internasional juga tinggi. Untuk itu, diperlukan strategi khusus untuk mempertahankan kinerja ekspor karet remah
yang tinggi serta untuk meningkatkan daya saing karet remah Indonesia di pasar internasional.
5.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Daya Saing Karet Remah Indonesia
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa faktor yang diduga memengaruhi daya saing karet remah Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain : kuantitas
produksi karet remah, harga ekspor karet remah, produktivitas, nilai tukar, dan krisis yang terjadi pada tahun 1997. Pengujian daya saing karet remah Indonesia
pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square
OLS. Sebelum melakukan pengujian faktor-faktor yang memengaruhi daya saing karet remah Indonesia, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik ekonometrika sebagai berikut :