Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Perhitungan analisis Daya Saing Karet Remah Indonesia dengan menggunakan Metode RCA US Tahun P t Q t R t S t RCA t 1993 977088 1,7E+07 217950,29 2,321E+09 3,17858295 1994 1271940 3,4E+07 198534,84 3,76E+09 3,546982352 1995 1963636 3,8E+08 289466,43 4,68E+09 4,754786516 1996 1917902 5E+07 31723.841 4,353E+09 5,283235618 1997 1493416 5,3E+07 21712.198 4,921E+09 6,333669874 1998 1101453 4,9E+07 15319.363 4,969E+09 7,314305064 1999 849200 4,9E+07 8233.595 5,263E+09 11,1545656 2000 888623 6,2E+07 9294.644 6,188E+09 9,52274146 2001 786197 5,6E+07 12899.535 5,989E+09 6,480998305 2002 1037562 5,7E+07 4061.826 6,322E+09 28,25291315 2003 1494811 6,1E+07 8470.877 7,402E+09 21,39132775 2004 2180029 7,2E+07 17395.029 8,953E+09 15,67484555 2005 2582875 8,6E+07 18163.484 1,012E+10 16,8080247 2006 4321525 1E+08 27546.753 1,182E+10 18,39515309 2007 4869700 1,1E+08 32737.702 1,343E+10 17,50184769 2008 6023323 1,4E+08 38352.548 1,548E+10 17,74605237 Sumber: UN Comtrade, 2011 Keterangan : RCA t = keunggaulan komparatif karet remah indonesia tahun ke-t P t = nilai ekspor karet remah indonesia tahun ke-t Q t = nilai ekspor total Indonesia tahun ke-t R t = nilai ekspor karet remah dunia tahun ke-t S t = nilai total ekspor dunia tahun ke-t t = 1993, 1994,......2008 Lampiran 2. Karet Remah Indonesia Berdasarkan Kualitas Tahun Produksi SIR 3CV SIR 3L SIR 3WF SIR 5 SIR 10 SIR 20 Jumlah 1993 20.748 30.374 3.768 3.183 56.447 1007478 1.121.998 1994 24.886 36.633 2.759 2.149 46.178 1031501 1.144.106 1995 30.645 30.844 2.275 1.481 51.138 1044399 1.160.782 1996 28.617 25.119 2.004 2.813 62.243 1085777 1.206.573 1997 21.307 26.783 2.323 11.975 54.292 1087782 1.204.462 1998 21.469 19.192 1.870 30.375 39.152 1203812 1.315.870 1999 14.715 14.715 26.981 28.428 37.365 1125616 1.234.258 2000 15.436 15.436 21.537 6.308 55.966 1159264 1.260.487 2001 13.592 13.592 23.489 21.923 44.776 1290144 1.396.492 2002 14.809 14.809 20.516 20.534 33.962 1399126 1.491.465 2003 16.869 16.869 2.849 19.305 32.316 1516016 1.608.166 2004 24.099 23.124 3.191 20.354 31.221 1591816 1.693.805 2005 29.388 21.966 3.018 19.888 31.812 1553920 1.659.992 2006 32.502 21.417 4.395 7.854 152.381 1763200 1.981.749 2007 40.355 32.113 5.430 9.704 173.828 2151404 2.412.834 2008 42.873 5.854 1.180 2.090 37.789 2251873 2.341.659 Sumber : BPS,2010 Lampiran 3. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Daya Saing Industri Karet Remah Indonesia Indonesia Tahun DS t QP t PRO t HEC t ER t dummy 1993 3,17858 1121998 0,4333122 897,5490025 6502,1 1994 3,54698 1144106 0,43181461 1155,300828 6366,7 1995 4,75787 1160782 0,45004221 1787,88185 6227 1996 5,28324 1206573 0,44736461 1654,778914 6185,61 1997 6,33367 1204462 0,44686395 1325,335612 7492,41 1 1998 7,31431 1315870 0,46070477 865,0353725 16073,15 1 1999 11,1546 1234258 0,44626766 711,1447571 10780 1 2000 9,52274 1260487 0,44520776 749,7985485 11742,31 1 2001 6,481 1396492 0,48058983 586,0795512 13025,3 1 2002 28,2529 1491465 0,49131483 743,2940969 10669,75 1 2003 21,3913 1608166 0,54476808 980,8432513 9474,35 1 2004 15,6745 1693805 0,63324584 1361,787866 9598,74 1 2005 16,808 1659992 0,69247339 1653,072797 9750,58 1 2006 18,3952 1981749 0,78807367 2385,588732 8342,77 1 2007 17,5018 2412834 0,80724911 2186,682329 8090 1 2008 17,7405 2341659 0,80347887 2803,581112 8124,5 1 Keterangan : DS t = Daya saing karet remah Indonesia QP t = Kuantitas produksi karet remah PRO t = Produktivitas HEC t = Harga ekspor riil karet remah ER t = Nilai tukar riil karet remah dummy = Krisis Lampiran 4. Uji Normalitas Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Industri Karet Remah Indonesia Indonesia R ES I 1 P e rc e n t 1 . 0 0 . 5 0 . 0 - 0 . 5 - 1 . 0 9 9 9 5 9 0 8 0 7 0 6 0 5 0 4 0 3 0 2 0 1 0 5 1 M e a n 0 . 1 5 0 - 8 . 3 2 6 6 7 E - 1 7 S t D e v 0 . 3 3 2 9 N 1 6 K S 0 . 1 1 2 P - V a lu e P r o b a b i l i t y P l o t o f R E S I 1 N o r m a l Lampiran 5. Uji Homoskedastisitas Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Industri Karet Remah Indonesia Predictor Coef SE Coef T P Constant -6.37 12.52 -0.51 0.622 QP_t 0.8820 0.8522 1.03 0.325 PRO_t -1.195 1.693 -0.71 0.496 HEC_t -0.2234 0.2531 -0.88 0.398 ER_t -0.4127 0.3675 -1.12 0.288 dummy 0.1599 0.2305 0.69 0.504 S 0.187295 R-Square 28.4 R-Square adjusted 0.0 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 5 0.13890 0.02778 0.79 0.579 Residual Error 10 0.35080 0.03508 Total 15 0.48970 Lampiran 6. Uji Autokorelasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Industri Karet Remah Indonesia Durbin-Watson statistic = 1,95218 Nilai DW mendekati 2 maka tidak ada autokorelasi Lampiran 7. Uji Multikolinieritas Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Daya Saing Industri Karet Remah Indonesia Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -24.25 27.26 -0.89 0.394 QP t 2.297 1.855 1.24 0.244 19.3 PRO t -1.556 3.685 -0.42 0.682 25.4 HEC t -0.1693 0.5509 -0.31 0.765 6.2 ER t -0.5148 0.8000 -0.64 0.534 4.5 dummy 0.8917 0.5018 1.78 0.106 4.5 S 0.407688 R-Square 76.2 R-Squareadjusted 64.4 Lampiran 8. Analisis Regresi Komponen Utama Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Industri Karet Remah Indonesia Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 2.2903 0.1002 22.85 0.000 W1 -0.30111 0.06256 -4.81 0.000 1.0 W2 0.19950 0.07357 2.71 0.018 1.0 S 0.400937 R-Square 70.1 R-Square adjusted 65.5 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 2 4.9054 2.4527 15.26 0.000 Residual Error 13 2.0898 0.1608 Total 15 6.9952 Source DF Seq SS W1 1 3.7235 W2 1 1.1819 Durbin-Watson statistic 1.82375 Variabel Koefisien t-hitung Keterangan QP t 0.74596 13.74801 Signifikan PRO t 1.144803 20.83432 Signifikan HEC t 0.073427 1.153982 Tidak Signifikan ER t 0.527385 7.126725 Signifikan dummy 0.475585 7.068432 Signifikan R-square 70,1 R-adjusted square 65,5 Lampiran 9. Ekspor Karet Indonesia Kesepuluh Negara Utama No Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 USA 627.868 669.120 590.946 644.270 622.167 394.307 546.548 2 China 197.536 249.791 337.222 341.831 318.841 457.118 418.098 3 Jepang 225.214 260.604 357.539 397.776 400.693 272.878 313.243 4 Singapore 85.591 115.084 135.406 161.255 151.260 100.165 117.592 5 Brazil 58.836 55.016 48.360 65.749 77.066 58.507 110.079 6 India 6.284 18.656 30.610 51.073 26.559 83.562 99.323 7 Korea 76.794 74.813 90.593 93.091 106.460 99.548 91.810 8 Kanada 70.566 71.769 66.045 53.628 59.163 51.210 69.546 9 Jerman 71.808 61.974 82.100 80.809 57.705 36.696 57.493 10 Turkey 28.427 27.257 28.462 43.313 39.952 38.326 55.694 Lain-lain 425.337 419.697 518.714 473.991 435.590 399.003 472.289 Total 1.874.261 2.023.781 2.285.997 2.406.776 2.295.456 1.991.263 2.351.915 Sumber : BPS- Statistics Indonesia, complied by Gapkindo 2011 RINGKASAN FERI NUR OKTAVIANI, H14070026, Analisis Daya Saing Industri Karet Remah crumb rubber Indonesia dibimbing oleh IDQAN FAHMI. Indonesia merupakan produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Karet yang diperjualbelikan di pasar domestik maupun luar negeri berbentuk karet alam dan karet sintesis. Sebagian besar karet yang dihasilkan Indonesia dalam bentuk karet alam dan 70 persen karet alam Indonesia diproduksi menjadi karet remah crumb rubber. Karet remah crumb rubber merupakan karet alam yang diolah secara khusus sehingga mutunya terjamin secara teknis. Karet remah digunakan sebagai bahan baku untuk memroduksi ban, permintaan karet remah dunia meningkat seiring dengan peningkatan industri otomotif. Ketatnya persaingan antara produsen karet remah di dunia menuntut Indonesia untuk dapat bersaing dengan produsen karet remah lain. Untuk itu, karet remah yang dijual ke luar negeri harus dapat bersaing dalam hal mutu dan kuantitas penjualan dengan negara produsen karet remah lain. Tujuan dari penelitian ini adalah 1 menganalisa daya saing keunggulan kompetitif industri karet remah Indonesia, 2 menganalisa daya saing keunggulan komparatif industri karet remah Indonesia serta faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri karet remah di pasar internasional, 3 merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing industri karet remah Indonesia di pasar internasional. Daya saing karet remah Indonesia dianalisis dengan menggunakan metode Porter’s Diamond Theory , Revealed Comparative Advantage RCA, dan Ordinary Least Square OLS. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari tahun 1993 sampai dengan 2008. Hasil analisis Porter’s Diamond Theory menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendukung keunggulan kompetitif industri karet remah Indonesia antara lain kondisi faktor SDA, SDM dan modal, kondisi permintaan domestik dan ekspor karet remah, industri pendukung, struktur, persaingan dan strategi perusahaan, peran pemerintah, dan peran kesempatan. Komponen yang kurang mendukung keunggulan kompetitif industri karet remah Indonesia antara lain IPTEK, infrastruktur, dan industri terkait. Hasil estimasi metode Revealed Comparative Advantage RCA menunjukkan bahwa karet remah Indonesia memiliki daya saing yang kuat di pasar internasional dilihat dari nilai RCA karet remah Indonesia yang lebih dari satu. Nilai RCA karet remah Indonesia periode 1993 sampai dengan 2008 berfluktuatif setiap tahunnya, nilai RCA terbesar dicapai pada tahun 2002 sebesar 28,253. Variabel yang digunakan untuk analisis Ordinary Least Square OLS adalah kuantitas produksi karet remah Indonesia, produktivitas, harga ekspor karet remah, nilai tukar, dan dummy krisis. Hasil uji asumsi klasik pada regresi pertama menunjukkan adanya masalah multikolinearitas pada model sehingga digunakan regresi komponen utama untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil estimasi metode OLS yang telah dipadukan dengan regresi komponen utama menunjukkan bahwa variabel kuantitas produksi, produktivitas, nilai tukar riil dan dummy krisis signifikan di taraf nyata 5 persen, sedangkan harga ekspor riil karet remah Indonesia tidak signifikan. Namun demikian, semua variabel yang dianalisis memiliki koefisien yang positif, hal ini berarti bahwa kinerja dari variabel tersebut berpengaruh positif terhadap daya saing industri karet remah Indonesia. Produktivitas memiliki pengaruh yang paling besar untuk memengaruhi daya saing industri karet remah Indonesia. Hasil analisis dari Porter’s Diamond Theory, Revealed Comparative Advantage RCA, dan Ordinary Least Square OLS menghasilkan rumusan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing industri karet remah Indonesia di pasar internasional. berdasarkan hasil Porter’s Diamond Theory menunjukkan bahwa komponen IPTEK, infrastruktur, dan industri terkait kurang mendukung keunggulan kompetitif industri karet remah Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel kuntitas produksi karet remah Indonesia, produktivitas, harga ekspor karet remah Indonesia, nilai tukar, dan dummy krisis berpengaruh positif terhadap daya saing industri karet remah Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan hasil analisis strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing industri karet remah Indonesia antara lain dengan meningkatkan infrastruktur baik jalan, jembatan maupun pelabuhan agar distribusi karet remah lancar, meningkatkan kinerja industri terkait serta meningkatkan produktivitas.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor unggulan yang dapat menghasilkan devisa negara yang cukup besar. Beberapa komoditi hasil perkebunan yang menjadi unggulan di Indonesia antara lain: karet, kelapa sawit, kakao, kopi, teh, dan sebagainya. Salah satu komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia adalah karet dan hasil olahan karet di samping CPO yang tetap menjadi primadona ekspor. Produksi karet alam Indonesia yang cukup besar dan layak untuk diperhitungkan dalam pasar internasional. Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar di dunia setelah Thailand Tabel 1.1. Tabel 1.1 Produksi Karet Alam Berdasarkan Negara Produsen Utama ribu Ton Tahun Thailand Indonesia Malaysia India China Lain- lain 2002 2.615 1.630 890 641 468 1.181 2003 2.876 1.792 986 707 480 1.189 2004 2.984 2.066 1.098 743 486 1.224 2005 2.937 2.271 1.132 772 575 1.164 2006 3.137 2.637 1.280 853 600 1.242 2007 3.056 2.755 1.210 811 663 1.265 2008 3.089 2.751 1.072 881 560 1.673 2009 3.086 2.535 856 817 630 1.678 2010 3.072 2.829 883 851 650 2.006 Sumber : IRSG Rubber Statistical Bulletin vol 65, Januari-Maret 2011 Produksi karet alam Indonesia meningkat setiap tahunnya dan selalu menempati peringkat kedua setelah Thailand. Pada tahun 2010 produksi karet alam Indonesia mencapai 2.829 ribu ton, hanya berselisih 243 ribu ton dengan Thailand. Dengan selisih yang tidak terlalu besar antara Indonesia dengan produsen karet terbesar yaitu Thailand, maka Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk menjadi produsen utama karet alam. Produksi karet alam Indonesia dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan sumberdaya seperti areal perkebunan secara optimal. Luas areal perkebunan karet Indonesia merupakan perkebunan karet terluas di dunia. Lahan perkebunan karet Indonesia berdasarkan status pengusahaannya digolongkan menjadi tiga yaitu Perkebunan Rakyat PR, Perkebunan Besar Negara PBN dan Perkebunan Besar Swasta PBS Tabel 1.2. Tabel 1.2 Luas Lahan dan Produksi Karet Indonesia Tahun 2000-2011 Tahun Luas Lahan ribu Ha Produksi ribu Ton PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Jumlah 2000 2882,8 212,6 277,0 3372,4 1125,2 169,9 206,4 1501,4 2001 2838,4 221,9 284,5 3344,8 1209,3 182,6 215,6 1607,5 2002 2825,5 221,2 271,7 3318,4 1226,6 186,5 217,2 1630,4 2003 2772,5 241,6 276,0 3290,1 1396,2 191,7 204,4 1792,3 2004 2747,9 239,1 275,3 3262,3 1662,0 196,1 207,7 2065,8 2005 2767,0 237,6 274,8 3279,4 1838,7 209,8 222,4 2270,9 2006 2833,0 238,0 275,4 3346,4 2082,6 265,8 288,8 2637,2 2007 2899,7 238,2 275,8 3413,7 2176,7 277,2 301,3 2755,2 2008 2910,2 238,2 275,8 3424,2 2173,6 276,8 300,9 2751,3 2009 2911,5 239,4 284,4 3435,3 1942,3 238,7 259,4 2440,3 2010 2934,4 236,7 274,0 3445,1 2065,2 252,4 274,3 2591,9 2011 2935,1 239,1 275,9 3450,1 2105,0 260,0 275,9 2640,8 Ket: PR: Perkebunan Rakyat ; PBN: Perkebunan Besar Negara ; PBS: Perkebunan Besar Swasta Angka Sementara ; Angka Estimasi Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011 Perkebunan karet yang dimiliki oleh Indonesia merupakan perkebunan karet terluas di dunia. Pada tahun 2010 luas lahan karet Indonesia yang tercatat sekitar 3445,1 ribu Ha yang terdistribusi dalam perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta yang tersebar di wilayah Indonesia. Produksi karet dan luas lahan karet Indonesia berfluktuasi setiap tahunnya. Luas perkebunan karet Indonesia hampir meningkat setiap tahunnya mulai pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2011. Namun demikian, produksi karet Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan peningkatan luas lahan perkebunan karet. Produksi karet terbesar di Indonesia pada periode tahun 1993 sampai dengan 2008 sebesar 2755,2 ribu ton dicapai pada tahun 2007 dengan luas lahan lebih kurang 3413,7 ribu Ha. Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa luas lahan perkebunan bukan faktor utama yang berpengaruh terhadap jumlah produksi karet Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa luas lahan karet pada tahun 2011 mencapai 3450,1 ribu Ha dengan hasil produksi yang diperoleh sekitar 2640,8 ribu ton Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011. Kepemilikan lahan karet di Indonesia didominasi oleh perkebunan karet rakyat karena hampir 85 luas lahan perkebunan karet Indonesia adalah perkebunan rakyat. Menurut BPS 2008, perkebunan rakyat merupakan usaha budidaya tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rumah tangga dan tidak berbentuk badan usaha maupun badan hukum. Total produksi karet yang dapat dihasilkan sekitar 2622,8 ribu ton. Sebagian besar hasil karet Indonesia dijual dalam bentuk karet alam. Karet alam tersebut memiliki nilai jual yang relatif rendah dibandingkan dengan karet yang sudah mengalami proses pengolahan. Untuk itu, karet alam yang akan dijual oleh Indonesia perlu diolah terlebih dahulu agar nilai jual dan nilai gunanya meningkat. Potensi karet alam Indonesia yang melimpah merupakan suatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan. Karet alam dapat diolah menjadi barang-barang untuk menunjang aktivitas masyarakat. Barang-barang yang membutuhkan keelastisan dalam pemakaiannya menggunakan bahan dasar karet seprti : ban, sarung tangan karet, alas kaki, belt konveyor, belt transmission, barang karet keperluan teknik serta bahan dasar industri lainnya Tabel 1.3. Hasil olahan karet tersebut dapat digunakan baik secara langsung atau melalui proses industri lebih lanjut agar nilai tambah dari produk tersebut meningkat. Tabel 1.3 Tingkat Utilitas Industri Karet Barang Karet di Indonesia Jenis Industri Utilitas Industri dan Produk Industri crumb rubber 70 Industri sarung tangan 40 Industri alas kaki 60 Industri ban 80 Industri produk karet lainnya 65 - 80 Sumber : Departemen Perdagangan, 2010 Karet alam dapat digunakan sebagai bahan baku industri barang-barang kebutuhan masyarakat. Sebagai salah satu komoditas pertanian, produksi karet sangat tergantung pada teknologi dan manajemen yang diterapkan dalam sistem dan proses produksinya. Produk industri perkebunan karet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang senantiasa berubah. Karet alam di Indonesia digunakan untuk bahan baku industri karet remah crumb rubber, sarung tangan, alas kaki, ban dan lain-lain. Di Indonesia, sebagian besar karet digunakan sebagai bahan baku industri ban Tabel 1.3. Seiring dengan berkembangnya industri otomotif, permintaan ban di dunia semakin meningkat. Karet yang diperjualbelikan di pasar berbentuk karet alam dan karet sintesis. Karet remah atau karet spesialisasi teknis dibuat secara khusus agar mutu karet tetap terjaga dan dapat bersaing dengan karet sintesis. Indonesia lebih banyak memroduksi karet alam dibandingkan dengan karet sintesis. Karet alam yang dihasilkan Indonesia sebagian besar diekspor ke luar negeri. Karet Indonesia diekspor dalam bentuk karet alam lateks dan barang hasil olahan karet. Salah satu olahan karet yang diekspor adalah karet remah crumb rubber. Karet remah crumb rubber merupakan karet alam lateks yang telah diolah secara khusus sehingga mutunya terjamin secara teknis. Penetapan mutu pada karet remah didasarkan pada sifat-sifat teknis dimana warna atau visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku. Karet remah memiliki mutu yang baik karena diproduksi secara khusus dan teruji secara teknis dengan menggunakan Standard Indonesian Rubber SIR. Karet remah diproduksi secara khusus agar dapat bersaing dengan bahan pengganti karet lain seperti karet sintesis. Bahan baku untuk pembuatan karet remah diperoleh dari berbagai sumber perkebunan yaitu perkebunan sendiri, perkebunan lain swasta dan perkebunan rakyat Tabel 1.4. Persaingan karet alam dengan karet sintesis merupakan penyebab timbulnya karet spesifikasi teknis dalam hal ini adalah crumb rubber. Karet sintesis yang permintaannya cenderung meningkat memiliki jaminan mutu dalam tiap bandelanya. Keterangan sifat teknis serta keistimewaan setiap jenis mutu