Karet Alam Gambaran Umum Karet

secara umum antara lain: SBR styrene butadiene rubber dan BR butadiene rubber atau polybutadiene rubber dan IR isoprene rubber atau polyisoprene rubber. Sedangkan yang termasuk dalam karet sintesis untuk kegunaan khusus adalah IIR isobutene isoprene rubber, NBR nytrile butadiene rubber atau acrilonytrile butadiene rubber, CR clhroroprene rubber, dan EPR ethylene propylene rubber .

4.2. Industri Karet Remah crumb rubber

Industri karet remah merupakan suatu usaha industri pengolahan karet yang melakukan kegiatan mengubah bahan baku karet lump, slab dan scrap menjadi karet remah dalam Standar Karet Indonesia BPS, 2010. Industri karet remah merupakan industri hulu karet alam yang produknya merupakan bahan baku yang banyak digunakan oleh industri hilir karet alam, seperti industri ban, conveyor, barang-barang karet, dan lain-lain.

4.2.1. Perkembangan Industri Karet Remah crumb rubber Indonesia

Pada awalnya sebagian besar karet alam Indonesia diperdagangkan dalam bentuk karet lembaran yaitu karet sit asap ribbed smoked sheet. Teknologi karet remah diperkenalkan sejak tahun 1968. Sejak saat itu, produksi karet sit menurun digantikan dengan karet remah. Hampir 90 karet alam Indonesia setiap tahunnya diproduksi menjadi karet remah. Karet remah menjadi salah satu olahan karet yang diperjualbelikan di pasar baik dalam negeri maupun internasional. Tingginya permintaan pasar terhadap karet remah untuk dijadikan bahan pembuatan komponen teknik terutama ban kendaraan bermotor dan ditunjang dengan jaminan ketersediaan bahan bakunya bahan olah karet, menyebabkan perkembangan teknologi karet remah saat ini sudah sedemikian pesat. Pada tahun 1969 terdapat 65 pabrik karet remah di Indonesia, dan pada tahun 2008 tercatat ada sekitar 183 pabrik karet remah di Indonesia. Perusahaan karet remah cenderung meningkat setiap tahunnya Tabel 4.1. Tabel 4.1 Perusahaan Karet Remah dan Jumlah Pekerja di Indonesia tahun 1993-2008 Tahun Banyaknya Tahun Banyaknya Perusahaan Pekerja 1993 100 22.153 2001 88 22.632 1994 104 22.004 2002 89 22.791 1995 101 20.450 2003 87 25.474 1996 99 20.668 2004 87 24.946 1997 97 20.565 2005 87 24.946 1998 96 21.830 2006 122 30.841 1999 92 22.763 2007 122 37.069 2000 91 21.560 2008 183 40.949 Tidak termasuk provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD Sumber : BPS, 2010 Perusahaan karet remah belum berkembang dengan baik di Indonesia. Jumlah perusahaan karet remah Indonesia berfluktuatif atau tidak stabil pada tahun 1993 sampai dengan 2008 Tabel 4.1. Namun demikian, pada tahun 2008 jumlah perusahaan karet remah indonesia mencapai 183 perusahaan. Perusahaan karet remah Indonesia juga menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat, lebih dari 20.000 pekerja setiap tahunnya dapat terserap di bidang pengolahan karet remah. Permintaan yang tinggi dari sektor transportasi terhadap karet alam sukar dipenuhi oleh karet lembaran, karena karet jenis ini memerlukan waktu pengolahan yang cukup lama yakni 7-14 hari. Dengan teknologi karet remah, bahan olah karet secara cepat, kurang dari 1 hari dapat diolah menjadi karet mentah yang siap untuk dijual. Karet remah lebih bermutu jika dibandingkan dengan karet lembaran yang penilaiannya hanya berdasarkan teknis langsung. Karet remah lebih banyak digunakan untuk bahan dasar produksi barang-barang yang membutuhkan unsur keelastisan seperti ban. Pada saat karet lembaran masih mendominasi produksi karet alam, petani berperan sebagai penghasil lateks, dan banyak juga yang sekaligus sebagai pengolahnya untuk dijadikan karet sit. Namun, sejak penerapan teknologi karet remah, petani umumnya hanya berperan sebagai penyedia bahan olah berupa lump dan slab. Lump merupakan bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang digumpalkan menjadi berbentuk mangkok berdiameter sekitar 10-15 cm, sedangkan slab berbentuk balok tipis hingga berukuran sekitar 35cmx50cm, tebal 20 cm. Bahan olah karet dari petani dijual ke prosesor akhir yakni pabrik karet remah untuk diolah menjadi karet remah jenis SIR Standard Indonesian Rubber 10, atau SIR 20. Pengolahan melibatkan serangkaian proses mulai dari pengecilan ukuran, pencucian, homogenisasi, pengeringan dan pengemasan. Sejak dimulainya era karet remah, SIR 20 senantiasa mendominasi jenis karet remah yang diproduksi. Saat ini ekspor karet remah SIR 20 sekitar 85. Dengan demikian tampak bahwa bahan olah karet lump dan slab sangat penting peranannya sebagai bahan baku untuk pembuatan karet remah. 1 1 http:blogs.unpad.ac.idsatriani20100601prospek-pengembangan-industri-karet. Diakses pada 12 Februari 2011