Teori Keunggulan Kompetitif Konsep Perdagangan Internasional

kompetitif suatu industri. Menurut Porter 1990, faktor sumberdaya diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu : sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, modal, dan infrastruktur. Kelima kelompok tersebut akan menggambarkan keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara dan segala potensi yang dapat dikembangkan oleh negara tersebut. 2. Kondisi Permintaan demand condition Kondisi permintaan merupakan faktor penting yang memengaruhi posisi daya saing nasional. Menurut Widayunita 2007, mutu produk dan produktivitas suatu negara akan memengaruhi kondisi permintaan dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keunggulan kompetitif suatu negara. Mutu persaingan di tingkat global memberikan tantangan bagi perusahaan- perusahaan untuk meningkatkan dayasaingnya. Dalam pengembangan mutu, perusahaan-perusahaan akan melakukan inovasi serta peningkatan kualitas produk agar sesuai dengan permintaan konsumen. 3. Industri Terkait dan Industri Pendukung yang Kompetitif related and supporting industry Industri terkait dan industri pendukung merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi posisi daya saing suatu industri. Untuk itu perlu dijaga hubungan dan koordinasi dengan para pemasok, khususnya untuk menjaga dan memelihara rantai nilai produksi dari industri hulu hingga industri hilir. Keberadaan industri hulu mampu menyediakan bahan baku untuk proses produksi suatu industri sedangkan industri hilir menggunakan bahan baku tersebut untuk diproses menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah. Rantai nilai produksi antara industri hulu dan industri hilir yang terhubung dengan baik akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi suatu negara. 4. Kondisi struktur, Persaingan dan Strategi Industri firm strategy, structure, and rivalry Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi baru, dan memperbaiki mutu serta pelayanan. Pada akhirnya, persaingan di dalam negeri yang kuat akan mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional berorientasi ekspor. Globalisasi ekonomi akan menyebabkan terjadinya ketergantungan antarnegara. Masing-masing negara membangun perekonomiannya berdasarkan kekayaan yang dimiliki, yang merupakan keunggulan komparatifnya. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut lebih ditentukan pada keunggulan kompetitifnya dikarenakan ada pesaing-pesaing yang dekat, yaitu negara lain yang membangun keunggulan perekonomian mereka di sektor atau jenis industri yang sama dengan strategi serupa. 5. Peran Pemerintah government Peran pemerintah merupakan faktor yang menentukan posisi daya saing suatu industri. Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung pemerintah dapat memengaruhi permintaan melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, sedangkan peran pemerintah secara langsung adalah dengan bertindak sebagai pembeli produk jasa. Pemerintah juga dapat memengaruhi berbagai sumber daya yang tersedia, berperan sebagai pembuat kebijakan yang terkait dengan tenaga kerja, pendidikan, pembentukan modal sumber daya alam dan standar produk. 6. Peran kesempatan chance event Peran kesempatan merupakan suatu hal yang bersifat kecelakaan accidental, sehingga dalam kenyataan peran kesempatan bisa terjadi atau tidak terjadi. Dalam hal ini peran kesempatan bisa menguntungkan atau merugikan para pelaku usaha. 2.4. Penelitian Terdahulu 2.4.1. Penelitian Mengenai Karet Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi harga ekspor karet alam Indonesia Mamlukat, 2005. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi harga ekspor karet alam Indonesia ke pasar internasional. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak SAS dengan pendekatan simultan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pergeseran preferensi importir karet alam ke karet sintesis. Harga karet sintesis dipengaruhi oleh harga minyak dunia, fluktuasi harga karet alam Indonesia sendiri dipengaruhi oleh produksi yang tidak stabil serta elastisitas karet alam Indonesia yang rendah. Penelitian tentang dinamika ekspor karet alam Indonesia Julivanto, 2009. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Vector Auto Regression VAR dan Vector Error Correction Model VECM untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor karet alam Indonesia. Pendekatan Impulse Respon Function IRF digunakan untuk melihat respon dari variabel tidak bebas selama beberapa waktu kedepan jika terjadi guncangan dari variabel bebas lainnya sebesar satu standar deviasi dan pendekatan Forecast Error Variance Decomposition FEVD untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap tidak bebas selama periode tertentu. Berdasarkan hasil IRF dan FEVD, variabel yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor pada saat terjadi guncangan adalah variabel produksi karet alam. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi karet alam Indonesia, harga minyak mentah dunia, harga ekspor karet alam Indonesia, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar, sedangkan variabel tidak bebas yang digunakan adalah volume ekspor karet alam Indonesia. Penelitian mengenai analisis keunggulan komparatif karet alam Indonesia tahun 2003-2007 Soekarno, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk melihat daya saing ekspor karet alam Indonesia dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia, sehingga dapat diketahui perlunya pengembangan lebih mendalam untuk meningkatkan produksi karet alam dari daya saing ekspor. Penelitian ini menggunakan analisis Revealed Comparative Advantage RCA dan Constant Market Share CMS. Hasil analisis menunjukkan bahwa daya saing ekspor karet alam Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 cenderung mengalami kenaikan yaitu dari 28,403 menjadi 37,388. Sedangkan Thailand turun dari 53,190 pada tahun 2003 menjadi 32,187 untuk tahun 2007. Hal yang sama juga terjadi pada Malaysia di tahun 2003 mencapai 17,931 menjadi 10,623 tahun 2007. Hasil analisis constant market share menunjukkan bahwa Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 memiliki daya saing yang positif. Dengan menggunakan