Implikasi Pengembangan Pasar Tradisional terhadap Pembangunan

Selanjutnya pada tingkat Kepentingan, dimensi responsiveness memiliki nilai rata-rata tertinggi jika dibandingkan dengan dimensi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepentinganya tertinggi. Namun secara umum di pasar tradisional di Kota Bogor, semua dimensi Kepentingan memiliki tingkat kepentingan pengelolaan antribut yang tinggi. Tabel 28. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Semua Pasar No Dimensi Atributte Pengelolaan Pasar Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan 1 Tangible kenyataanbentuk fisik 2,6 3,7 2 Reliability keandalankepercayaan 3,1 3,7 3 Responsiveness ketanggapan 2,8 4,0 4 Assurance Jaminankepastian 3,2 3,9 5 Emphaty empati 3,0 3,9 Skor Rata-rata 3,0 3,8 Berdasarkan pada hasil penelitian ini secara umum dapat dilihat bahwa persepsi pedagang terhadap kinerja pasar tradisional di Kota Bogor adalah rendah, sementara Kepentingan pedagang terhadap pasar tradisional di Kota Bogor adalah tinggi. Begitu juga dengan tingkat kepentingan pedagang pasar tradisional di Kota Bogor terhadap dimensi kinerja adalah rendah, sedangkan tingkat kepentingan pedagang terhadap dimensi Kepentingan atribut pengelolaan pasar tradisional di Kota Bogor adalah tinggi.

6.4 Implikasi Pengembangan Pasar Tradisional terhadap Pembangunan

Kota Bogor Pasar-pasar tradisional di Kota Bogor terletak di daerah yang strategis, seperti Pasar Bogor yang berada di depan pintu masuk Kebun Raya Bogor, Pasar Jambu Dua yang berada di daerah Warung Jambu dimana di daerah ini kini telah berdiri Mal Jambu Dua, Pasar Merdeka yang berada di daerah yang sangat strategis karena berhubungan dengan Terminal Merdeka dan pasar lainnya. Di daerah-daerah tersebut kini menjadi daerah yang tumbuh dengan relative cepat, ditandai dengan banyaknya pasar modern yang tumbuh di daerah tersebut danatau di sekitar wilayah tersebut. Pembangunan pasar modern di sekitar pasar tradisional tersebut sedikit demi sedikit mempengaruhi keberadaan dari pasar tradisional. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya perkembangan penerimaan pendapatan operasional dari pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Pakuan Jaya pada tahun 2006 hingga 2010 mengalami penurunan, walaupun secara nominal mengalami peningkatan. Peningkatan penerimaan tertinggi pada tahun 2006 ke tahun 2007 rata-rata sebesar 16,8 persen, selanjutnya menurun menjadi 6,6 persen, 4,8 persen dan 0,7 persen. Penurunan terbesar terjadi di Pasar Jambu Dua, sebesar 10,3 persen. Penurunan penerimaan pendapatan operasional ini salah satunya dikarenakan dengan menurunnya penerimaan dari para pedagang, sehingga mempengaruhi pembayaran mereka terhadap penerimaan pendapatan operasional PD. Pasar Pakuan Jaya. Hal ini boleh jadi terjadi karena berkurangnya pedagang di pasar-pasar yang dikelola PD. Pasar. Oleh karena itu pada tahun 2009, Pemerintah Kota Bogor mendirikan PD Pasar Pakuan Jaya. Tujuan didirikan PD Pasar Pakuan Jaya ini adalah untuk 1 meningkatkan pelayanan kebutuhan sarana dan prasarana pasar yang nyaman, bersih dan teratur, 2 mendorong perekonomian daerah, 3 menunjang pembangunan daerah, 4 Meningkatkan profesionalitas dan efisiensi pengelolaan pasar, dan 5 meningkatkan pendapatan asli daerah PAD. Pasar tradisional, banyak memiliki kekurangan, seperti lokasinya yang strategis terkadang dapat mengganggu lalu lintas di sekitarnya, kumuh, kurang tertata, dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis terhadap responden, maka dapat dilihat bahwa dimensi yang paling penting menurut responden adalah dimensi assurance , yang mencakup keamanan dan ketertiban pasar, kemudahan mendapat izin berdagang, kejujuran petugas penarik retribusi, kualitas barang dan kelengkapan jenis barang. Dimensi ini jika dibagi berdasarkan atas pedagang, maka penekanan dari pedagang adalah pada aspek keamanan dan ketertiban pasar, kemudahan mendapat izin berdagang, kejujuran petugas menarik retribusi.dan kualitas dari barang yang dijual dan kelengkapan jenis barang. Jika dikaitkan dengan peranan pemerintah sebagai pembuat kebijakan, maka pemerintah harus lebih menekankan pada aspek-aspek ini. Mengingat sekarang persaingan antara pasar modern dan pasar tradisional sangat ketat, dimana para pembeli lebih senang berbelanja di pasar modern dikarenkan beberapa hal seperti nyaman, bersih dan terjamin. Pemerintah harus melakukan pengawasan yang lebih ketat lagi terhadap pasar tradisional, aparat yang terkait harus lebih jeli dan tegas dalam melaksanakan tugasnya. Teliti dalam artian musti melihat juga apa yang dijual oleh pedagang, apakah barang yang sudh dijual di pasar tradisional sudah lengkap dan sesuai dengan yang diinginkan oleh para pembeli. Selain itu juga harus sering melakukan pengawasan terhadap produk yang dijual agar kualitas barangnya terjamin. Pembenahan pasar tradisional ini tidak semata-mata untuk melindungi pasar tradisional dengan masyarakat awamnya. Akan tetapi juga dapat menarik minat wisatawan baik lokal maupun asing Sutrisna dan Andi, 2010, seperti Pasar Klewer di Surakarta, Pasar Pagi Manggadua dan Pasar Baru di Jakarta, hingga Pasar ‘Central Market’ di Kuala Lumpur, Malaysia. Hal tersebut merupakan langkah yang cukup bijak mengingat penataan tidak hanya bertujuan untuk menjaga kelangsungan pasar tetapi juga untuk meningkatkan pemasukan perekonomian. Sehingga kebijakan tersebut lebih menguntungkan banyak pihak. Jika dihubungkan dengan Kota Bogor, pengembangan pasar yang dihubungkan dengan wisata di Kota Bogor ini sangat mendesak dan penting, mengingat di Kota Bogor belum ada pasar yang mengkhususkan untuk wisata dan belanja khusus untuk oleh-oleh Bogor. Jika ini dapat direalisasikan maka dampaknya sangat luas, tidak saja meningkatkan PAD Kota Bogor, tetapi secara luas dapat meningkatkan perekonomian dan pendapatan masyarakat Bogor, baik masyarakat Kota maupun Kabupaten Bogor, membuka lapangan kerja, meningkatkan kegiatan sector lainnya, mengingat di kelebihan dari pasar tradisional adalah keragaman barang yang lengkap. Di lain pihak, pembenahan pasar tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena menyangkut tingkat pendidikan masyarakat lapis bawah yang cenderung rendah. Selain itu pola kebiasaan masyarakat juga turut menjadi penghambat penataan pasar. Secara normatif solusi yang tepat untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut adalah dengan menyinergikan pasar tradisional dan tempat perbelanjaan modern sebagai satu kesatuan fungsional Sutrisna dan Andi, 2010. Kebijakan-kebijakan pemerintah haruslah bersifat memberikan solusi kepada pasar-pasar tradisional. Karena pasar tradisional merupakan merupakan salah satu pilar ekonomi yang cukup potensial untuk meningkatkan perekonomian. Pasar tersebut mampu memberikan kehidupan bagi perekonomian terutama masyarakat bawah. Pemerintah Kota Bogor juga diuntungkan dengan dijadikannya pasar-pasar tradisional menjadi kawasan tujuan wisata. Oleh karena itu diperlukan perhatian, bantuan dan kerjasama Pemerintah Kota Bogor dalam pengembangan pasar tradisional ini, jika tidak, maka peranan pasar tradisional akan semakin menurun karena adanya pasar modern yang semakin berkembang, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya perekonomian ekonomi masyarakat menengah ke bawah yang digerakkan oleh para penjual dan pembeli di pasar tradisional di Kota Bogor.

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL