The Strategies of Increasing Traditional Market of Competitiveness to Seller at Bogor Regency

(1)

STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR

TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

Oleh :

BAKRI M.

H252074075

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ”Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap Pedagang di Kota Bogor” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, 19 September 2011

B a k r i M. NRP. H252074075


(3)

ABSTRACT

BAKRI M. “TheStrategies of Increasing Traditional Market of Competitiveness to Seller at Bogor Regency”. Directed by MUHAMMAD FIRDAUS and

LUKMAN M. BAGA

Traditional market in Bogor Regency is a place to meet transaction between producers and consumers which has the strategic value for the developing people’s economic growth. But, the embeded problem, the traditional market is still low competitiveness if it is compared to the modern market (hyper market, super marker, etc) competitiveness. In that condition, it’s necessary to get the strategies of competitiveness of the traditional market increased in Bogor Regency.

The objective of the research is to formulate strategy and program to achieve more competitiveness of the traditional market in Bogor Regency. The specific aims are to identify the condition of traditional market, to analyze the perception of consumers and to formulate the strategies for the increasing competitiveness of the traditional market in Bogor Regency.

Research uses the method that has the descriptive quantitative with it for identificating of condition of the traditional market, IPA Analysis for the Analysis perception customer to traditional market and SWOT and QSPM Analysis for formulating strategy and program to increase competitiveness the traditional market in Bogor Regency.

Results of the research show the three priority strategics for increasing the competitiveness of the traditional market in Bogor Regency, those are 1) to increase quality of service market, 2) to increase quality of infrastructure market, and 3) to control the PKL trader those belong to the traditional market.

Key words: Bogor Regency, Traditional Market, Increase Competitiveness, Analysis of Customer Perception, SWOT, QSPM.


(4)

RINGKASAN

BAKRI M. Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap pedagang di Kota Bogor. Komisi pembimbing terdiri dari MUHAMMAD FIRDAUS sebagai ketua dan LUKMAN M. BAGA sebagai anggota komisi pembimbing.

Pasar tradisional merupakan tempat transaksi masyarakat produsen dan konsumen yang sarat dengan nilai strategis dalam mengembangkan pasar domestik dan bagi perkembangan perekonomian masyarakat. Nilai stategis yang dimiliki pasar tradisional adalah hampir 100 persen barang dan jasa yang diperdagangkan merupakan hasil produksi dan dikonsumsi di dalam negeri dan sangat sedikit hasil impor. Kondisi ini akan meningkatkan transaksi ekonomi yang terjadi di pasar tradisional di Kota Bogor akan dinikmati oleh masyarakat. Sehingga transaksi ekonomi di pasar tradisional lebih memberikan manfaat bagi masyarakat di Kota Bogor.

Selain memiliki nilai strategis, terdapat beberapa kelemahan pasar tradisional antara lain tidak aman, kumuh dan tidak nyaman, kotor dan basah, tidak tertib, timbangan/takaran tidak sesuai, kualitas kurang baik, masih tawar menawar, macet, dan lain-lain. Lemahnya daya saing (posisi tawar) pasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern akan menjadikan kurangnya minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar, hal ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pasar yang harus dikembangkan.

Beberapa hal yang menjadi permasalahan yang terdapat di pasar tradisional yang sesuai dengan penelitian ini adalah ; 1) kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor, 2) persepsi pelanggan terhadap pengelolaan dan pelayanan PD Pasar Pakuan Jaya di Kota Bogor, 3) Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi dan program peningkatan posisi tawar pasar tradisional terhadap pedagang yang terdapat di Kota Bogor. Sementara tujuan spesifik dari penelitian ini adalah : mengidentifikasi kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor, menganalisis persepsi pelanggan terhadap pasar tradisional di Kota Bogor dan merumuskan strategi untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor.

Dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari data PD Pasar Pakuan Jaya, BPS Kota Bogor dan Bappeda Kota Bogor, dan sebagian dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner. Sementara metode analisis yang digunakan adalah Deskriptif Kuantitatif, IPA Analysis, SWOT dan QSPM.

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan penelitian, bahwa strategi peningkatan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor harus di fokuskan pada program peningkatan kualitas pelayanan pasar, peningkatan sarana dan prasarana pasar dan pengaturan PKL di pasar. Kondisi pasar tradisional di Kota Bogor dapat diketahui melalui Kondisi bangunan fisik pasar yang berupa kondisi kios dan los, kondisi dasar dan lantai bangunan, kondisi gedung, kondisi fasilitas listrik,


(5)

kondisi fasilitas drainase, kondisi fasilitas keamanan, ketertiban dan kebersihan dan kondisi terdapatnya PKL.

Kondisi bangunan fisik pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor perlu direnovasi. Kondisi fisik yang perlu direnovasi terutama di tiga pasar yang dilakukan kajian yaitu Pasar Bogor, Pasar Sukasari, dan Pasar Kebon Kembang adalah kondisi fisik kios dan los pasar, kondisi koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai bangunan, dan kondisi gedung pasar. Di pasar tradisional di Kota Bogor kondisi ketertiban, keamanan dan kebersihan perlu ditingkatkan, dan masih terdapat banyak PKL yang perlu ditertibkan. Untuk itu diperlukan pengelolaan PKL dengan baik salah satunya dengan relokasi/ memindahkan ketempat yang tidak mengganggu ketertiban umum.

Mengenai persepsi pelanggan terhadap pasar tradisional berdasarkan pada hasil penelitian ini adalah secara umum persepsi pelanggan terhadap kinerja pasar tradisional di Kota Bogor adalah rendah, sementara harapan pelanggan terhadap pasar tradisional di Kota Bogor adalah tinggi. Begitu juga dengan tingkat kepentingan pelanggan pasar tradisional di Kota Bogor terhadap dimensi kinerja adalah rendah, sedangkan tingkat kepentingan pelanggan terhadap dimensi harapan atribut pengelolaan pasar tradisional di Kota Bogor adalah tinggi. Dimensi yang paling penting menurut responden adalah dimensi assurance, yang mencakup keamanan dan ketertiban pasar, kemudahan mendapat izin berdagang, kejujuran petugas penarik retribusi, kualitas barang dan kelengkapan jenis barang. Jika dikaitkan dengan peranan pemerintah sebagai pembuat kebijakan, maka pemerintah harus lebih menekankan pada aspek-aspek ini. Mengingat sekarang persaingan antara pasar modern dan pasar tradisional sangat ketat, dimana para pembeli lebih senang berbelanja di pasar modern dikarenakan beberapa hal seperti nyaman, bersih dan terjamin.

Terdapat tiga strategi prioritas dari sembilan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional di Kota Bogor yaitu : peningkatan kualitas pelayanan pasar, peningkatan kualitas sarana dan prasarana pasar, dan pengaturan PKL di sekitar pasar tradisional


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR

TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

B a k r i M.

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(8)

(9)

Judul Tugas Akhir : Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap Pedagang di Kota Bogor

Nama : B a k r i M.

NRP : H 252074075

Program Studi : Manajemen Pembangunan Daerah

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Muhammad Firdaus, SP. M.Si Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Manajemen Pembangunan Daerah

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Dr. Ir. Dahrulsyah, MSc


(10)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap pedagang di Kota Bogor”.

Penulisan ini merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional dalam program Pascasarjana Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Muhammad Firdaus, SP. M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku anggota komisi pembimbing dan A. Faroby Falatehan, SP ME sebagai penguji. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para dosen dan pimpinan serta pengelola Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih juga secara khusus penulis sampaikan kepada Istri tercinta dan anak-anakku yang telah memberikan dukungan kepada penulis berupa semangat, moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. Kepada Bapak Jenal Abidin, MP sebagai ketua kelas Bogor 10 dan teman teman seangkatan yang tidak bisa saya sebut satu persatu dan seluruh keluarga besar MPD IPB yang telah banyak mendorong, menyemangati dan memberikan bantuannya sampai selesainya pendidikan ini. Tak lupa kepada Bappeda Kota Bogor, BPS Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Kabag Perekonomian Pemda Kota Bogor, PD Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor, para kepala pasar, penulis ucapkan terimakasih atas kerjasamanya yang selama ini di bangun.

Terlepas dari berbagai bentuk kekurangan dari kajian ini, penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, 19 September 2011


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batang Kapas pada tanggal 8 Agustus 1962 dari seorang Ayah bernama Ismael dan Ibu bernama Manyar.

Pendidikan Dasar penulis diselesaikan di SD Negeri Anakan pada tahun 1974. Penulis melanjutkan ke SMP Negeri Batang Kapas dan lulus pada tahun 1977. Kemudian penulis melanjutkan ke SMA Negeri Painan dan lulus tahun 1980. Pada tahun 2002 kemudian penulis melanjutkan ke Universitas Ibnu Kholdun (UIK) Bogor di Fakultas Ekonomi dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan kuliah di Program Studi Magister Manajemen Pembangunan Daerah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan menamatkannya pada tahun 2011.

Penulis pernah bekerja sebagai Pedagang di Pasar Cibinong dan Pasar Cileungsi Bogor, serta aktif di organisasi sosial dan Profesi. Pada tahun 2007 sampai tahun 2010 sebagai Badan Pengawas PD Pasar Tohaga di Kabupaten Bogor. Sekarang penulis bekerja sebagai Direktur Umum PD Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor.

Penulis menikah dengan Farianis dan di karuniai empat orang anak yaitu Alfian Bakti, Sari Gumala Bakti, Incim Gumala Sari dan Para Seno Bakti.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Pasar ... 6

2.2 Pasar Tradisional dan Modern ... 7

2.3 Permasalahan Utama Pasar ... 9

2.4 Manajemen Pasar ... 12

2.5 Pedagang dan Struktur Kegiatannya ... 13

2.6 Persepsi Pelanggan ... 14

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu ... 18

III. METODOLOGI KAJIAN ... 21

3.1 Kerangka Pemikiran ... 21

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22

3.3 Data dan Metode Analisis ... 23

3.4 Metode Perumusan Strategi dan Perancangan Program ... 31

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 34

4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor ... 34

4.2 Pemerintahan ... 36

4.3 Penduduk ... 36

4.4 Kondisi Perekonomian ... 37

4.5 Keberadaan Pasar di Kota Bogor ... 38

V. KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR ... 41

5.1 Kondisi Bangunan Fisik Pasar Tradisional di Kota Bogor ... 41

5.2 Kondisi Fasilitas Listrik Pasar Tradisional Kota Bogor ... 44

5.3 Kondisi Fasilitas Drainase Pasar Tradisional Kota Bogor ... 44

5.4 Kondisi Fasilitas Keamanan, Ketertiban dan Kebersihan Pasar Tradisional di Kota Bogor ... 46

5.5 Kondisi PKL di Pasar Tradisional Kota Bogor ... 48

VI. PERSEPSI PELANGGAN TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR ... 50

6.1 Karakteristik Pelanggan Pasar Tradisional di Kota Bogor ... 50


(13)

6.3 Tingkat Kepentingan Atribute Kualitas Pengelolaan Pasar ... 62

6.4 Implikasi Pengembangan Pasar Tradisional terhadap Pembangunan Kota Bogor ... 66

VII. STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR... 69

7.1 Analisis Lingkungan Internal ... 69

7.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 72

7.3 Evaluasi Faktor Internal (IFE) ... 74

7.4 Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 76

7.5 Perumusan Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional t erhadap Pedagang di Kota Bogor ... 77

7.6 Penentuan Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional t erhadap Pedagang di Kota Bogor ... 79

7.7 Program Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional ... 81

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

8.1 Kesimpulan ... 84

8.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pendapatan Operasional Pasar di Kota Bogor……… 3

2. Jenis Usaha Ritel di Indonesia ………..……… 7

3. Kelebihan dan Kekurangan Pasar Tradisional dan Pasar Modern ………… 8

4. Data dan Metode Analisis ... ….. 23

5. Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar Pakuan Jaya ... 25

6. Matrik IFE ... 30

7. Matrik EFE ... 30

8. Matrik SWOT ... 31

9. Matrik Analisis QSPM ... 33

10. Kondisi Kios dan Los tahun 2009 ... 41

11. Kondisi Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan ... 42

12. Bangunan yang perlu diperbaiki ... 44

13. Sarana Listrik yang Perlu Renovasi ... 45

14. Sarana Drainase yang Perlu Perbaikan ... 46

15. Sarana Ketertiban dan Keamanan yang Perlu Renovasi ... 47

16. Sarana Kebersihan yang Perlu Renovasi ... 48

17. Jumlah PKL di Pasar Tradisional Kota Bogor ... 49

18. Karakteristik Pelanggan Berdasarkan Status Pernikahan... 51

19. Pendidikan Responden di Pasar Tradisional Kota Bogor ... 51

20. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

21. Persepsi Pelanggan Pasar Bogor terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan... 53


(15)

22. Persepsi Pelanggan Pasar Sukasari terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan... 56 23. Persepsi Pelanggan Pasar Kebon Kembang Terhadap Tingkat Kinerja dan

Tingkat Kepentingan ... 58 24. Persepsi Seluruh Pelanggan Pasar Terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat

Kepentingan... 61 25. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Pasar Bogor... 63 26. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Pasar Sukasari... 64 27. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Pasar Kebon Kembang.. 64 28. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Semua Pasar... 65 29. Matrik IFE dari Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional

terhadap Pedagang di Kota Bogor ... 75 30. Matrik EFE Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional

terhadap Pedagang di Kota Bogor... 76 31. Matrik SWOT Perumusan Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar

Tradisional terhadap Pedagang di Kota Bogor ... 78 32. Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap Pedagang di Kota Bogor ... 80 33. Matrik Program Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Kajian ... 22

2. Diagram Kartesius ... 27

3. Peta Lokasi Kota Bogor ... 34

4. Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Bogor ... 54

5. Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Sukasari ... 57

6. Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Kebon Kembang ... 59


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bogor yang memiliki visi menjadi kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan pemerintahan yang amanah merupakan visi yang harus di jalankan oleh pemerintah dan mendapat dukungan dari masyarakat secara keseluruhan. Syarat untuk mewujudkan Kota Bogor sebagai kota jasa, pemerintah Kota Bogor memiliki empat program prioritas diantaranya adalah: penyelesaian persoalan transportasi, penyelesaian pedagang kaki lima (PKL), pengentasan kemiskinan dan kebersihan lingkungan hidup. Keempat program prioritas ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu pusat kehidupan ekonomi masyarakat di Kota Bogor.

Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini pengertian pasar lebih mengarah pada pasar tradisional (Umar, 2005). Sedangkan dalam arti luas, pasar adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih mengarah pada pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat transaksi masyarakat produsen dan konsumen yang sarat dengan nilai strategis dalam mengembangkan pasar domestik dan bagi perkembangan perekonomian masyarakat. Beberapa nilai strategis pasar tradisional adalah 1) barang dan jasa kebutuhan masyarakat sebagian besar merupakan produksi nasional dan lokal; 2) bahan baku untuk memproduksi barang dan jasa tersebut sebagian besar merupakan produksi nasional (local content); 3) uang sebagai hasil transaksi akan beredar sebanyak mungkin di dalam negeri/ lokal; 4) meminimalisir pengeluaran devisa negara; 5) peningkatan penyerapan tenaga kerja; dan 6) meningkatkan pendapatan masyarakat.

Nilai strategis lain yang dimiliki pasar tradisional adalah hampir 100 persen barang dan jasa yang diperdagangkan merupakan hasil produksi dan dikonsumsi di dalam negeri dan sangat sedikit hasil impor. Kondisi ini akan meningkatkan transaksi ekonomi yang terjadi di pasar tradisional di Kota Bogor


(18)

akan dinikmati oleh masyarakat. Sehingga transaksi ekonomi di pasar tradisional lebih banyak memberikan manfaat bagi masyarakat di Kota Bogor.

Banyaknya nilai strategis yang dimiliki oleh pasar tradisional belum tentu dapat meningkatkan posisi tawar pasar dan menjadi pilihan utama masyarakat dalam berbelanja, hal ini dikarenakan terdapatnya beberapa kelemahan yang dimiliki oleh pasar tradisional dan rendahnya daya saing jika dibandingkan dengan pasar modern (mall, supermarket, minimarket, dll). Beberapa kelemahan pasar tradisional antara lain tidak aman, kumuh dan tidak nyaman, kotor dan basah, tidak tertib, timbangan/takaran tidak sesuai, kualitas kurang baik, masih tawar menawar, macet, dan lain-lain. Lemahnya daya saing (posisi tawar) pasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern akan menjadikan kurangnya minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar tradisional, hal ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pasar yang harus dikembangkan. Dengan kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor seperti diatas, maka diperlukan sebuah penelitian strategi peningkatan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor guna meningkatkan minat masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional.

1.2 Perumusan Masalah

Pasar tradisional selain merupakan tempat interaksi antara penjual dan pembeli, juga merupakan potensi yang dimiliki oleh Kota Bogor sebagai penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD). Nilai PAD dari pengelolaan tujuh pasar dan pendapatan perizinan kartu kuning, mandi cuci kakus dan pendapatan kerja sama dengan pihak ketiga dalam mengoperasionalkan sebagian pasar, dapat dilihat pada Tabel 1.

Nilai PAD dari pengelolaan pasar, retribusi, mandi cuci kakus dan pendapatan kerja sama dengan pihak ketiga dari tahun 2006 hingga tahun 2010 adalah 12.308 juta, pendapatan tersebut dari tahun ke tahun selalu meningkat. Pendapatan dari pasar tradisional dan Pendapatan tertinggi dari tahun 2006 hingga tahun 2010 berasal dari Pasar Bogor, yaitu sebesar Rp 3.911 juta, selanjutnya adalah Pasar Kebon Kembang sebesar Rp 2.608 juta.


(19)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa penerimaan pendapatan operasional dari pasar tradisional pada tahun 2006 hingga 2010 mengalami penurunan, walaupun secara nominal mengalami peningkatan. Peningkatan penerimaan tertinggi pada tahun 2006 ke tahun 2007 rata-rata sebesar 16,8 persen, selanjutnya menurun menjadi 6,6 persen, 4,8 persen dan 0,7 persen. Penurunan terbesar terjadi di Pasar Jambu Dua, sebesar 10,3 persen.

Secara keseluruhan, pada Tabel 1, pertumbuhan pendapatan operasional pasar tertinggi adalah dari tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar 12,68 persen, selanjutnya menurun hingga 2,08 persen pada tahun 2009/2010. Pertumbuhan rata-rata dari tahun 2006 hingga tahun 2010 adalah 6,57 persen.

Tabel 1. Pendapatan Operasional Pasar di Kota Bogor (dalam Rp juta)

No Sumber

Pendapatan

TAHUN Total

Pendapatan

2006 2007 2008 2009 2010

1 Retribusi

a Pasar Bogor 672 799 804 808 826 3.911

b Kb. Kembang 467 505 526 552 557 2.608

c Merdeka 108 191 197 200 207 906

d Sukasari 107 113 114 122 125 584

e Gunung Batu 71 74 74 77 80 379

f Jambu Dua 53 54 60 65 59 292

g Padasuka 38 39 50 53 54 235

2 Kartu Kuning - - 100 129 112 342

3 MCK 44 34 38 47 48 212

4 Kontraktor a Bina Citra 440 485 480 528 528 2.461 b PROPINDO 45 32 28 28 67 202

c Cardo Lestari 47 32 30 30 30 170

JUMLAH 2.097 2.363 2.505 2.643 2.698 12.308

Pertumbuhan (%) 12,68 6,01 5,51 2,08

Pertumbuhan rata per tahun (%) 6,57

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, 2011

Penurunan pertumbuhan pendapatan operasional yang terjadi pada pasar tradisional di Kota Bogor yang dikelola oleh PD Pasar Pakuan Jaya dari tahun 2006 hingga 2010 antara lain dikarenakan oleh berbagai kelemahan, seperti segi manajemen pengelolaan, infrastruktur, kualitas sumberdaya manusia, keberpihakan kebijakan pemerintah dan lemahnya karakter pedagang.


(20)

Pasar modern berkembang sangat pesat, dengan sarana dan prasarana yang lengkap, lahan parkir yang cukup luas, keamanan terjamin, antar lantai dihubungkan dengan eskalator dan lif, diruangan pasar memakai ac dan koridor yang cukup lapang serta dikelola dengan mempergunakan teknologi tinggi dan sumber daya manusia yang handal, dan jumlah pasar modern lebih banyak dari pasar tradisional di Kota Bogor.

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh pasar tradisional ini menjadi tantangan bagi PD Pasar Pakuan Jaya dalam upaya mengembangkan pasar, agar pasar tradisional dapat memiliki posisi tawar di mata masyarakat dan pasar modern. Oleh karenanya yang menjadi rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah :

1. Bagimana kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor?

2. Bagaiman persepsi pelanggan terhadap pengelolaan dan pelayanan PD Pasar Pakuan Jaya di Kota Bogor?

3. Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor?

1.3 Tujuan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi dan program peningkatan posisi tawar pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor. Sementara tujuan spesifik dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor. 2. Menganalisis persepsi pelanggan terhadap pasar tradisional di Kota Bogor. 3. Merumuskan strategi untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional di

Kota Bogor.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini di harapkan menjadi bahan acuan bagi pemerintah Kota Bogor dan Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor, serta dapat menjadi acuan bagi penelitian-penelitian lain dalam upaya


(21)

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan pasar tradisional di Indonesia.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pasar

Pasar merupakan suatu lapangan atau pelataran yang sebagian beratap atau sebagian terbuka, seluruhnya terbuka atau tertutup yang sesuai berdasarkan peraturan dan ketentuan pemerintah setempat. Menurut Umar (2005), pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Secara fisik pasar merupakan pemusatan beberapa pedagang tetap yang selanjutnya para pedagang tersebut menempati bangunan-bangunan. Sedangkan secara fungsional, pasar adalah suatu tempat dimana terjadi proses tukar menukar dan proses itu berlangsung bila sejumlah penjual dan pembeli bertemu satu sama lainnya yang kemudian sepakat untuk memindah tangankan barang-barang yang diperjualbelikan kepada pembeli yang dinyatakan dengan bentuk transaksi.

Secara ekonomi, pasar merupakan sebagai pusat sosial ekonomi suatu lingkungan, dimana penduduk dapat memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan barang-barang pokok sehari-hari atau kebutuhan jasa-jasa dalam bentuk eceran, sedangkan pengertian dari sudut pelayanannya pasar merupakan sarana umum yang ditempatkan oleh pemerintah sebagai tempat transaksi jual beli umum dimana pedagang secara teratur dan langsung memperdagangkan barang dan jasa dengan mengutamakan adanya barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Pasar merupakan sebuah perwujudan kegiatan ekonomi yang telah melembaga serta tempat bertemunya antara produsen (pedagang) dan konsumen (pembeli) untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk yang menurut kelas mutu pelayanan menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dan menurut pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakan/ grosir (Yogi, 2000).

Jika dilihat dari jenis usahanya, maka pasar di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis usaha, yaitu minimarket, supermarket, hypermarket, toko dengan sistem pembayaran cash and carry, toko kecil dengan layanan penuh dan pasar


(23)

tradisional. Secara lengkap dan detil dapat dilihat pada Tabel 2 mengenai batasan fisik dan barang yang dijualnya.

Table 2. Jenis Usaha Ritel di Indonesia

Usaha Ritel Batasan Fisik Barang-barang yang Tersedia Minimarket

“Convenience Stores”

- Mempekerjakan 2–6 orang

- Luasnya kurang dari 350 m3

- Makanan kemasan

- Barang-barang higienis pokok Supermarket - Luasnya 350–8000 m3

- Memiliki lebih dari 3 mesin hitung

- Makanan

- Barang-barang rumahtangga Hipermarket - Berdiri sendiri (tanpa

bergabung dengan yang lain)

- Luasnya di atas 8.000 m3

- Memiliki mesin hitung untuk setiap 1.000 m3

- Mempekerjakan 350– 400 orang

- Makanan

- Barang rumahtangga

- Elektronik

- Busana/Pakaian

- Alat olah raga

Toko dengan sistem pembayaran cash

and carry

- Luasnya lebih dari 500 m3

- Perlu menjadi anggota untuk masuk

- Makanan

- Barang rumahtangga Toko kecil dengan

layanan penuh

- Milik keluarga

- Luasnya kurang dari 200 m3

- Independen

- Makanan tertentu

- Barang rumahtangga tertentu Pasar tradisional - Banyak pedagang

- Lapak kecil dengan ukuran 2–10 m3

- Bahan-bahan segar

- Barang-barang produksi rumahtangga

- Barang-barang pokok

rumahtangga

Diadaptasi dari Collett & Wallace (2006), dalam Suryadarma, D et al, 2007

2.2 Pasar Tradisional dan Modern

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi, atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha


(24)

berupa toko, kios atau los dan tenda, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil dan menengah dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil dengan proses jual beli melalui tawar menawar. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang umumnya dimiliki oleh pemodal kuat, mempunyai kemampuan untuk menggaet konsumen dengan cara memberikan hadiah langsung, hadiah khusus, dan juga discount-discount menarik (Zumrotin, 2002). Pasar modern pada umumnya diisi oleh retailer (pengecer besar), baik perusahaan pengecer dengan skala lokal maupun nasional. Mereka ini merupakan pesaing yang mengancam keberadaan pasar-pasar tradisional. Oleh karena itulah modernisasi pasar dengan manajemen pengelolaan secara modern baik dari sistem pengelolaan maupun kelembagaannya perlu ditingkatkan untuk mengembangkan perekonomian pedagang kecil serta pemacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurut Yamato (2011) dalam blognya, kelebihan dan kelemahan pasar tradisional dan pasar modern adalah sebagai berikut:

1. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Biasanya lokasi dari pasar tradisional ini strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, memiliki harga yang rendah, serta sistem tawar menawar yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki pasar tradisional. Sisi kekeluargaan inilah yang menjadi salah satu pemandangan yang indah kala berada di pasar

2. Pasar tradisional memiliki kelemahan yang sangat urgen ialah pada kumuh dan kotornya lokasi pasar. Bukan hanya itu saja, banyaknya produk yang mayoritas diperjualbelikan oleh oknum pedagang yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan bahan kimia yang tak seharusnya dipakai, dan praktek seperti itu marak sekali terjadi di pasar tradisional. Bukan hanya itu saja, kurang menariknya kemasan produk di pasar tradisional juga yang membuat kurang dilirik konsumen, bahkan makin hari bukannya semakin bagus akan tetapi malah semakin memburuk kondisinya. Dan jelas hal seperti itu cukup membahayakan keberadaan pasar tradisional.

3. Kelebihan pasar modern dibanding pasar tradisional cukup jelas, mereka memiliki banyak keunggulan yakni; nyaman, bersih serta terjamin. Dan tiga hal


(25)

tersebut yang membuat para konsumen mau membeli ke pasar modern. Sejuk, bersih, nyaman mempunyai peranan penting bagi pasar modern, dan ketiga komponen tadi menjadi andalan dari pasar modern dan hal tersebut tidak dimiliki oleh pasar tradisional.

4. Secara sekilas, tidak terdapat kelemahan dari pasar modern ini. Mungkin kelemahannya terdapat pada praktik jual belinya dimana konsumen tidak bisa menawar harga barang yang hendak dibelinya.

Secara keseluruhan kelebihan dan kekurangan dari kedua pasar ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Pasar Tradisional dan Pasar Modern Pasar Tradisional Pasar Modern Kelebihan - lokasi yang strategis

- area penjualan yang luas - keragaman barang yang

lengkap

- harga yang rendah

- keakraban antara penjual dan

pembeli dengan adanya sistem tawar menawar

- mendongkrak perekonomian

daerah untuk kalangan menengah ke bawah

- nyaman - bersih - terjamin

Kekurangan - kumuh - kotor

- banyaknya produk yang

diperjualbelikan oleh oknum pedagang yang tak

bertanggung jawab

menggunakan bahan kimia yang tak seharusnya dipakai

- cara pengemasan di pasar

tradisional yang kurang baik

- konsumen tidak

bisa menawar harga

Sumber: http://fhryamato.blogspot.com/2011/03/kekurangan-dan-kelemahan-pasar-modern.html

2.3 Permasalahan Utama Pasar

Pasar sebagai suatu infrastruktur publik yang disediakan oleh pemerintah tentunya memiliki berbagai permasalahan yang perlu diselesaikan oleh pengelola. Beberapa permasalahan utama pasar yang berasal dari Zumrotin, 2002:


(26)

1. Pengelolaan : Ketidakmampuan dalam mengelola pasar tradisional untuk menciptakan pasar yang bersih, aman, nyaman, serta tidak adanya upaya untuk melakukan pembinaan kepada para pedagang untuk berpraktek dagang yang sehat dan jujur akan menyebabkan konsumen enggan berbelanja dipasar tradisional. Selain itu pasar yang becek, berbau tidak sedap, tidak aman/ rawan keamanan, dan praktek dagang yang tidak sehat akan menimbulkan kekecewaan dan ketidakpercayaan konsumen sehingga mereka lebih baik meninggalkan pasar tradisional karena memiliki resiko tinggi

2. Tata Ruang dan Lokasi : Masalah timbul dari operasional tata ruang, lokasi dan masih tersdianya tempat usaha yang tidak produktif.

3. Pola Pembangunan dan Pendanaan : Selama ini pemerintah melakukan sistem pengadaan atau penyediaan pasar khususnya pasar tradisional sebagai salah satu infrastruktur, yaitu dengan melakukan pembangunan fisik pasar yang belum ada wujudnya, dimulai dengan penyediaan lahan sampai berdirinya bangunan pasar yang dioperasikan (Thamrin, 2000). Keterbatasan dan tantangan yang dihadapi oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai pengelola pasar tradisional (Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah) saat ini adalah adanya kebijakan regulasi di bidang dunia usaha nasional yang mulai menitikberatkan pada usaha perekonomian rakyat. Situasi pasar yang lebih bebas dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas dan kuantitas menghasilkan produk yang lebih tinggi. Kurang dan terbatasnya modal yang diperlukan oleh perusahaan untuk operasional dan pemeliharaan perusahaan, dan rendahnya hasil usaha, mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan pengembangan investasi, kurangnya profesionalisme, transparansi, dan pengawasan dalam manajemen pengelolaan perusahaan serta banyaknya BUMD yang mengalami kesulitan keuangan (Subowo, 2002).

Pengembangan penyediaan prasarana yang efisien melalui keterlibatan pihak swasta tidak lain karena untuk memenuhi keinginan masyarakat, artinya tidak saja efisien dan ekonomis tetapi juga harus memiliki dimensi sosial. Keterlibatan swasta dalam sektor prasarana dikarenakan hal-hal sebagai berikut (Darrin dan Mervin, 2001) :


(27)

1. Keterbatasan pemerintah dalam membiayai pembangunan infrastruktur, di satu sisi disebabkan oleh keterbatasan teknologi, daya dan dana. Sedangkan di pihak lain kebutuhan akan infrastruktur semakin mendesak.

2. Partisipasi pembangunan berdasarkan keinginan masyarakat (Community Driven Development) melalui pembagian resiko yang sebelumnya menjadi tanggungjawab pemerintah, didistribusikan kepada pihak swasta.

3. Motivasi profit dari pihak swasta akan mendorong organisasi yang dikelola menjadi lebih efisien, transparan dan kompetitif.

4. Capacity Building

5. Kebijakan pemerintah, diantaranya adalah terdapatnya peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perusahaan daerah yang masih berlaku hingga saat ini adalah undang-undang No 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut maka dalam rangka melakukan usaha Perusahaan Daerah mengenai “Bisnis Birokrasi” yaitu kebijakan pengembangan sangat ditentukan oleh pemerintah daerah sebagai pihak yang mewakili daerah sebagai pemilik Perusahan Daerah. Pada masa itu direksi dan mayoritas pegawai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari birokrasi pemerintahan daerah. Sehingga dalam prakteknya pengelolaan mirip dengan pengelolaan lembaga birokrasi. Akibatnya dalam banyak kasus, manajemen kurang memiliki independensi dan fleksibilitas inovasi usaha guna mencapai tujuan organisasinya (Subowo, 2002).

Pengaturan misi Perusahaan Daerah secara luas yaitu memberi jasa, menyelenggarakan kepentingan umum, dan memupuk pendapatan tanpa melihat apakah usaha Perusahaan Daerah tersebut sesungguhnya merupakan bidang komersial atau bukan. Keberadaan Perusahaan Daerah berorientasi ganda yaitu public sevice oriented dalam rangka menyelenggarakan kemanfaatan umum dan profit oriented dalam rangka memupuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Akan tetapi jika dilihat secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip koperasi, public mission dan profit hal tersebut merupakan dua sisi yang sangat sulit untuk disatukan. Menurut Davey adalah ‘Bagaimana Perusahaan daerah memaksimumkan keuntungan tanpa mengorbankan layanan terhadap masyarakat, terutama kelas bawah dan menengah’ (Davey, 1983).


(28)

2.4 Manajemen Pasar

Manajemen berasal dari kata to manage yang mempunyai arti mengatur. Pada hakikatnya manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Untuk dapat mengatur kegitan yang berlangsung maka harus terdapat unsur-unsur manajemen yang menunjang proses kegiatan tersebut yaitu : manusia, uang, metode, material, mesin dan pasar. Keenam unsur tersebut perlu diatur agar lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang dinginkan (Hasibuan, 1996). Adapun pengertian umum manajemen adalah pendayagunaan sumberdaya manusia dengan cara yang paling baik agar dapat mencapai rencana-rencana dan sasaran perusahaan (Madura, 2001).

Manajemen pasar merupakan proses pengaturan kegiatan perdagangan yang berlangsung dipasar dengan sumber daya meliputi pedagang, tempat usaha dan pengorganisasiannya. Serangkaian aktivitas yang dilakukan dalam fungsi-fungsi manajemen pasar merupakan sebuah proses manajemen. Untuk melaksanakan manajemen tersebut maka diperlukan adanya manajer yang dalam pelaksanaan tugas kegiatan serta kepemimpinannya harus melakukan tahap-tahap seperti dibawah ini :

1. Perencanaan, adalah suatu proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih alternatif yang terbaik dan beberapa perencanaan yang ada. 2. Pengorganisasian, adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan

pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitasnya masing-masing, menyediakan alat-alat yang diperlukan, dan menetapkan wewenang secara relatif untuk kemudian didelegasikan kepada setiap individu yang melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

3. Pengarahan, adalah mengarahkan semua bawahan agar mau bekerjasama secara aktif untuk mencapai tujuan. Tujuan dan pengarahan untuk membuat semua anggota kelompok mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas untuk mencapai tujuan dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. 4. Pengendalian, adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu


(29)

untuk mengukur dan memperbaiki kinerja bawahan, apakah sudah sesuai dengan rencana sebelumnya atau tidak.

2.5 Pedagang dan Struktur Kegiatannya

Kegiatan perdagangan di pasar merupakan suatu kegiatan ekonomi pasar, seperti yang digambarkan oleh Geertz (1969), yaitu suatu perekonomian dimana arus total perdagangan terpecah-pecah menjadi transaksi-transaksi orang ke orang yang masing-masing tidak ada hubunganya yang mana jumlahnya sangat besar, sangat berbeda dengan ekonomi barat yang berpusatkan firma, dimana perdagangan dan industri dilakukan melalui serangkaian pranata sosial yang tidak bersifat pribadi, yang mengorganisasikan berbagai pekerjaan yang bertalian dengan tujuan-tujuan produksi dan distribusi tertentu, maka ekonomi jenis ini adalah berdasarkan pada kegiatan yang independen dan pedagang terpacu untuk bersaing secara sehat antara satu dengan lainnya (Nas, 1986).

Pedagang yang menempati kios dianggap telah masuk kedalam sektor formal karena telah menjadi pedagang yang tetap di pasar. Pedagang tetap ini merupakan kelompok pedagang yang telah mapan di kota, yang berusaha mengorganisasikan kegiatan mereka dengan lebih sistematis dengan modal usaha yang besar seperti yang dahulu pernah dilakukan oleh orang tua mereka. Sedangkan pedagang yang tidak menempati kios menjadi sektor informal atau yang lebih dikenal dengan pedagang kaki lima (PKL) atau pedagang pengecer, hanya menggunakan jalan masuk dan wilayah sekitar pasar sebagai tempat menggelar dagangannya. Jenis kegiatan usahanya cenderung berkelompok sesuai dengan ciri-ciri khas daerah atau suku bangsa mereka. Barang dagangan mereka peroleh dari juragan atau tokoh yang menjadi patron bagi pedagang kaki lima sekaligus menyewakan peralatan jualan yang berupa gerobak ataupun meja gelaran.

Mengingat Pasar Tradisional memiliki peranan yang sangat strategis, selain akan menciptakan lapangan kerja juga akan menumbuhkan dunia usaha dan kewiraswastaan baru dalam jumlah banyak sehingga kelompok ini mempunyai keterkaitan dengan sektor industri dan jasa lainnya. Dalam kegiatan inilah membangun pasar tradisional menjadi perlu dilakukan. Pembinaan dan penataan


(30)

melalui uluran tangan pemerintah secara terus menerus perlu dilakukan. Dengan demikian, diharapkan karena peranannya maka pasar tradisional dapat menumbuhkan tata perdagangan yang lebih mantap, lancar, efektif, efisien dan berkelanjutan dalam satu mata rantai perdagangan nasional yang kokoh (Yogi, 2000).

2.6 Persepsi Pelanggan

Persepsi merupakan suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, perasa, penciuman, dan peraba). Namun demikian, makna dari proses persepsi tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan adalah harga, citra, tahap pelayanan dan momen pelayanan. Persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa berpengaruh terhadap tingkat kepentingan pelangggan, kepuasan pelanggan, dan nilai pelanggan (Rangkuti, 2003).

2.6.1 Tingkat Kepentingan Pelanggan

Tingkat kepentingan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk jasa yang akan dijadikannya standar acuan dalam menilai kinerja produk jasa tersebut (Rangkuti, 2003). Menurut Lovelock dan Wraight (2005), menyatakan bahwa ada dua tingkat kepentingan pelanggan, yaitu :

1. Adequate service, adalah tingkat kinerja jasa minimal yang akan diterima pelanggan tanpa merasa tidak puas.

2. Desire service, adalah tingkat kualitas jasa yang diidam-idamkan yang diyakini pelanggan dapat dan seharusnya diberikan.

Diantara adequate service dengan desire service terdapat zone of tolerance, yaitu rentang dimana variasi pelayanan yang masih dapat diterima oleh pelanggan.


(31)

Kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapannya (Irawan, 2007). Pelanggan tidak akan puas apabila pelanggan mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi dan sebaliknya pelanggan akan puas apabila persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan. Kepuasan pelanggan, selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, juga ditentukan oleh kualitas produk, harga, kualitas pelayanan dan faktor-faktor yang bersifat situasional.

Kepuasan didefinisikan juga sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Jika kinerja berada dibawah harapan maka pelanggan tidak puas, jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan puas dan jika kinerja melebihi harapan pelanggan sangat puas (Kotler, 2005). Sedangkan menurut Lovelock dan Wright (2005), kepuasan pelanggan adalah keadaan emosional, reaksi pasca pembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan, atau kesenangan.

2.6.3 Nilai Pelanggan

Tugas pertama bagi sebuah perusahaan adalah untuk menciptakan pelanggan. Nilai yang diterima pelanggan (Customer Delivered Value) adalah selisih antara total customer value atau jumlah nilai bagi pelanggan dan total customer cost atau biaya total pelanggan. Total customer value adalah kumpulan manfaat yang diharapkan diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu. Total customer cost adalah kumpulan pengorbanan yang diperkirakan pelanggan akan terjadi dalam mengevaluasi, memperoleh dan menggunakan produk jasa tersebut (Druker dalam Kotler, 2005).

Menurut Lovelock dan Wright (2005), dalam menciptakan nilai untuk pelanggan berkaitan dengan konsep 8 P, yaitu :

1. Place and Time (tempat dan waktu), keputusan manajemen tentang kapan, dimana, dan bagaimana menyampaikan jasa tersebut kepada pelanggan.


(32)

2. Process (proses), metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan.

3. Productivity (produktivitas), seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan.

4. Product (produk), semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan.

5. People (orang), karyawan (kadang-kadang pelanggan lain) yang terlibat dalam proses produksi.

6. Promotion and Education (promosi dan edukasi), semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang dirancang untuk membangun prefensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa tertentu.

7. Phisical Evidence (bukti fisik), petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti atas kualitas jasa.

8. Price and other cost service (harga dan biaya jasa lainnya), pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa.

Nilai didefinisikan sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat suatu produk yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan.

2.6.4 Survei Kepuasan Pelanggan

Menurut Berry dalam Lovelock dan Wraight (2005) agar survei berkelanjutan seharusnya dilakukan dengan menggunakan portofolio teknik riset yang membentuk sistem informasi kualitas jasa (service quality information system) suatu perusahaan. Pendekatan yang memungkinkan dapat mencakup :

1. Survei transaksi (transactional survei), didesain untuk mengukur kepuasan dan persepsi pelanggan tentang pengalaman jasa pada saat masih segar dalam ingatan pelanggan tersebut.

2. Survei pasar menyeluruh (total market survei), mengukur penilaian total pelanggan terhadap kualitas jasa.


(33)

3. Belanja misterius, orang yang disewa perusahaan untuk bertindak sebagai pelanggan biasa.

4. Survei pelanggan yang baru, berkurang, dan sebelumnya, bertanya kepada pelanggan sebelumnya mengapa mereka berpindah dapat sangat membantu jika informasinya menenangkan hati untuk melihat bidang-bidang di mana kekurangan kualitas jasa suatu perusahaan.

5. Wawancara kelompok fokus (focus group interview), dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada sekelompok wakil pelanggan tentang masalah atau topik khusus.

6. Laporan lapangan karyawan, merupakan metode sistematis untuk mengetahui apa yang dipelajari karyawan dari interaksi mereka dengan pelanggan dan dari pengamatan langsung mereka terhadap perilaku pelanggan.

Salah satu tujuan dari survei kepuasan pelanggan adalah untuk membuat produk atau jasa yang ditawarkan dapat memberikan keuntungan yang optimal kepada pelanggan tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan yang bersangkutan sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk atau jasa yang mampu menciptakan nilai superior kepada pelanggan.

2.6.5 Manfaat Pengukuran Mutu dan Kepuasan Pelanggan

Menurut Gerson (2004), terdapat lima manfaat dari pengukuran mutu dan kepuasan pelanggan, sebagai berikut :

1. Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan berprestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan yang prima kepada pelanggan. 2. Pengukuran bisa dijadikan dasar dalam menentukan standar kinerja dan

standar prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan menuju mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan meningkat.

3. Pengukuran dapat memberikan umpan balik segera kepada pelaksana, terutama bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau perusahaan yang memberikan pelayanan.


(34)

4. Pengukuran memberitahukan anda apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan serta bagaimana harus melakukannya.

5. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi.

Menurut Kotler dan Keller (2007) lima model mutu jasa menurut tingkat kepentingan :

1. Keandalan – Kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat.

2. Daya tanggap – Kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.

3. Jaminan – Pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayan dan keyakinan.

4. Empati – Kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan.

5. Benda berwujud – Penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan bahan komunikasi.

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan bagi penelitian ini antara lain :

Penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2005) dengan judul Analisis Kesiapan Kabupaten Dalam Menarik Investor, Studi Kasus Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dianggap penting oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi, menganalisis kesiapan pemerintah Kabupaten temanggung terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investasi sebagaimana yang diharapkan oleh investor, menguji perbedaan persepsi antara aparat pemerintah daerah dengan para investor terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investasi dan merumuskan langkah-langkah strategis yang harus dilakukan oleh pemda setempat agar mampu menarik investor. Penelitian ini menggunakan metode studi


(35)

kasus. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rentang kriteria terhadap tingkat harapan dan tingkat kinerja, importance performance analisys (IPA), uji beda rata-rata t Test terhadap responden investor dengan pemda untuk melihat perbedaan persepsi diantara kedua responden. Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini juga menggunakan analisis IPA untuk menganalisis persepsi pelanggan pasar tradisional di Kota Bogor. Perbedaannya yaitu, objek penelitian yang berbeda dan pada penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2005) tidak melakukan analisis faktor internal dan eksternal dan hanya melakukan analisis persepsi terhadap investor.

Oktaviani dan Suryana (2006) dalam penelitiannya menganalisis kepuasan pengunjung dan pengembangan fasilitas wisata agro. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis Importance Performance Analisys (IPA). Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa pihak manajemen kebun wisata agro Pasir Muku sebaiknya memperbaiki kinerja dari promosi, kemudahan mencapai lokasi, serta sarana peribadatan. Selain itu manajemen sebaiknya mempertahankan kinerja dari kegiatan edukatif yang merupakan keunggulan perusahaan dimata pengunjung dibandingkan dengan objek wisata lain yang sejenis. Relevansinya dengan penelitian ini adalah penggunaan metode Importance Performance Analisys (IPA).

Zarkoni (2007) melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis berbagai peluang, ancaman, kekuatan serta kelemahan, menganalisis tingkat persaingan, mengidentifikasi faktor strategis internal, mengidentifikasi faktor strategis eksternal dan merekomendasikan strategi bersaing bagi PT. Nalco Indonesia dalam industri pengolahan air di industri minyak kelapa sawit. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu tahapan input, tahap penyocokan, tahapan kompilasi kemudian tahapan keputusan. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kasus. Pendekatan survei dilakukan dengan menyebar kuisioner dan wawancara langsung kepada para ahli yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bisnis pengelolaan air di industri minyak kelapa sawit. Relevansi terhadap penelitian ini adalah data diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner oleh responden, serta telaah pustaka. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu tahap input, pencocokan, kompilasi kemudian


(36)

keputusan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian Zarkoni (2007) tidak melakukan analisis persepsi dan hanya melakukan analisis strategi melalui faktor internal dan eksternal.

Mattanette, 2008, mengadakan kajian analisis kepuasan pedagang terhadap pengelolaan Pasar Citeurep I. Metode analisis yang digunakan dalam kajian tersebut menggunakan Importance and Performance Analysis, Customer Satisfaction Index, analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Eksternal Factor Evaluation-EFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE), analisis Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT), dan analisis Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM).

Atribut yang digunakan sebanyak 17 buah atribut, hasil analisis Importance and Performance Analysis adalah: (1) Prioritas utama atribut kualitas jasa, yaitu kondisi bangunan/gedung pasar, kondisi kebersihan pasar, kondisi tempat usaha/berdagang, pengelola pasar cepat dan tanggap dalam menghadapi masalah yang ada, (2) Pertahankan prestasi atribut kualitas jasa, yaitu kondisi MCK di pasar, pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar, keramahan dan kesopanan petugas penarik retribusi, (3) Prioritas rendah atribut kualitas jasa, yaitu besarnya retribusi, petugas unit pasar cepat dan tanggap atas keluhan pedagang, pengelola pasar memberikan pembinaan/penyuluhan secara baik dan teratur, pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum dan (4) Berlebihan untuk atribut kualitas jasa, yaitu kebersihan kantor unit pasar, kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha, besarnya sewa tempat usaha, kejujuran petugas penarik retribusi, pengelola pasar memberikan rasa aman dan nyaman kepada pedagang, sikap pegawai unit pasar.

Sedangkan hasil Customer Satisfaction Index atribut kualitas jasa sebesar 56,023 persen, menunjukkan pedagang pasar Citeureup I ”Cukup Puas” dengan kualitas pengelolaan Pasar Citeureup I di Kabupaten Bogor. Prioritas strategi pengelolaan Pasar Citeureup I yang terpilih adalah: (1) Penataan tempat-tempat usaha di Pasar Citeureup I; (2) Peningkatan kualitas pelayanan Pasar Citeureup I untuk menarik konsumen berkunjung dan berbelanja di Pasar Citeureup I.; dan (3) Menyelenggarakan bazar pada event-event tertentu atau periode tertentu di Pasar Citeureup I.


(37)

BAB III

METODOLOGI KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Kota Bogor merupakan kota jasa yang ramai dengan kehidupan perekonomian yang berasal dari berbagai sektor. Salah satu sektor perekonomian yang dapat meningkatkan pendapatan daerah bagi Kota Bogor yaiu pasar tradisional. Namun, kaitannya dengan pengembangan pasar tradisional di Kota Bogor masih kalah jauh jika dibandingkan dengan kemajuan pasar modern yang banyak berdiri tegak di Kota Bogor ini. hanya saja peluang pasar tradisional masih besar untuk dikembangkan.

Pasar tradisional saat ini belum menjadi tujuan berbelanja utama bagi masyarakat di Kota Bogor. Hal ini disebabkan karena secara realita kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor masih jauh dari harapan para pengunjung. Selain itu juga banyaknya persoalan yang di hadapi oleh pasar tradisional menjadikan masyarakat enggan untuk berbelanja di pasar tradisional. Hal inilah yang nantinya akan menyebabkan pasar tradisional kalah bersaing dengan pasar modern.

Kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor masih belum dapat bersaing dengan pasar modern/mal-mal yang ada. Dari tujuh pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor, tiga merupakan pasar tradisional yang dianggap besar, yaitu Pasar Bogor, Pasar Sukasari dan Pasar Kebon Kembang. Namun, kondisi ke tiga pasar tersebut sangat jauh dari harapan pelanggan. Seperti kondisi bangunan, fasilitas listrik, fasilitas drainase, ketertiban, keamanan dan kebersihan serta adanya PKL. Kondisi yang sekarang terjadi terhadap pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor yaitu masih lemahnya pola pengelolaan pasar, lemahnya manajemen pengelolaan sumberdaya manusia, dan belum sehatnya kondisi sarana dan prasarana pasar. Hal inilah merupakan kondisi yang membuat pasar tradisional kalah bersaing dengan pasar modern.

Hal lain yang menyebabkan lemahnya posisi tawar pasar tradisional yaitu masih banyaknya persoalan yang dihadapi oleh pasar tradisional. Beberapa persoalan yang sekarang berkembang yaitu daya saing pasar tradisional yang


(38)

relatif rendah, manajemen pengelolaan yang tidak profesional dan lemahnya kualitas sumberdaya manusia. Oleh karenanya pasar tradisional di Kota Bogor masih memiliki kondisi yang memprihatinkan dan memiliki banyak persoalan yang harus diselesaikan, maka diperlukan suatu persepsi pelanggan untuk merubah citra pasar tradisional di Kota Bogor agar lebih baik. Dengan berbagai kondisi seperti telah dijelaskan diatas, maka diperlukan suatu penelitian mengenai strategi peningkatan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor.

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai dari bulan Mei sampai Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di PD Pasar Pakuan Jaya dan 3 pasar

Rancangan Program (QSPM)

PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

Persoalan Pasar Tradisional:

1. Daya saing rendah

2. Pengelolaan Pasar tidak Profesional 3. Rendahnya kualitas SDM

Persepsi Pelanggan

1. Bentuk Fisik (Tangible) 2. Kepercayaan (Reliability) 3. Ketanggapan (Responsiveness) 4. Jaminan (Assurance)

5. Empati (Emphaty)

Analisis IPA

Strategi Peningkatan Daya Saing (SWOT)


(39)

tradisional yang terdapat di Kota Bogor yaitu Pasar Bogor, Pasar Sukasari dan Pasar Kebon Kembang. Ketiga pasar ini dijadikan sebagai tempat penelitian karena merupakan tiga pasar terbesar yang ada di Kota Bogor.

3.3 Data dan Metode Analisis

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari data PD Pasar Pakuan Jaya, BPS Kota Bogor dan Bappeda Kota Bogor, dan sebagian dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner. Sementara metode analisis yang digunakan adalah Deskriptif Kuantitatif, IPA Analysis, SWOT dan QSPM. Data dan Metode seperti tampak pada Tabel 4.

Tabel 4. Data dan Metode Analisis

Tujuan Kajian Data Metode analisis

Jenis Sumber

1. Mengindentifikasi kondisi pasar tradisional di Kota Bogor

Sekunder berupa : Kondisi 3 pasar tradisional di Kota Bogor seperti Bangunan, fasilitas listrik, fasilitas drainase, ketertiban, keamanan dan kebersihan dan PKL.

Data PD Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor

Deskriptif Kuantitatif

2. Menganalisis pesepsi pelanggan terhadap pasar tradisional di Kota Bogor

Primer Survey

Pelanggan di 3 pasar yaitu di Pasar Bogor, Sukasari dan Kebon Kembang. Importance and Performance Analysis (IPA)

3. Merumuskan strategi dan program untuk

meningkatkan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor

Primer berupa hasil wawancara kuisioner Direktur PD Pasar Pakuan Jaya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kepala Dinas Perekonomian dan Kepala Bappeda serta 3 kepala pasar.

Analisis SWOT Analisis QSPM


(40)

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Data mengenai kepuasan pelanggan yang ditinjau melalui tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pedagang terhadap pengelolaan PD Pasar Pakuan Jaya, diperoleh melalui :

1. Kuesioner terstruktur, yaitu daftar pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian, disebarkan kepada responden dengan jumlah 60 orang responden yang mewakili 3 pasar. Setiap pasar diambil 20 orang dari pedagang.

2. Wawancara terbuka, yaitu suatu tehnik pengumpulan data primer dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden.

3. Studi kepustakaan, dengan cara mencari literatur, penelusuran data kepustakaan, buku, jurnal, surat kabar dan internet.

Wawancara juga dilakukan kepada Dirut PD Pasar Pakuan Jaya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kepala Dinas Perekonomian, Kepala Bappeda dan 3 Kepala Pasar untuk merumuskan strategi dan program untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor.

3.3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.3.2.1. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk mengidentifikasi kondisi 3 pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor. Analisis ini digunakan untuk menganalisis kondisi pasar tradisional di Kota Bogor, pola pengelolaan pasar, manajemen pengelolaan SDM dan kondisi sarana dan prasarana pasar. Analisis deskriptif kuantitatif merupakan teknik analisis yang dilakukan dalam bentuk tabel-tabel data atau angka yang kemudian di analisis dan di interpretasikan dalam bentuk uraian. Tabel-tabel tersebut meliputi seperti yang tercantum dalam tujuan kajian.


(41)

3.3.2.2Importance and Performance Analysis (IPA)

Analisis ini digunakan untuk menjawab perumusan masalah mengenai sejauh mana tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pedagang terhadap pengelolaan Pasar Pakuan Jaya. Atribut kualitas ini seperti pada Tabel 5, dimodifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Mattanete, 2008 berdasarkan atas lima dimensi kualitas menurut Lovelock (2005).

Tabel 5. Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar Pakuan Jaya

No Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar Pakuan Jaya

Tangible (Kenyataan/ bentuk Fisik) 1 Lokasi pasar

2 Kebersihan kantor unit pasar 3 Kondisi bangunan/ gedung pasar 4 Kondisi kebersihan pasar

5 Kondisi fasilitas umum (MCK, Mushola, penerangan) 6 Kondisi tempat usaha/berdagang (kios)

7 Ketersediaan bak penampungan sampah Reliability (Kehandalan/kepercayaan) 1 Keramahan petugas pasar

2 Harga kios dan los

3 Pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar 4 Penataan PKL

5 Kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha 6 Besarnya retribusi

7 Jam operasional

Responsiveness (Ketanggapan)

1 Kepedulian menampung keluhan pedagang 2 Kecepatan respon atas keluhan pedagang 3 Keterbukaan dalam menerima kritik pedagang

Assurance (Jaminan/kepastian) 1 Keamanan dan ketertiban pasar 2 Kemudahan mendapat izin berdagang 3 Kejujuran petugas penarik retribusi 4 Kualitas barang

5 Kelengkapan jenis barang Emphaty (Empati)

1 Pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib pasar 2 Sikap pegawai unit pasar

3 Pengelola pasar memberikan pembinaan/penyuluhan secara baik dan teratur 4 Pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum

5 Musyawarah dengan pedagang 6 Sosialisasi tata tertib pasar


(42)

Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pelanggan dilakukan dengan diagram tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pedagang terhadap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya. Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pelanggan dilakukan dengan diagram tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pedagang terhadap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya.

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan kinerja Pasar Pakuan Jaya. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/pelaksanaan dengan skor kepentingan (Supranto, 2001). Tingkat kesesuaian ini akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pedagang. Pada prioritas peningkatan ini digunakan variabel X mewakili tingkat kinerja Pasar Pakuan Jaya dan variabel

Y untuk tingkat kepentingan pedagang.

Menurut Supranto (2001), variabel-variabel tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Tki = Tingkat kesesuaian responden

Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan

Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan

Sumbu mendatar (X) diisi oleh skor tingkat kepuasan pedagang, sedangkan sumbu tegak (Y) diisi oleh skor tingkat kepentingan. Adapun skor tingkat kepuasan tiap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya (X) dan skor tingkat kepentingan tiap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya (Y). Menurut Supranto (2001) seiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan disederhanakan dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :


(43)

X = Skor rata-rata tingkat kepuasan pada tiap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya

Y = Skor rata-rata kepentingan pada tiap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya

Selanjutnya nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut dan kepuasan/kinerja perusahaan kemudian dianalisis pada diagram kartesius (Important-Performance Matrik). Diagram kartesius IPA merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X, Y) (Supranto, 2001) dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepuasan pedagang terhadap seluruh kualitas pengelolaan Pasar Pakuan Jaya dan Y adalah rata-rata dari skor tingkat kepentingan pedagang terhadap seluruh atribut kualitas pengelolaan Pasar Pakuan Jaya. Seluruh atribut kualitas pengelolaan diberi simbol K dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

K = banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan

Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian kedalam diagram kartesius yang menunjukkan bahwa kuadran 1 adalah prioritas utama, kuadran II adalah pertahankan, kuadran III adalah prioritas rendah, kuadran IV adalah berlebihan. Keempat kuadran tersebut disajikan pada Gambar 2

Penting

A B

Kepentingan

C D

Kurang Penting

Kurang baik Kinerja Baik


(44)

Berdasarkan diagram tersebut, maka perusahaan dapat merumuskan strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran tersebut yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kuadran A (Atributtes to Improve)

Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai dengan keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan/ tidak puas.

2. Kuadran B (Maintenance Performance)

Posisi ini menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh pasar, untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan memuaskan.

3. Kuadran C (Atributtes to Maintenance)

Posisi ini menunjukkan beberapa atribut kualitas jasa yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan dan pelaksanaannya oleh pasar biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. Peningkatan atribut-atribut ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan sangat kecil.

4. Kuadran D (Main Priority)

Posisi ini menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan dalam pelaksanaannya. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.


(45)

Untuk merumuskan strategi dan program peningkatan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor (tujuan ketiga), maka digunakan analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT), yang diawali dengan membuat analisis Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE).

Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama, sedangkan matriks EFE digunakan untuk pengambilan keputusan dalam meringkas dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman (David, 2002).

David (2002) menyebutkan langkah - langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks EFE dan IFE, yaitu :

1. Daftarkan semua faktor-faktor eksternal dan internal yang diidentifikasi, termasuk peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan.

2. Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukan kepentingan relatif semua faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Setiap variabel menggunakan skala 0,1, 2. Untuk menentukan bobot yang digunakan adalah :

- A varibel baris/sebelah kiri kurang penting daripada variabel kolom/bagian atas, maka pada kotak pertemuan antraa A (kiri) dan B (atas) nilai = 0

- A variabel baris/sebelah kiri sama penting dengan C pada variabel bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan C (atas) nilainya = 1

- A variabel baris/sebelah kiri lebih penting daripada D pada variabel bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan C (atas) nilainya = 2.

3. Tentukan rating setiap faktor, yaitu peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif pengaruh faktor-faktor tersebut. Untuk EFE yaitu : 4 = peluang utama, 3 = peluang, 2 = ancaman, 1 = ancaman utama. Sedangkan untuk IFE, rating 4 = kekuatan utama, 3 = kekuatan, 2 = kelemahan kecil dan 1 = kelemahan utama.


(46)

4. Setiap rating dikalikan dengan masing-masing bobot untuk setiap variabelnya. Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan untuk mendapatkan skor pembobotan

5. Jumlah skor pembobotan berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan IFE dibawah 2,5, maka kondisi internalnya lemah. Untuk jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0 – 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan ketidakmampuan memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jumlah skor 4 menunjukkan kemampuan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan sangat baik.

Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Matriks IFE

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan 1.

2.

Kelemahan 1.

2.

Tabel 7 menggambarkan mengenai matriks EFE.

Tabel 7. Matriks EFE

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang 1. 2.

Ancaman 1.


(47)

3.3.3.4. Matrik SWOT

Hasil analisis faktor internal dan eksternal dilanjutkan kepada analisis Strenght Weakness Opportunity Threat (SWOT). Analisis ini merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang ada serta menekan dampak ancaman yang timbul.

Tabel 8. Matriks SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI S-O

Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI W-O Meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang

THREATS (T) STRATEGI S-T

Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Analisis SWOT memiliki matriks dengan empat kuadran yang merupakan perpaduan strategi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sebagaimana disajikan dalam Tabel 8.

3.4 Metode Perumusan Strategi dan Perancangan Program

Dalam melakukan perumusan strategi dan perancangan program digunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM merupakan alat yang memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif berdasarkan pada faktor-faktor kunci internal dan eksternal.

Analisis QSPM juga merupakan teknik yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan karena menunjukkan strategi alternatif yang paling baik dipilih. Pada matriks QSP terdapat komponen-komponen utama yang terdiri dari :


(1)

102

Tabel 33. Matrik Program Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional di Kota Bogor

Strategi Program Pelaksana Usulan

Pembiayaan 1.Peningkatan

kualitas

pelayanan pasar

a. Meningkatkan kebersihan ketertiban, keamanan b. Melakukan penataan barang

dagangan sesuai zoning komoditi

1. PD. Pasar Pakuan Jaya 2. Satpol PP

APBD (Kota Bogor )

2.Peningkatan sarana dan prasarana pasar

a. Perbaikan tangga pasar b.Perbaikan Mesjid/Musolla c. Penyediaan tempat sampah

1. PD. Pasar Pakuan Jaya 2. Disperin-dagkop APBD (Kota Bogor dan Provinsi Jabar) Swasta 3.Pengaturan

PKL di pasar

a.Membuat zoning untuk PKL b.Melakukan penataan

lapak-lapak

c.Merenofasi lapak-lapak PKL

1. PD. Pasar Pakuan Jaya 2. Satpol PP

APBD (Kota Bogor )

4.Renovasi bangunan pasar

a.Renovasi bangunan pasar b.Perbaikan drainase, saluran

listrik pasar

d.Renovasi kios dan los pasar

1. PD. Pasar Pakuan Jaya 2. PU/Swasta APBD (Kota Bogor dan Provinsi Jabar) Swasta 5.Penerapan peraturan dan tata tertib pasar

a.Penegakkan aturan dan tata tertib di pasar

b.Membuat sistem kinerja bagi pengelola pasar(SOP)

1. PD. Pasar Pakuan Jaya 2. Bagian Hukum 3. Satpol PP

APBD (Kota Bogor dan Provinsi Jabar) 6.Pembinaan pedagang pasar

a. Mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada pedagang b.Memberikan motivasi

tentang kewirausahaan

1. PD. Pasar Pakuan Jaya 2Disperindagkop APBD (Kota Bogor dan Provinsi Jabar) 7.Peningkatan SDM pengelola pasar

a. Mengadakan pendidikan dan pelatihan SDM pengelola b. Peningkatan kapasitas dan

kinerja dengan sistem

reward and punishman.

1. PD. Pasar Pakuan Jaya 2. Disperin-dagkop APBD (Kota Bogor dan Provinsi Jabar) 8.Penataan tempat berdagang

a. Menata tempat berdagang sesuai zoning komoditi b. Merapikan lorong dan

koridor umum

1. PD. Pasar Pakuan Jaya 2.Disperindagkop APBD (Kota Bogor dan Provinsi Jabar) 9.Meningkatkan pencitraan pedagang pasar

a.Membuat iklan dimedia untuk sosialisasi pasar tradisional

b.Sosialisasi pasar ramah pelanggan

1. PD. Pasar Pakuan Jaya 2 Disperindagkop 3.Humas APBD (Kota Bogor dan Provinsi Jabar)


(2)

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan kajian, maka dapat disimpulkan bahwa strategi peningkatan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor harus di fokuskan pada program peningkatan kualitas pelayanan pasar, peningkatan sarana dan prasarana pasar dan pengaturan PKL di pasar. Secara spesifik dalam kajian ini terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Persentase jumlah kios dan los yang tutup di pasar yang dikelola oleh PD. Pasar Pakuan Jaya yang tutup pada tahun 2009 adalah 51 dan 29 persen di Pasar Bogor, 57 dan 42 persen di Pasar Sukasari dan 22 dan 43 persen di Pasar Kebon Kembang, Kondisi Koefisien Dasar Baangunan dan Koefisien Lantai Bangunan di Pasar Bogor dan Pasar Kebon Kembang masih terlihat baik (tinggi), sementara di Pasar Sukasari terlihat rendah. Sementara itu untuk sarana listrik, beberapa perlu perbaikan, seperti perbaikan jaringan listrik, perlunya pengadaan genset dan perlunya penambahan biaya pemeliharaan jaringan listrik disemua lantai dan blok pasar. Sedangkan untuk perbaikan sarana drainase, pada ketiga pasar tradisional di Kota Bogor harus dilakukan pada sekeliling gedung, semua blok dan semua lantai. Beberapa sarana yang perlu diperbaiki antara lain : perbaikan drainase luar gedung, perbaikan pipa air dalam dan luar gedung, pergantian bak air dalam pasar dan pemeliharaan saluran air. Untuk jumlah PKL, di Pasar Bogor paling banyak dibandingkan pasar lain.

2. Kondisi fisik bangunan pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor secara keseluruhan tidak terawat dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian kondisi pasar di Kota Bogor adalah: bangunan pasar sudah berumur diatas lima belas tahun, saluran pembuangan air tidak lancar, saluran hidran pemadam kebakaran tidak aktif, jaringan listrik yang ada didalam pasar tidak tertata dengan rapi, kondisi keamanan belum sepenuhnya aman, kebersihan belum terpelihara serta zoning komoditi belum berjalan.


(3)

104

3. Secara umum persepsi pelanggan terhadap kinerja pasar tradisional di Kota Bogor adalah rendah (seperti kebersihan kantor unit pasar, kondisi bangunan/gedung pasar, kondisi kebersihan pasar, kondisi fasilitas umum dan kondisi tempat usaha), sementara kepentingan pelanggan terhadap pasar tradisional di Kota Bogor adalah tinggi (seperti lokasi pasar dan kesungguhan petugas dalam mengelola pasar)..

4. Terdapat tiga strategi prioritas dari sembilan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional di Kota Bogor yaitu :

a. Peningkatan kualitas pelayanan pasar

b. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana pasar c. Pengaturan PKL di sekitar pasar tradisional

8.2 Saran

Berdasarkan hasil kajian, maka disarankan bahwa peningkatan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor harus terus dilakukan oleh PD Pasar Pakuan Jaya dan stakeholder dengan :

1. Peningkatan sarana dan prasara fisik pasar, seperti perbaikan bangunan, kos dan los pasar. Sehingga pelanggan merasa nyaman ketika berbelanja.

2. Melakukan relokasi kepada PKL, agar tidak mengganggu pelanggan dan merapikan tempat parkir.

3. Perlunya dilakukan pencitraan pasar tradisional kepada masyarakat dengan mensosialisasikan produk unggulan lokal untuk menarik minat masyarakat belanja di pasar.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi pasar tradisional dan ketahanannya terhadap keberadaan pasar modern di Kota Bogor.


(4)

STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR

TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

Oleh :

BAKRI M.

H252074075

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

105

DAFTAR PUSTAKA BPS Kota Bogor. 2009. Kota Bogor dalam Angka. 2009

Darrin, G And Mervin, K. Lewis. 2001. Evaluating The Risk of Public Private Partnership for Infrastructure Project.

Davey, K.J. 1983. Financing Regional Government, Ltd. New York, Brisbane, Toronto, Singapore : Wiley and Sons.

David, R.F. 2002. Manajemen Strategis : Konsep. Alih Bahasa Alexander Sindoro. PT. Prenhalindo. Jakarta

Geertz, C. 1992. Penjaja dan Raja : Perubahan Sosial dan Moderenisasi Ekonomi di Dua Kota Indonesia. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia.

Gerson, R. 2004. Mengukur Kepuasan Pelanggan. PPM. Jakarta.

Hasibuan, H. M. S.P. 1996. Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah. PT. Toko Gunung Agung. Jakarta

Irawan, H. 2007. Sepuluh Prinsip Kepuasan Pelanggan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

Kotler. P 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Indeks Kelompok Media. Jakarta.

Kotler, P dan Keller, K 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Indeks.

Lovelock, C. and L.K Wright. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa (Terjemahan). Indeks. Jakarta

Madura, J. 2001. Pengantar Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

Mattanete, H. 2008. Analisis Kepuasan Pedangan terhadap Pengelolaan Pasar dan Strategi Pengembangan Pasar (Kasus di Pasar Citeureup I Kabupaten Bogor). Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Nas, P, J. M. 1986. The Indonesian City : Studies in Urban Development and Planning. Holland. Foris Publications.

Oktaviani dan Suryana. 2006. Analisis Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Agro (Studi Kasus Kebun Wisata Pasir Mukti, Bogor). Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 24. No. 1, Mei 2006, 41-58.


(6)

Pemerintah Kota Bogor. 2009. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya. Pemerintah Daerah Kota Bogor.

Rangkuti, F. 2003. Measuring Costumer Satisfactions. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Rasjiddin. I. 2008. Formulasi Strategi Bersaing. PT. Yanagi Histanayala dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis. Tesis Program Studi Manajemen Bisnis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Soleh. 2005. Analisis Kesiapan Kabupaten dalam Menarik Investor, Studi Kasus Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Tesis Program Studi Manajemen Bisnis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Subowo, E. 2002. Pokok-Pokok Pikiran Deregulasi Perusahaan Milik Daerah sebagai Lembaga Pertumbuhan Ekonomi. Diklat Manajemen Pasar Daerah. Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri. Supranto, J. 2003. Metode Riset. Aplikasinya dalam Pemasaran. Edisi Revisi ke 7.

Penerbit Rineka Citra. Jakarta

Suryadarma, D et al. 2007. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Lembaga Penelitian SMERU

Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama bekerjasama dengan Jakarta Bussines Research Centre (JBRC). Jakarta

Zarkoni. 2007. Analisis Strategi Bersaing PT. Nalco Indonesia dalam Bisnis Pengolahan Air di Industri Minyak Kelapa Sawit. Tesis Program Studi Manajemen Bisnis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Zumrotin, K.S. 2002. Pola Keterkaitan Pasar Modern dengan Pasar Swalayan. Diklat Manajemen Pasar Daerah. Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri.