Latar Belakang The Tourism Potential And Its Integration In Area Development Of Payangan Agropolitan, Gianyar Regency, Bali Province

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan konsep pembangunan yang lebih menitikberatkan pada pengembangan sektor sekunder bertujuan untuk meningkatkan perekonomian. Perindustrian sebagai sektor sekunder lebih banyak dibangun di perkotaan dengan harapan mampu menimbulkan dampak menetes ke bawah tricle down effect, ternyata tidak berjalan sesuai harapan dan yang terjadi adalah backwash effect. Kondisi ini timbul karena pengembangan sektor sekunder yang dilakukan tanpa mendukung pengembangan sektor primer pertanian yang dominan berada di pedesaan. Menghadapi kondisi seperti ini di pedesaan, diperlukan suatu upaya untuk mengimbangi pembangunan di perkotaan. Berdasarkan besarnya potensi yang dimiliki Kabupaten Gianyar pada sektor pertanian, maka pemerintah daerah melalui Keputusan Bupati Gianyar Nomor 194 tahun 2003 menetapkan Kecamatan Payangan sebagai Kawasan Agropolitan. Dalam Master Plan Kawasan Agropolitan Payangan, Desa Kerta ditetapkan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan DPP, Desa Inti adalah Desa Melinggih dan desa-desa yang ada disekitarnya seperti Desa Puhu, Melinggih Kelod, Buahan Kaja, Buahan, Bukian, Kelusa dan Bresela sebagai desa pengaruh hinterland. Kawasan Agropolitan Payangan terletak pada ketinggian 250-950 mdpl memiliki morfologi landai dengan kemiringan lahan 0-15 dan sebagian pada lembah-lembah dekat sungai memiliki kemiringan lahan di atas 15. Kondisi alamnya yang masih alami dengan hamparan lahan pertanian dengan didukung suasana yang sejuk dan nyaman telah memberikan pemandangan yang menarik bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Kunjungan wisatawan semakin meningkat seiring meningkatnya aksesibilitas dengan dibangunnya sarana dan prasarana penunjang kawasan seperti jalan dan jembatan. Peningkatan juga terjadi pada fasilitas-fasilitas pariwisata dengan berkembangnya hotel, villa, dan restoran. Posisi Kecamatan Payangan yang berbatasan langsung dengan dua kecamatan yaitu Kecamatan Ubud dan Kecamatan Tegallang yang masih termasuk lingkup Kabupaten Gianyar, telah memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan wisata di Payangan. Hal ini tentunya karena kedua kecamatan tersebut telah lama menjadi daerah tujuan wisata. Perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Gianyar dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan dari beberapa obyek wisata yang ada, ditampilkan pada Tabel 1. Kunjungan wisatawan tahun 2007 sebanyak 670.498 wisatawan atau naik 36,15 persen dari tahun sebelumnya 2006 yang sebanyak 492.487 wisatawan. Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gianyar terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2010 mencapai 1.363.910 wisatawan. Tabel 1 Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata di Kabupaten Gianyar Tahun 2006-2010 No Kecamatan Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 1. Gianyar 21.657 21.132 18.976 21.521 266.981 2. Tegallalang 63.471 95.366 109.871 109.325 117.354 3. Tampaksiring 175.180 210.098 270.997 330.329 405.344 4. Blahbatuh 74.653 107.168 134.941 162.335 196.514 5. Sukawati 69.739 121.869 89.160 95.874 229.791 6. Ubud 67.578 93.319 106.092 75.304 117.908 7. Payangan 20.209 21.546 20.666 17.948 30.018 Jumlah 492.487 670.498 750.703 812.636 1.363.910 Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar 2011 Kunjungan wisatawan yang cenderung terus meningkat merupakan peluang besar untuk pengembangan lebih lanjut dengan menggali potensi-potensi yang ada. Berdasarkan data PDRB Kecamatan Payangan tahun 2008-2009 seperti ditunjukkan pada Tabel 2, sektor pertanian masih mendominasi dalam menyumbang PDRB tentunya karena pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat Payangan, selanjutnya diikuti sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Melihat kondisi yang demikian, untuk mengembangkan sektor pariwisata perlu dilakukan secara terpadu dengan pengembangan pertanian disamping memperhatikan sektor-sektor yang lain. Hal ini penting agar pengembangan sektor pariwisata yang akan dilakukan tidak justru membuat pertanian terpinggirkan, tetapi mampu memberikan nilai tambah bagi petani. Tabel 2 PDRB Berlaku dan PDRB Konstan Kecamatan Payangan Menurut Sektor Tahun 2008-2009 Milyar SektorLapangan Usaha PDRB Berlaku PDRB Konstan 2008 2009 2008 2009 1. Pertanian 178,46 195,00 95,18 96,71 2. Pertambangan dan penggalian - - - - 3. Industri pengolahan 46,61 53,55 25,25 27,11 4. Listrik, gas, dan air bersih 4,45 5,28 2,31 2,45 5. Bangunan 10,25 13,03 4,58 5,09 6. Perdagangan, hotel restoran 72,78 84,17 46,47 49,28 7. Pengangkutan komunikasi 6,34 7,09 3,31 3,45 8. Keuangan, persewaan, jasa perusahaan 20,78 24,46 11,15 11,98 9. Jasa-jasa 122,03 139,59 62,24 67,14 Produk Domestik Regional Bruto 161,69 522,17 250,48 263,22 Sumber : BPS dan Bappeda Kabupaten Gianyar 2010c Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dalam mempercepat pembangunan wilayah berupaya mengaitkan pembangunan sektor pertanian dengan sektor pariwisata, berdasarkan kebijakan yang diambil, yaitu akan menjadikan Kawasan Agropolitan Payangan sebagai kawasan agrowisata. Sebagai langkah awal, tahun 2010 telah dilakukan pendataan potensi agrowisata Payangan. Pendataan dilakukan terkait potensi lingkungan fisik maupun non fisik, sektor ekonomi dan budaya yang mendukung pengembangan agrowisata. Penilaian yang dilakukan didasarkan atas : 1 adanya potensi unggulan kawasan yang didukung aspek fisik dasar dan aspek fisik binaan, sarana dan prasarana yang mendukung, ada tidaknya komoditasproduk unggulan, aksesibilitas, dan potensi unggulan lainnya; 2 potensi sumber daya manusia; 3 persepsi masyarakat terhadap dikembangkannya kawasan tersebut sebagai obyek agrowisata; dan 4 kebijakan pemerintah yang mendukung. Hasil pendataan menunjukkan, lokasi yang berada pada Kawasan Agropolitan Payangan yang dinyatakan layak dikembangkan sebagai obyek agrowisata adalah Desa Kerta dan Desa Buahan Kaja serta persepsi masyarakat secara umum setuju daerahnya dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Pendataan yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar belum melihat secara makro keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor lainnya, baik menyangkut backward maupun forward linkage dalam melihat keterpaduan. Keterkaitan antar sektor ini perlu dilihat untuk mengetahui sektor- sektor apa saja yang perlu ditingkatkan dalam mendukung keterpaduan pembangunan antar sektor dalam pengembangan wilayah. Disamping potensi agrowisata yang telah terdata, masih banyak lagi potensi-potensi lain di Kawasan Agropolitan Payangan yang masih perlu diketahui untuk dikembangkan sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata ODTW. Semakin banyak potensi ODTW yang bisa dikembangkan, semakin banyak pilihan-pilihan yang bisa ditawarkan kepada wisatawan. Hal yang tidak kalah penting perlu diketahui terhadap pengembangan suatu obyek wisata di Kawasan Agropolitan Payangan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan. Maju tidaknya suatu obyek wisata bisa dilihat dari banyak dan lamanya kunjungan wisata yang terjadi. Oleh karena itu, faktor-faktor ini perlu diketahui untuk dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam memajukan suatu kawasan wisata. Perkembangan pariwisata di Kawasan Agropolitan Payangan selama ini cukup bagus. Namun ada indikasi bahwa keterlibatan masyarakat masih sangat kurang. Masyarakat, alam, dan budaya setempat hanya sebagai obyek semata. Kedepan, dalam mengembangkan potensi yang ada, perlu dilakukan pengelolaan yang lebih baik dengan memberdayakan masyarakat sekitar, sehingga bisa menguntungkan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan seharusnya mampu menumbuhkan perekonomian suatu daerah melalui penggunaan bahan dan produk lokal, serta memberikan kesempatan kepada pengusaha dan masyarakat lokal untuk berperan dalam penyediaan barang dan jasa pada proses pelayanan di bidang kepariwisataan Purba 2011. Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut, perlu dilakukan penelitian potensi obyek wisata dan keterpaduannya dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Potensi obyek wisata yang dimaksud disini adalah alam, lingkungan pertanian, sosial budaya masyarakat, dan peninggalan sejarah yang bisa dijadikan ODTW, sedangkan keterpaduan dalam pengembangan kawasan merupakan upaya untuk mensinergikan antar sektor yang ada. Untuk keberhasilan pengembangan kawasan tersebut diperlukan rumusan rencana dan strategi.

1.2 Perumusan Masalah