Output multiplier Multiplier Effect

‐ Kuadran II adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di bawah rata-rata, tetapi IDK di atas rata-rata ‐ Kuadran III adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di atas rata-rata, tetapi IDK di bawah rata-rata ‐ Kuadran IV adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di bawah rata-rata.

5.1.4 Multiplier Effect

Berdasarkan perlakuan terhadap sektor rumah tangga, multiplier atau angka pengganda dibagi menjadi dua jenis yaitu multiplier Tipe I dan multiplier Tipe II. Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief atau matriks I-A -1 , dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous. Pada multiplier Tipe II sektor rumah tangga dimasukkan dalam matriks saling ketergantungan endogeneous atau disebut model tertutup close model, sehingga multiplier Tipe II, tidak hanya menghitung dampak langsung dan tidak langsung, tetapi termasuk juga dampak dari induksi, yaitu dampak dari perubahan pola konsumsi rumah tangga akibat peningkatan pendapatan terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Multiplier effect menyatakan kelipatan dampak secara langsung dan tidak langsung peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap total kegiatan ekonomi wilayah. Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009, dilakukan analisis multiplier effect Type I, yang meliputi: output multiplier, total value added multiplier, dan income multiplier.

5.1.4.1 Output multiplier

Nilai output multiplier seperti ditunjukkan pada Gambar 12, sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, seperti: perdagangan besar dan eceran, restoran, industri tanpa migas, hotel, serta jasa hiburan dan rekreasi, masing-masing secara berurutan menduduki peringkat ke: 1, 4, 5, 9, dan 15. Sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai output multiplier tertinggi 2,5560. Artinya, bila permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak pada total output seluruh sektor perekonomian wilayah Kabupaten Gianyar akan meningkat sebesar 2,5560 milyar rupiah. Pada sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil-hasilnya bisa mencapai sepuluh besar nilai output multiplier yaitu berada pada peringkat ke-2. Selanjutnya, sektor perikanan peringkat ke-13, tanaman perkebunan peringkat ke-21, kehutanan peringkat ke-22, dan sektor tanaman bahan makanan berada pada posisi terakhir peringkat ke-24 dengan nilai output multiplier sebesar 1,1535 setelah sektor penggalian. Untuk mampu meningkatkan posisi tawar, sektor-sektor pertanian harus mampu mengimbanginya dengan dilakukannya peningkatan kuantitas, mutu produksi dan tata kelola yang baik melalui peningkatan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Gambar 12 Nilai Output multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 1.4978 1.4791 1.4563 1.4760 1.3628 1.7212 1.3737 1.7102 1.4635 1.6763 1.7161 1.7154 1.7154 2.0759 2.5560 2.2343 1.7446 2.0388 1.2032 1.5456 1.2595 2.3597 1.2868 1.1535 0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan Tercapainya keterpaduan antar sektor perekonomian diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap pembentukan total output. Melalui skenario peningkatan final demand pada tabel Input-Output Kabupaten Gianyar tahun 2009 terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 10, meningkatkan total output sebesar 1,79 atau sebesar Rp 341.281,91 juta. Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: peternakan dan hasil-hasilnya 4,11; perikanan 3,81; listrik, gas, dan air bersih 3,07; tanaman bahan makanan 3,05; dan sewa bangunan 2,94. Skenario peningkatan final demand melalui belanja pemerintah sebesar 10, mampu meningkatkan total output sebesar Rp 64.020,95 juta 0,34. Sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah pemerintahan umum 9,44, selanjutnya sektor jasa perorangan dan rumah tangga 0,56, jasa sosial kemasyarakatan 0,54, hotel 0,41, dan bangunan 0,19. Skenario peningkatan final demand melalui pembentukan modal tetap bruto investasi sebesar 10, meningkatkan total output sebesar Rp 141.440,10 juta 0,74. Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: bangunan 4,80, penggalian 3,61, kehutanan 1,84, industri tanpa migas 1,38, dan jasa penunjang keuangan 1,27. Skenario peningkatan final demand melalui ekspor barang dan jasa sebesar 10, mampu meningkatkan total output sebesar Rp 1.338.074,26 juta 7,01. Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: jasa hiburan dan rekreasi 9,99, hotel 8,70, angkutan jalan raya 8,13, perdagangan besar dan eceran 8,09, dan jasa perusahaan 7,86. Skenario yang dilakukan menunjukkan, bahwa kenaikan ekspor memberikan peningkatan tertinggi terhadap pembentukan total output. Bila dicermati, tingginya kenaikan ekspor masih didominasi oleh sektor-sektor sekunder dan tersier, sedangkan sektor-sektor primer sebagai tumpuan perekonomian masyarakat, seperti pertanian dan industri kerajinan industri tanpa migas peningkatannya masih cukup rendah. Kondisi ini juga memberikan gambaran, bahwa kegiatan ekspor secara langsung oleh pihak produsen masih tergolong rendah. Kenaikan terhadap konsumsi rumah tangga posisi kedua, memberikan pembentukan total output cukup besar pada sektor-sektor primer. Kenaikan investasi pada posisi ketiga sebelum kenaikan konsumsi pemerintah. Kenaikan investasi yang dilakukan ternyata memberikan pengaruh cukup kecil terhadap pembentukan total output perekonomian di Kabupaten Gianyar.

5.1.4.2 Total value added multiplier