keberhasilan pengembangan kawasan tersebut diperlukan rumusan rencana dan strategi.
1.2 Perumusan Masalah
Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam mengembangkan suatu wilayah
tidak selalu dilakukan dengan mengubah secara fisik suatu wilayah, tetapi akan efektif dan efisien bila dilakukan dengan menggali dan meningkatkan potensi-
potensi yang dimiliki dan memadukan antar potensi yang ada. Kecamatan Payangan secara ekologis merupakan salah satu kawasan
tujuan wisata di Kabupaten Gianyar. Seiring dengan dijadikannya sebagai kawasan agropolitan, sektor pertanian mengalami perkembangan. Peningkatan
aksesibilitas kawasan, seperti terbangunnya sarana dan prasarana jalan turut meningkatkan sektor wisata yang ada.
Perda Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali Tahun 2009-2029 menyatakan bahwa pengembangan sektor kepariwisataan yang
berlandaskan kebudayaan, diarahkan pada kepariwisataan berbasis masyarakat melalui pengembangan wisata perdesaan desa wisata, wisata agro, wisata eko,
wisata bahari, wisata budaya, wisata spiritual dengan penyediaan kelengkapan sarana dan prasarana daya tarik pariwisata yang tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan dan daya dukung dan pengembangan ekonomi kerakyatan. Perda ini juga menyatakan larangan dan mencegah terjadinya alih fungsi lahan budidaya
pertanian menjadi non pertanian. Menurut RPJMD Kabupaten Gianyar 2008-2013, untuk mendorong
pengembangan dan peningkatan kualitas kepariwisataan yang berwawasan budaya, ramah lingkungan dan melibatkan peranserta masyarakat secara luas
dapat dilakukan melalui pengembangan pemasaran pariwisata, peningkatan sarana dan prasarana pariwisata, dan pengembangan kemitraan kepariwisataan.
Keberhasilan pelaksanaan program tersebut membutuhkan dukungan berbagai pihak, baik dari pemerintah sendiri, swasta, maupun masyarakat.
Menyikapi hal tersebut dan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki Kawasan Agropolitan Payangan perlu mencermati beberapa hal antara
lain, ada indikasi bahwa sektor pertanian dan sektor pariwisata masih terlihat jalan sendiri-sendiri, masih kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
potensi yang ada, dan belum optimalnya serapan produksi pertanian oleh sektor pariwisata. Di sisi lain perkembangan pariwisata yang ada jangan sampai
mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan secara berlebihan, dimana sektor pariwisata yang berkembang mendesak sektor pertanian yang ada. Untuk itu perlu
dilakukan pengelolaan yang lebih baik yaitu dengan mengembangkan antar sektor yang ada secara terpadu dengan mempertimbangkan segala aspek, termasuk dari
segi wisatawan sendiri sebagai pengunjung dan pengguna jasa. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini belum
terpadunya pengembangan sektor pariwisata dengan sektor lainnya, belum diketahuinya potensi obyek wisata secara komprehensif, belum diketahuinya
faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, dan belum adanya rencana dan strategi pengembangan obyek wisata
secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah.
1.3 Tujuan Penelitian