III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Luas Kecamatan Payangan 75,88 Km
2
dari 368 Km
2
luas kabupaten 20,62, secara geografis terletak 8
o
18 48 ‐ 8
o
29 40 Lintang Selatan dan 115
o
13 29,0 – 115
o
17 36,7 Bujur Timur. Kecamatan Payangan secara administrasi terdiri dari 9 desa. Kegiatan penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai Desember 2011.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Mengawali pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan. Pada tahap penelitian pendahuluan kegiatan yang dilakukan adalah
mengumpulkan data dan informasi dari instansi-instansi terkait, baik swasta maupun pemerintah, melakukan pengamatan langsung ke lapangan dan
melakukan wawancara langsung dengan penduduk setempat dan tokoh-tokoh masyarakat di tiap desa di Kecamatan Payangan. Informasi dan data yang berhasil
dikumpulkan digunakan sebagai bahan untuk pelaksanaan penelitian utama selanjutnya.
3.2.1 Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data primer berupa data hasil survei lapangan dan data sekunder berupa informasi dan data
dari literatur-literatur yang didapat dari instansi terkait seperti BPS, BAPPEDA, Dinas Pariwisata, perpustakaan, dan lainnya. Jenis data yang dikumpulkan
menurut tujuan penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis Data yang Dikumpulkan Menurut Tujuan Penelitian
No Tujuan
Jenis Data Sumber Data
Teknik Pengumpulan
Data Teknik
Analisis Data
Output yang Diharapkan
1. Mengetahui keterkaitan
sektor pariwisata dengan sektor lainnya saat ini
Tabel Input-Output Kab. Gianyar turunan,
PDRB Kab. Gianyar BPS Kab.
Gianyar Studi pustaka
dan laporan instansi terkait
Analisis Input-
Output Keterkaitan sektor
pariwisata dengan sektor lainnya
2. Mengetahui obyek
wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan
Obyek wisata alam, budaya, agro pertanian,
peninggalan sejarah Responden Survei
dan wawancara
Scoring system
Obyek wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan di Kawasan Agropolitan
Payangan
3. Mengetahui persepsi
wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi
kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan
Payangan Faktor-faktor yang
berpengaruh terkait promosi, sarana
transportasi, fasilitas, jenis wisata atraksi harga
tiket, pelayanan dan jarak dari tempat
tinggalmenginap Responden
Survei dan wawancara
AHP Persepsi wisatawan atas
faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan
wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan
4. Merumuskan rencana dan
strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu
dengan pengembangan Kawasan Agropolitan
Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah
Hasil analisis tujuan 1, 2, dan 3
Persepsi stakeholders pemerintah, swasta dan
akademisi Responden
Survei dan wawancara
A’WOT Rencana dan strategi
pengembangan obyek wisata secara terpadu
dengan pengembangan Kawasan Agropolitan
Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Studi Pustaka
Pengumpulan data melalui informasi dan data dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.
b. Pengamatan observasi Pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung
ke obyek atau lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap obyek atau lokasi penelitian.
c. Wawancara dengan menggunakan kuesioner Pengumpulan data dengan cara meminta keterangan melalui daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengambilan sampel responden untuk wawancara dilakukan dengan
Teknik Sampling Nonprobabilitas melalui pendekatan Purposive Sampling dimana sampel responden ditentukan berdasarkan pertimbangan penelitian.
Cakupan responden dalam penelitian ini tertera pada Tabel 4 dan penentuan jumlah responden dilakukan melalui pertimbangan sebagai berikut :
‐ Untuk melakukan analisis scoring system, responden dari unsur pemerintah Kabupaten Gianyar yang terkait sebanyak 10 orang yaitu dari Bappeda
Bidang Fisik dan Prasarana, Bidang Kesejahteraan Sosial kebudayaan kemasyarakatan, Bidang Ekonomi, dan Bidang Penelitian dan
pengembangan, Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Dinas PU, Dinas Pertanian, MMDP Majelis Madya Desa Pakraman Kabupaten Gianyar, dan
Kecamatan Payangan; 15 orang dari swasta pelaku wisata dengan proporsi 10 dari jumlah responden wisatawan 150 orang; 32 orang dari tokoh
masyarakat di tiap-tiap desa di Kecamatan Payangan yang faham tentang perkembangan kepariwisataan; 150 orang dari wisatawan berdasarkan jumlah
kunjungan rata-rata per bulan 2.502 orang dari 30.018 orang berkunjung di obyek wisata di Kecamatan Payangan tahun 2010, jadi jumlah responden
yang diambil telah melebihi 5 rata-rata kunjungan per bulan. Jumlah kunjungan wisatawan nusantara di Kecamatan Payangan masih dibawah 10
berdasarkan informasi dari beberapa operator dan pelaku wisata yang
beroperasi di Kecamatan Payangan, sehingga dalam menentukan proporsi kunjungan diambil 10 untuk memudahkan perhitungan, jadi dari 150 orang
responden wisatawan terdiri dari 135 orang wisatawan mancanegara dan 15 orang wisatawan nusantara.
‐ Untuk melakukan Analytical Hierarchy Process AHP, respondennya 30 orang wisatawan mancanegara dan 3 orang wisatawan nusantara 10 dari
jumlah responden wisatawan mancanegara. ‐ Untuk melakukan analisis A’WOT, respondennya 10 orang yang expert terdiri
dari unsur-unsur yang berkompeten antara lain 8 orang dari pemerintah Bappeda, Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Dinas PU, Dinas Pertanian,
BPMD, MMDP Majelis Madya Desa Pakraman Kabupaten Gianyar, dan Kecamatan Payangan; 1 orang dari swasta yaitu dari Ubud Tourist
Information UTI; 1 orang dari akademisi. Pelaksanaan wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan
melalui 3 jenis kuesioner yaitu : ‐ Kuesioner pertama, untuk mendapatkan data untuk analisis scoring system dan
untuk analisis A’WOT dalam penentuan faktor-faktor internal dan eksternal dari responden pemerintah, swasta, dan tokoh masyarakat.
‐ Kuesioner kedua, untuk mendapatkan data untuk analisis scoring system dan AHP dari responden wisatawan. Kuesioner ini dibuat dalam dua versi bahasa,
yaitu bahasa Ingggris dan bahasa Indonesia. ‐ Kuesioner ketiga, untuk mendapatkan data untuk analisis A’WOT dalam
penentuan strategi dari responden pemerintah, swasta dan akademisi. Tabel 4 Cakupan Responden Penelitian
No Responden Analisis
Scoring System AHP
A’WOT 1. Pemerintah
10 -
8 2. Swasta
15 -
1 3. Tokoh
masyarakat 32
- -
4. Akademisi -
- 1
5. Wisatawan mancanegara
135 30
- 6. Wisatawan
nusantara 15
3 -
Jumlah 207
33 10
Sumber : Hasil Analisis 2011
3.3 Bahan dan Alat
Bahan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang berbentuk cetak dan digital serta peta-peta Kabupaten Gianyar khususnya untuk Kecamatan Payangan.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis, kamera, dan peralatan penunjang lainnya, serta laptop yang dilengkapi software Microsoft
Word, Microsoft Exel, GAMS dan software ArcGis 9.3.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian adalah : analisis input-output, analisis scoring system, Analytical Hierarchy
Process AHP, dan analisis A’WOT.
3.4.1 Kerangka Analisis
Tahapan-tahapan penelitian dilakukan dengan serangkaian analisis untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan. Pertama, untuk mengetahui
keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya di Kabupaten Gianyar dilihat dari keterkaitannya melalui analisi Input-Output. Untuk melakukan analisis ini
dibutuhkan tabel Input-Output Kabupaten Gianyar yang didapat dari tabel Input- Output Kabupaten Badung yang diturunkan melalui metode RAS. Berdasarkan
tabel Input-Output Kabupaten Gianyar, selanjutnya dilakukan beberapa analisis untuk mengetahui keterkaitan ke belakang maupun ke depan antara sektor
pariwisata dengan sektor lainnya, daya sebar, indek daya kepekaan, dan multiplier
effect yang ditimbulkan sektor pariwisata terhadap sektor lainnya menyangkut output, total nilai tambah maupun pendapatan.
Kedua, untuk mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dilakukan dengan analisis scoring system. Data analisis diperoleh
melalui persepsi pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, dan wisatawan yang didapat dari hasil survei dan wawancara yang dilakukan.
Ketiga, untuk mengetahui persepsi wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan dilakukan dengan melakukan Analytical
Hierarchy Process AHP melalui data persepsi wisatawan yang didapat dari hasil survei dan wawancara yang dilakukan. Selanjutnya hasil pertama, kedua dan
ketiga diinterpretasikan, serta melalui analisis A’WOT dari persepsi stakeholders yang terdiri dari unsur pemerintah, swasta dan akademisi untuk mendapatkan
rumusan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan
wilayah. Secara sistematis rangkaian tahapan penelitian bisa dilihat dari bagan alir seperti tertera pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Analisis
Persepsi Stakeholders
Analisis A’WOT
Rencana dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam Kerangka
Pengembangan Wilayah Metode RAS
Tabel Input-Output Kab. Badung
Data PDRB Kab. Gianyar
Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar
Analisis Input-Output
Keterkaitan Sektor Pariwisata dengan Sektor
Lainnya Persepsi
Obyek Wisata yang Berpotensi untuk
Dikembangkan Analisis Scoring
System AHP
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kunjungan Wisatawan Persepsi
Wisatawan
3.4.2 Analisis Input-Output
Keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor lainnya, atau secara umum, bisa dilihat dari keterkaitan secara fungsional antar sektor pembangunan.
Adanya keterkaitan antar sektor ekonomi wilayah menunjukkan suatu wilayah yang berkembang, dimana terjadi input dan output barang dan jasa antar sektor
secara dinamis. Analisis Input-Output I-O secara teknis dapat menjelaskan karakteristik struktur ekonomi wilayah yang ditunjukkan dengan distribusi
sumbangan sektoral serta keterkaitan sektoral dan efek multiplier perekonomian wilayah Rustiadi et al. 2009.
Mengingat adanya keterbatasan ketersediaan data Tabel Input-Output I- O untuk Kabupaten Gianyar, maka untuk mendapatkan Table I-O dalam
penelitian ini dilakukan dengan metode non survey. Metode ini lebih efektif dan efisien dari segi biaya dan waktu, walaupun keakurasian data yang dihasilkan
harus mempertimbangkan beberapa hal yang berpengaruh terhadap Table I-O yang dihasilkan Vipriyanti 1996. Salah satu metode yang biasa dan banyak
dipakai adalah metode RAS. Daryanto dan Hafizrianda 2010 menyebutkan bahwa metode RAS merupakan metode yang bertujuan untuk menaksir matriks
koefisien teknologi koefisien input I-O yang baru berdasarkan matriks koefisien teknologi pada tahun sebelumnya dengan ditambahkan beberapa informasi
mengenai total penjualan output antar sektor, total pembelian input antar sektor, dan total output secara keseluruhan.
Metode RAS merupakan rumus matriks yang dikembangkan oleh Richard Stone, dimana R dan S merupakan matrik diagonal berukuran n x n dan A matriks
koefisien teknologi berukuran n x n yang menunjukkan sektor industri. Untuk menaksir elemen matriks A pada periode t atau At dengan mengetahui elemen
matriks A pada periode t = 0 atau A0, maka At dapat ditaksir dengan rumus At = R . A0 . S, dimana R dan S mewakili tingkat perubahan koefisien
teknologi pada dua periode yang berbeda. Elemen matriks diagonal R mewakili efek substitusi teknologi yang diukur melalui penambahan jumlah permintaan
antara tiap output sektor-sektor industri. Elemen matriks S menunjukkan efek perubahan jumlah input pada tiap sektor industri efek pabrikasi.
Estimasi suatu matriks teknologi I-O dalam metode RAS menggunakan pendekatan optimasi yang dilakukan dengan cara meminimumkan selisih antara
koefisien matriks teknologi pada tahun dasar dengan koefisien matriks teknologi yang diestimasi melalui proses iterasi. Proses yang dilakukan dibatasi dengan dua
ketentuan yang berlaku pada Tabel I-O, yaitu : 1. Jika koefisien matriks teknologi yang diestimasi dikalikan dengan output,
kemudian dijumlahkan menurut kolom, maka jumlahnya harus sama dengan jumlah pembelian input antar sektor.
2. Jika hasil perkalian tadi dijumlahkan menurut baris, maka hasilnya harus sama dengan jumlah penjualan output antar sektor.
Penyusunan Tabel I-O bila terkendala dengan data ekspor dan impor bisa menggunakan metode Location Quotient LQ sederhana. Metode ini
menunjukkan perbandingan output sektor i terhadap total output di regional dengan proporsi output sektor yang sama terhadap total output secara nasional.
Nilai LQ 1 menunjukkan surplus sektor i atau mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan sebagian di ekspor untuk memenuhi kebutuhan wilayah lain.
Sebaliknya bila nilai LQ 1 berarti sebagian produknya diimpor atau didatangkan dari wilayah lain.
Metode RAS yang digunakan untuk mendapatkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 dengan mengacu Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009
dengan 54 sektor perekonomian 54 x 54 yang diturunkan di-RAS menjadi Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 dengan 24 sektor 24 x 24. Penurunan
Tabel I-O dari Kabupaten Badung ke Kabupaten Gianyar dilakukan dengan asumsi bahwa terdapat kemiripan struktur ekonomi antara Kabupaten Gianyar
dengan Kabupaten Badung sebagai wilayah tetangga. Sektor-sektor perekonomian dalam Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 24 sektor yang diperlihatkan
dalam Tabel 5 merupakan hasil agregasi dari sektor-sektor dalam Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 54 sektor yang disesuaikan dengan klasifikasi
sektor lapangan usaha untuk penentuan PDRB. Pelaksanaan metode RAS dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
software Microsoft Exel dan GAMS untuk melakukan optimasi matriks koefisien
teknologi. Data-data yang dibutuhkan disini adalah Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 54 x 54 sektor; PDRB Kabupaten Gianyar Tahun 2009 untuk
mendapatkan nilai impor, final demand dan total PDRB. Tahapan Metode RAS yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 54 x 54 sektor diagregasi menjadi Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 24 x 24 sektor.
2. Selanjutnya dibuat matriks koefisien teknologi Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 24 x 24 sektor.
3. Dari data PDRB Kabupaten Gianyar 2009, dilakukan konversi data PDRB menjadi total input Kabupaten Gianyar Tahun 2009 berdasarkan proporsi data
PDRB dan total input Kabupaten Badung Tahun 2009. 4. Berdasarkan data-data yang sudah disiapkan, selanjutnya dengan metode RAS
akan didapatkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 24 x 24 sektor.
Tabel 5 Sektor-Sektor Perekonomian Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 24 sektor Hasil Update
Kode Sektor Kode Sektor
1. Tanaman Bahan Makanan
13. Angkutan Jalan Raya
2. Tanaman Perkebunan
14. Jasa Penunjang Angkutan
3. Peternakan dan
Hasil-hasilnya 15. Komunikasi
4. Kehutanan 16. Bank
5. Perikanan
17. Jasa Penunjang Keuangan
6. Penggalian 18. Sewa
Bangunan 7.
Industri Tanpa Migas 19.
Lembaga Keuangan tanpa Bank 8.
Listrik, gas dan air bersih 20.
Jasa Perusahaan 9. Bangunan
21. Pemerintahan Umum
10. Perdagangan Besar dan Eceran
22. Jasa Sosial Kemasyarakatan
11. Restoran
23. Jasa Hiburan dan Rekreasi
12. Hotel
24. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Sumber : Hasil Analisis 2011
Tabel I-O Kabupaten Gianyar yang dihasilkan, masih perlu dirinci lagi terutama pada bagian input primer yaitu nilai tambah bruto PDRB menjadi upah
dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung. Pendetailan dilakukan dengan pendekatan secara proporsional dari Tabel I-O dasar Tabel I-O
Kabupaten Badung Tahun 2009. Secara umum struktur dasar tabel input-output ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Struktur Dasar Tabel Input-Output
Output Input
Permintaan Internal Wilayah Permintaan
Akhir Eksternal
Wilayah Output
Total Sektor Produksi dalam Wilayah Permintaan
Antara Permintaan Akhir
dalam Wilayah 1 2 ... j ... n
C G
I E
Input Internal Wila
yah Sektor
Pr oduksi
dalam Wilayah I
nput Antar a
1 X
11
... X
1j
... X
1n
C
1
G
1
I
1
E
1
X
1
2 X
21
X
2j
X
2n
C
2
G
2
I
2
E
2
X
2
... ...
i ... X
ij
... ... C
i
G
i
I
i
E
i
X
11
... n X
n1
X
nn
C
n
G
n
I
n
E
n
X
i
Input Prime
r Nilai
Tamb ah
W W
1
W
j
W
n
C
w
G
W
I
W
E
W
W T T
1
T
j
T
n
C
T
G
T
I
T
E
T
T V V
1
V
j
V
n
C
V
G
V
I
V
E
V
V
Input Ek
stern al
Wilayah M
M
1
M
j
M
n
C
M
G
M
I
M
- M Total Input
X
1
M
j
X
n
C G I E
Sumber : Rustiadi et al. 2009
Keterangan : i,j :
sektor ekonomi
x
ij
: banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j X
i
: total permintaan akhir sektor i X
j
: total
input sektor j C
i
: konsumsi rumah tangga terhadap sektor i G
i
: konsumsi pemerintah terhadap sektor i I
i
: pembentukan modal tetap investasi di sektor i, output sektor i yang menjadi barang modal
E
i
: ekspor barang dan jasa sektor i C
j
: konsumsi rumah tangga dari sektor j G
j
: konsumsi pemerintah dari sektor j I
j
: investasipengeluaran ke modal tetap usaha sektor j M
j
: impor sektor j W
j
: upah dan gaji sebagai input sektor j T
j
: surplus usaha sektor j
Vj : PDB Produk Domestik Bruto, dimana V
j
= W
j
+ T
j
Koefisien teknologi a
ij
sebagai parameter utama dalam analisis I-O secara matematis diformulasikan sebagai berikut :
atau
dimana : a
ij
: rasio antara banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j X
ij
terhadap total input sektor j X
j
atau disebut pula sebagai koefisien input.
Hasil perhitungan yang dilakukan menghasilkan matriks A matriks Leontif dan setelah diinverskan menghasilkan matriks B invers matriks Leontief sebagai
matrik pengganda. Ada beberapa parameter teknis yang bisa diperoleh dari analisis I-O antara
lain : 1. Kaitan langsung ke belakang direct backward linkage B
j
, menunjukkan efek permintaan suatu sektor terhadap perubahan tingkat produksi sektor-
sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung dan diformulasikan sebagai berikut :
Untuk mengukur secara relatif perbandingan dengan sektor lainnya terdapat ukuran normalized
yang merupakan rasio antar kaitan langsung ke belakang sektor j dengan rata-rata backward linkage sektor-sektor lainnya,
dimana :
2. Kaitan langsung ke depan direct forward linkage F
i
, menunjukkan banyaknya output suatu sektor yang dipakai oleh sektor-sektor lain, dimana :
j ij
ij
X X
a =
j ij
ij
X a
X .
=
∑
=
n i
ij j
a B
∑ ∑
= =
j j
j j
j n
i j
j
B B
n B
B B
.
j
B
Untuk Normalized F
i
atau
i
F
dirumuskan sebagai berikut :
3. Kaitan ke belakang langsung dan tidak langsung indirect backward linkage , menunjukkan pengaruh tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir
satu unit sektor tertentu j yang dapat meningkatkan total output seluruh sektor perekonomian, dimana :
dimana b
ij
adalah elemen-elemen matriks B atau I-A
-1
yang merupakan invers matriks Leontief.
4. Kaitan ke depan langsung dan tidak langsung indirect foreward linkage FL
i
, yaitu peranan suatu sektor i dapat memenuhi permintaan akhir dari seluruh sektor perekonomian, diformulasikan sebagai berikut :
5. Daya sebar ke belakang atau indeks daya penyebaran backward power of dispersion
β
j
, menunjukkan kekuatan relatif permintaan akhir suatu sektor dalam mendorong pertumbuhan produksi total seluruh sektor perekonomian,
dimana :
∑∑ ∑
∑∑ ∑
= =
i j
ij i
ij i
j ij
n i
ij j
b b
n b
b
1
β
∑ ∑
= =
j ij
n j
j ij
i
a x
x F
∑ ∑
= =
i i
i i
i n
i i
F nF
F F
F
1
∑
=
i ij
j
b BL
∑
=
j ij
i
b FL
6. Kepekaan terhadap signal pasar permintaan akhir disebut indeks derajat kepekaan atau indeks daya kepekaan foreward power of dispersion
α.
i
, menunjukkan sumbangan relatif suatu sektor dalam memenuhi permintaan
akhir keseluruhan sektor perekonomian dengan formulasi sebagai berikut :
7. Multiplier adalah koefisien yang menyatakan kelipatan dampak langsung dan tidak langsung dari meningkatnya permintaan akhir suatu sektor sebesar satu
unit terhadap produksi total semua sektor ekonomi suatu wilayah. Jenis-jenis multiplier antara lain :
a. Output multiplier, adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu
sektor terhadap total output seluruh sektor di suatu wilayah yang diformulasikan sebagai berikut :
b. Total value added multiplier atau PDRB multiplier adalah dampak
meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan PDRB. Dalam tabel I-O diasumsikan Nilai Tambah Bruto NTB atau PDRB
berhubungan dengan output secara linier yang diasumsikan dengan persamaan matriks sebagai berikut :
dimana V : matriks NTB
vˆ
: matriks diagonal koefisien NTB X : matriks output, X = I-A
-1
.F
d
c. Income multiplier, yaitu dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di suatu wilayah
secara keseluruhan. Income multiplier dapat dihitung dengan rumus :
∑∑ ∑
=
i j
ij n
j ij
i
b b
1
α
d
F A
I X
.
1 −
− =
X v
V .
ˆ =
dimana W : matriks
income
wˆ
: matriks diagonal koefisien income X : matriks output, X = I-A
-1
.F
d
3.4.3 Analisis
Scoring System
Analisis ini digunakan untuk mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan. Obyek wisata yang
berpotensi untuk dikembangkan disini, adalah obyek-obyek yang bisa dijadikan daya tarik wisata dan termasuk obyek daya tarik wisata yang sudah ada. Hasil
penilaian didapatkan dari akumulasi skor yang diperoleh obyek wisata tertentu berdasarkan pendapat responden. Besarnya skor masing-masing obyek wisata
ditentukan dari kebalikan dari jumlah obyek wisata yang ditentukan, misalkan ada sejumlah n obyek wisata yang telah ditentukan, maka nilai skor tertinggi suatu
obyek wisata adalah n dan skor terendah adalah 1. Potensi obyek wisata yang bisa ditawarkan menurut Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2007 bisa berupa obyek-obyek yang alami maupun obyek-obyek buatan manusia.
Obyek-obyek alami antara lain : 1. Iklim
: udara yang bersih, kenyamanan, sinar matahari yang cukup
2. Pemandangan alam :
panorama pegunungan yang indah, sungai, air terjun, bentuk-bentuk alam yang unik, dan
sebagainya 3. Wisata rimba
: hutan lebat, pohon langka, hutan wisata 4. Flora dan fauna
: tumbuhan dan tanaman khas 5. Sumber air kesehatan : sumber air untuk menyembuhkan penyakit, sumber
air mineral alami, dan sebagainya
Obyek-obyek buatan manusia antara lain : 1. Bercirikan sejarah
: peninggalan sejarah seperti candi-candi, istana- istana kerajaan, dan sebagainya
X w
W .
ˆ =
2. Bercirikan budaya : tempat-tempat budaya seperti museum, industri seni
kerajinan tangan, dan sebagainya 3. Bercirikan keagamaan : perayaan tradisional seperti upacara adat, ziarah-
ziarah, karnaval, bangunan-bangunan keagamaan yang kuno
4. Bercirikan kegiatan usaha masyarakat : agrowisata subak, kegiatan budidaya, dan pengelolaan pertanian
3.4.4
Analytical Hierarchy Process AHP
AHP merupakan suatu analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana diusahakan untuk memahami suatu
kondisi sistem dan membantu untuk melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan. Prinsip-prinsip dasar yang harus dipahami dalam menyelesaikan
persoalan dengan menggunakan AHP adalah : a. Dekomposisi
Setelah persoalan didefinisikan, dilakukan dekomposisi, yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur, sampai ke tingkat yang tidak
mungkin dilakukan pemecahan lagi sehingga diperoleh tingkatan persoalan yang disebut hierarki.
b. Penilaian Komparatif Membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada tingkat
tertentu dan kaitan dengan tingkatan di atasnya. Dalam menentukan tingkat kepentingan bobot dari elemen keputusan pada setiap tingkatan hierarki
keputusan, penilaian pendapat judgement dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir dan yang dikombinasi dengan intuisi, perasaan atau
penginderaan. Penilaian pendapat ini dilakukan dengan komparasi berpasangan matriks yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen
lainnya pada setiap tingkat hierarki secara perpasangan, akhirnya didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif. Untuk
mengkuantifikasi pendapat tersebut digunakan skala penilaian sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka kuantitatif. Hasil penilaian ini
disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison. Agar diperoleh skala
yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu pengertian yang menyeluruh tentang elemen-elemen yang dibandingkan dengan relevansinya
terhadap kriteriatujuan yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini memakai pedoman seperti ditunjukkan pada Tabel 7. Dalam penilaian
kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dari j, maka elemen j harus sama dengan
13 kali pentingnya dibandingkan elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting dan dua
elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Tabel 7 Skala Dasar Ranking Analytical Hierarchy Process AHP
Tingkat Kepentingan
Definisi 1
Kedua elemen sama pentingnya 3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain 5
Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain 7
Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain 9
Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain 2,4,6,8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Sumber : diadopsi dari Saaty 1991
c. Prioritas Sintesis Dari setiap matriks komparasi berpasangan kemudian dicari eigen vector-nya
untuk mendapatkan prioritas lokal. Matriks komparasi berpasangan terdapat pada setiap tingkat, sehingga untuk mendapatkan prioritas global harus
dilakukan sintesis di antara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki. Pengaruh elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesis yang dinamakan prioritas sintesis.
d. Konsistensi Rasio Konsistensi memiliki dua makna: 1 objek-objek yang serupa dapat
dikelompokkan sesuai dengan keragaman dan relevansi, 2 tingkat hubungan
antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Jika penilaian tidak konsisten maka proses harus diulang untuk memperoleh penilaian yang
lebih tepat. Meningkatnya kunjungan wisata tidak terlepas dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Ini perlu diketahui sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan suatu obyek wisata. Ada 7 tujuh faktor penting yang perlu
dipertimbangkan yaitu : 1. Promosi, melalui media promosi apa saja wisatawan mengetahui obyek wisata
yang ditawarkan, apakah non elektronik pamflet, koran, lisan atau elektronik TV, radio
2. Sarana transportasi yang digunakan wisatawan mengunjungi obyek wisata, bisa dengan mobil pribadi, travelcarteran, atau dengan angkutan umum
3. Fasilitas penunjang yang disediakan obyek wisata, seperti penginapan, restoran, dan toilet
4. Jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan obyek wisata, wisata budaya atau wisata alam termasuk agrowisata
5. Harga tiket masuk ke obyek wisata apakah gratis, murah, atau mahal 6. Pelayanan yang ditemui wisatawan di obyek wisata yang dikunjungi yaitu
adanya pemandu wisata, kios pedagang asongan, kebersihan lingkungan, atau keramahan masyarakat setempat
7. Jarak dari tempat tinggalmenginap lokasi wisata yang ditawarkan apakah dekat, sedang, atau jauh
Melalui AHP akan dapat diketahui faktor-faktor mana saja yang berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan menurut
persepsi wisatawan. Kemudian disusun hierarki seperti ditunjukkan dalam Gambar 3. Level 1 merupakan fokus atau tujuan yang ingin dicapai yaitu faktor-
faktor yang mempengaruhi
kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Level 2 merupakan faktor-faktor yang dimaksud kemudian dijabarkan
berdasarkan kriteria masing-masing faktor pada level 3.
Gambar 3 Struktur Hierarki Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Level 1 :
Fokus Level 2 :
Faktor
Level 3 : Kriteria
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan
1. Mobil pribadi 2. Travelcarteran
3. Angkutan umum 1. Wisata budaya
2. Wisata alam agrowisata
3. Wisata budaya wisata alam
agrowisata 1. Pemandu wisata
2. Kiospedagang asongan
3. Kebersihan lingkungan
4. Keramahan masyarakat
1. Penginapan 2. Restoran
3. Toilet 4. Penginapan,
restoran toilet 1. Gratis
2. Murah 3. Mahal
Promosi Sarana transportasi
Fasilitas Jenis wisata
atraksi Pelayanan
Harga tiket
1. Dekat 2. Sedang
3. Jauh
Jarak dari tempat tinggalmenginap
1. Non elektronik pamfletkoran
lisan 2. Elektronik
TVradio 3. Non elektronik
elektronik
Selanjutnya pada level 2 dan 3 masing-masing dibuat perbandingan berpasangan
pairwise comparison untuk mendapatkan penilaian sesuai Tabel 7. Jumlah satu set pertanyaan perbandingan berpasangan dengan n elemen adalah
∑ n 1 ,
sehingga pada level 2 faktor dengan 7 elemen terdapat 21 pertanyaan perbandingan berpasangan, demikian seterusnya untuk masing-masing kriteria
pada level 3. Berikutnya data yang didapat dikonversi ke dalam bentuk matriks untuk
selanjutnya diolah melalui prosedur sintesis untuk mengetahui pengaruh masing- masing elemen. Untuk mengetahui suatu perbandingan berpasangan yang telah
dilakukan dengan konsekuen atau tidak, dievaluasi dengan konsistensi rasio. Nilai konsistensi rasio 0,1 dinyatakan konsisten Marimin 2008. Penggabungan
Pendapat dari responden dilakukan dengan menggunakan rata-rata geometrik, hasil penggabungan ini diolah dengan prosedur AHP.
3.4.5 Analisis A’WOT
Merumuskan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka
pengembangan wilayah, dapat dianalisis dengan berbagai metode yang dikembangkan untuk menganalisis secara bersama-sama faktor internal dan
eksternal kawasan. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman SWOT adalah metode yang umum digunakan melalui pendekatan sistimatis dalam
mendukung situasi keputusan, namun metode SWOT masih memiliki beberapa titik kelemahan. SWOT tidak bisa menilai situasi pengambilan keputusan yang
strategis komprehensif dan SWOT tidak menyediakan sarana analitis menentukan pentingnya faktor-faktor atau untuk menilai alternatif keputusan sesuai dengan
faktor-faktor. Namun bila SWOT digunakan dengan benar akan bisa memberikan dasar yang baik dalam perumusan strategi.
Menurut Kajanus et al. 2004 A’WOT merupakan metode hibrid yang menggabungkan metode SWOT dengan metode Analytical Hierarchy Process
AHP. Metode ini diterapkan untuk menutupi beberapa kelemahan yang dimiliki SWOT.
Dalam penelitian yang dilakukan, A’WOT diterapkan untuk menganalisis
potensi budaya lokal untuk menjadi faktor keberhasilan dalam wisata pedesaan di dua kasus, yaitu di daerah Ylä-Savo di Finlandia dan Kassel di Jerman.
Metode yang hampir sama juga telah dilakukan oleh Wickramasinghe dan Takano 2009 dalam proses kebangkitan pariwisata Sri Langka setelah tsunami
Samudra Hindia 2004. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang proaktif, strategi dalam meningkatkan kepuasan pengunjung,
dan strategi pemasaran dengan promosi yang efektif telah dilaksanakan, dimana pariwisata Sri Langka mengalami peningkatan. Srestha et al. 2004 dalam
menganalisis prospek dan tantangan adopsi Silvopasture agroforestry di South- Centra Florida. Osuna dan Aranda 2007 melakukan kombinasi antara SWOT
dengan AHP dengan menggunakan prosedur yang agak berbeda untuk evaluasi akhir dari strategi dalam rencana pengembangan sebuah perusahaan yang
bergerak dibidang pelayanan kesehatan. Metode A’WOT yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan AHP
untuk menentukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk mengurangi subyektivitas penilaian terhadap fakor-faktor internal dan eksternal,
baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman SWOT dalam pengambilan suatu keputusan strategi.
Pelaksanaan analisis A’WOT melalui beberapa tahapan analisis, diawali dengan pengumpulan data melalui survey dan wawancara kuesioner pertama.
Data yang didapat dikerucutkan dari semua jawaban responden, baik itu data internal kekuatan dan kelemahan maupun data eksternal peluang dan ancaman.
Data internal dan eksternal yang didapat dijadikan bahan untuk kuesioner ketiga untuk mendapatkan bobot dan rating masing-masing faktor SWOT, dimana bobot
didapat dari AHP. Selanjutnya dilakukan analisis faktor strategi internal IFAS dan eksternal EFAS, analisis matriks internal-eksternal IE, analisis matriks
space, dan tahap pengambilan keputusan dengan analisis SWOT.
3.4.5.1 Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal
Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan
pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal menjadi pertimbangan penting dalam merumuskan strategi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
1. Analisis Faktor Strategi Internal
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu
dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Bagian dari analisis ini adalah membuat matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary IFAS
yang ditunjukkan pada Tabel 8. Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut :
Tabel 8 Internal Strategic Factor Analysis Summary IFAS
Faktor-Faktor Strategi Internal
Bobot Rating
Skor Kekuatan :
1. ………………… 2. …………………
dst
Kekuatan : 1. …………………
2. ………………… dst
Total 1,000 Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti 2009
a. Menyusun sebanyak 5 sampai dengan 10 faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada kolom 1 yang menentukan strategi pengembangan obyek
wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. b. Memasukkan bobot masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan pada
kolom 2 dari hasil AHP gabungan semua responden setelah dikalikan setengah, sehingga nilai total bobot sama dengan satu.
c. Pada kolom 3 dimasukkan rating pengaruh masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan dengan memberi skala dari 4 sangat kuat sampai dengan 1
sangat lemah. Nilai rating disini merupakan hasil pembulatan dari nilai rata- rata dari semua responden.
d. Kolom 4 diisi hasil kali bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya berupa skor yang nilainya bervariasi dari 4 sampai dengan 1.
e. Jumlahkan skor pada kolon 4 untuk memperoleh nilai total skor faktor internal. Nilai total skor digunakan dalam analisis matriks internal-eksternal
IE.
2. Analisis Faktor Strategi Eksternal
Analisis Faktor Strategi Eksternal dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor peluang dan ancaman yang menentukan strategi pengembangan obyek
wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Analisis ini diawali dengan membuat matriks External Strategic Factor Analysis
Summary EFAS yang ditunjukkan pada Tabel 9. Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut :
Tabel 9 External Strategic Factor Analysis Summary EFAS
Faktor-Faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating
Skor Peluang :
1. ………………… 2. …………………
dst
Ancaman : 1. …………………
2. ………………… dst
Total 1,000 Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti 2009
a. Memasukkan sebanyak 5 sampai dengan 10 faktor-faktor yang telah ditentukan terhadap peluang dan ancaman pada kolom 1 yang menentukan
strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan.
b. Pemberian bobot masing-masing faktor peluang dan ancaman pada kolom 2 dari hasil AHP gabungan semua responden setelah dikalikan setengah,
sehingga nilai total bobot sama dengan satu. c. Pada kolom 3 dimasukkan rating pengaruh masing-masing faktor Peluang
dan ancaman dengan memberi skala dari 4 sangat kuat sampai dengan 1 sangat lemah. Nilai rating disini merupakan hasil pembulatan dari nilai rata-
rata dari semua responden.
d. Kolom 4 merupakan hasil kali bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya berupa skor yang nilainya bervariasi dari 4 sampai dengan 1.
e. Penjumlahan skor pada kolon 4 untuk memperoleh nilai total skor faktor eksternal. Nilai total skor selanjutnya digunakan dalam analisis matriks
internal-eksternal IE.
3.4.5.2 Analisis Matriks Internal-Eksternal IE
Model matriks internal-eksternal IE digunakan untuk memposisikan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan
Kawasan Agropolitan Payangan. Parameter yang digunakan adalah total skor faktor internal dan total skor faktor eksternal. Matriks internal-eksternal tertera
pada Gambar 4.
Nilai Total Skor Faktor Strategi Internal Tinggi
Rata-rata Lemah
4 3
2 1
Nilai Total Skor Faktor St rate
g i Eksternal
Tinggi
3 1
GROWTH Konsentrasi melalui
integrasi vertikal 2
GROWTH Konsentrasi melalui
integrasi horizontal 3
RETRENCHMENT Turnaround
Sedang
2 4
STABILITY Hati-hati
5 GROWTH
Konsentrasi melalui integrasi horizontal
STABILITY Tidak ada perubahan
profit strategi 6
RETRENCHMENT Captive Company
atau Divestment
Rendah
1 7
GROWTH Diversifikasi
konsentrik 8
GROWTH Diversifikasi
konglomerat 9
RETRENCHMENT Bangkrut
atau Likuidasi
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti 2009
Gambar 4 Matriks Internal-Eksternal
Menurut Rangkuti 2009, matriks internal-eksternal dapat mengidentifikasi suatu strategi yang relevan berdasarkan sembilan sel matriks IE. Kesembilan sel
tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam tiga strategi utama, yaitu :
1. Growth strategy, adalah strategi yang didesain untuk pertumbuhan sendiri sel 1, 2, dan 5 atau melalui diversifikasi sel 7 dan 8.
2. Stability strategy, merupakan penerapan strategi yang dilakukan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sel 4.
3. Retrenchment strategy, adalah strategi dengan memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan.
3.4.5.3 Analisis Matriks
Space
Matriks Space berfungsi untuk mempertajam strategi yang akan diambil
dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Menurut Rangkuti 2009, Matriks Space
digunakan untuk mengetahui posisi dan arah perkembangan selanjutnya suatu perusahaan. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah selisih dari skor
faktor internal kekuatan – kelemahan dan selisih dari skor faktor eksternal peluang – ancaman.
Marimin 2008 mengemukakan, posisi perusahaan dapat dikelompokkan kedalam empat kuadran, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5, dimana :
1. Kuadran I, menandakan posisi sangat menguntungkan, dimana perusahaan memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada dengan menerapkan strategi pertumbuhan yang agresif. 2. Kuadran II, menunjukkan perusahaan menghadapi berbagai ancaman, namun
masih mempunyai kekuatan, sehingga strategi yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
strategi diversifikasi. 3. Kuadran III, pada kuadran ini perusahaan mempunyai peluang yang sangat
besar, disisi lain memiliki kelemahan internal. Menghadapi situasi ini perusahaan harus berusaha meminimalkan masalah-masalah internal untuk
dapat merebut peluang pasar.
4. Kuadran IV, menunjukkan perusahaan berada pada situasi yang tidak menguntungkan, karena disamping menghadapi ancaman juga menghadapi
kelemahan internal. Berbagai
Peluang
Kuadran III
Strategi Turn-Around
Kuadran I
Strategi Agresif
Kelemahan Kekuatan
Internal Internal
Kuadran IV
Strategi Defensif
Kuadran II
Strategi Diversifikasi
Berbagai Ancaman
Gambar 5 Matriks Space
3.4.5.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk menentukan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan
Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. Rangkuti 2009 mengemukakan, analisis SWOT dapat menunjukkan indikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang
opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weaknesses dan ancaman threats. Proses pengambilan keputusan strategis
selalu berkaitan dengan mengembangan misi, tujuan dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis strategic planner harus menganalisis
faktor-faktor strategis perusahaan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai analisis situasi dalam kondisi yang ada saat ini.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis
tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi Marimin 2008. Untuk memperoleh gambaran secara jelas, disusun matriks SWOT seperti disajikan pada
Gambar 6.
Faktor Internal Saktor Eksternal
Strengths S Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal Weaknesses W
Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
Opportunities O Tentukan 5-10 faktor-faktor
peluang eksternal Strategi S-O
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang Strategi W-O
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
Threaths T Tentukan 5-10 faktor-faktor
ancaman eksternal Strategi S-T
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman Strategi W-T
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk menghindari ancaman
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti 2009
Gambar 6 Matriks SWOT
Analisis ini menghasilkan 4 empat set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu :
− Strategi SO : strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-
besarnya − Strategi ST : strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman yang mungkin timbul − Strategi WO : strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada − Strategi WT : strategi ini didasari pada kegiatan yang bersifat defensive dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Fisik
4.1.1 Geografi dan Administrasi
Kecamatan Payangan merupakan salah satu kecamatan dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar. Secara geografis terletak diantara
koordinat 8
o
18’48” - 8
o
29’40” Lintang Selatan dan 115
o
13’29,0” - 115
o
17’36,7” Bujur Timur. Luasnya 75,88 km
2
merupakan wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Gianyar atau 20,62 persen dari luas Kabupaten Gianyar, dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bangli, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tegallalang, sebelah Selatan
dengan Kecamatan Ubud dan sebelah Barat dengan Petang Kabupaten Badung. Secara administrasi Kecamatan Payangan terdiri dari 9 desa, seperti
ditunjukkan pada Gambar 7, dengan batas wilayah masing-masing dirinci seperti Tabel 10 berikut. Kecamatan Payangan berada di sebelah Baratdaya pada jarak
20,25 km ditinjau dari pusat kota Gianyar. Tabel 10 Batas Kecamatan Payangan Menurut Desa di Kecamatan Payangan
No. Desa Letak Wilayah
Utara Selatan Barat Timur
1 Buahan Kaja
Ds. Langgahan Ds. Buahan
Sungai Ayung Ds. PuhuKerta
2 Buahan
Ds. Buahan Kaja Ds. Petang Bdg
Ds. Petang Bdg Ds. Puhu
3 Kerta
Ds. Bangua Bngl Ds. Puhu
Ds. Buahan Ds. Taro
4 Puhu
Ds. Kerta Ds. Melinggih
Ds. Buahan Ds. Taro
5 Kelusa
Ds. Bresela Ds. Payogan
Ds. Melinggih Kld. Ds. Keliki
6 Bresela
Ds. Taro Ds. Kelusa
Ds. Bikian Ds. Sebatu
7 Bukian
Ds. Puhu Ds. Kelusa
Ds. Melinggih Ds. TaroBresela
8 Melinggih Kelod
Ds. Melinggih Ds. Kedewatan
S. Ayung Bdg Ds. Kelusa
9 Melinggih
Ds. Puhu Ds. Melinggih Kld.
S. Ayung Bdg Ds. BukianKelusa
Kec. Payangan Bangli
UbudPetang Petang Badung
UbudTegallalang Sumber : Depkimpraswil 2003
Gambar 7 Peta Administrasi Kecamatan Payangan
PAYANGAN
TEGALLALANG
UBUD UBUD
TAMPAK SIRING Kerta
Puhu
Bukian Buahan
Buahan Kaja
Kelusa Melinggih
Bresela
Melinggih Kelod
115°1626E 115°1626E
115°1424E 115°1424E
8 °1
9 4
S 8
°1 9
4 S
8 °2
1 4
2 S
8 °2
1 4
2 S
8 °2
3 4
4 S
8 °2
3 4
4 S
8 °2
5 4
6 S
8 °2
5 4
6 S
8 °2
7 4
8 S
8 °2
7 4
8 S
PETA ADMINISTRASI KECAMATAN PAYANGAN
Sumber Peta : Bappeda Kab. Gianyar
±
1 2
3 Kilometers
Kecamatan Payangan
LEGENDA :
Batas Desa Batas Kecamatan
Batas Kabupaten Jalan
Sungai Bresela
Buahan Buahan Kaja
Bukian Kelusa
Kerta Melinggih
Melinggih Kelod Puhu
SKALA :
KAB. BANGLI
KAB. BADUNG
KAB. BADUNG
4.1.2 Geologi dan Jenis Tanah
Kecamatan Payangan termasuk kawasan dengan batuan induk yang berasal dari abu vulkan intermedier. Tanah yang terbentuk dari batuan ini adalah
jenis tanah regosol coklat kekuningan dan regosol berhumus. Jenis tanah ini memiliki kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi karena dalam proses
pembentukannya masih tergolong muda dan belum mengalami pelapukan secara sempurna sehingga cenderung bersifat porus.
4.1.3 Iklim
Kabupaten Gianyar dan wilayah Bali pada umumnya beriklim laut tropis, dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau sekitar bulan Juni-
September dan musim hujan sekitar bulan Desember-Maret yang diselingi oleh musim pancaroba. Curah hujan dipengaruhi oleh keadaan iklim dan perputaran
atau pertemuan arus udara, sehingga jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat.
Berdasarkan hasil pencatatan, curah hujan bulanan sepanjang tahun 2009 di Kecamatan Payangan berkisar antara 24 – 960 mm. Bulan Nopember
merupakan bulan dengan curah hujan rendah selama tahun 2009 dengan curah hujan 24 mm, dan bulan terbasah adalah bulan Januari dengan curah hujan 960
mm. Temperatur udara rata-rata di Kabupaten Gianyar mencapai 27
o
C dengan suhu minimum rata-rata 24
o
C dan suhu maksimum rata-rata 30
o
C. Kelembaban udara rata-rata 75,50 berkisar antara 74 hingga 77. Perkembangan keadaan
iklim dalam kurun waktu lima tahun ditampilkan pada Tabel 11.
Tabel 11 Keadaan Iklim Rata-Rata di Kabupaten Gianyar Tahun 2003-2007
Keadaan Iklim Tahun
2003 2004 2005 2006 2007
1. Suhu
o
C 27,00 27,00
27,00 27,00 27,00 2. Kelembaban Udara
75,50 75,50
75,50 75,50
75,50 3. Curah Hujan mmth
1.243 1.135
1.952 1.670
2.097 4. Hari Hujan hari
56 50
85 68
92 Sumber : Bappeda Kab. Gianyar 2008a
4.1.4 Hidrologi
Hidrologi wilayah dapat ditinjau dari keberadaan sumber-sumber air, baik itu dari air permukaan maupun air bawah tanah. Ketersediaan air di wilayah
penelitian didukung oleh air permukaan yang bersumber dari air sungai seperti Sungai Ayung dan Sungai Wos yang mempunyai aliran kontinyu sepanjang tahun
atau disebut sungai perennial. Jenis air permukaan juga bisa berasal dari mata air dengan potensi yang berbeda dan penyebarannya tidak sama. Kapasitas air sangat
dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, iklim, daerah tangkapan, vegetasi, dan struktur geologi.
4.1.5 Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang dalam wilayah penelitian menggambarkan penggunaan lahan pada saat ini. Penggunaan lahan seperti terlihat pada Tabel 12, didominasi
oleh tegalan seluas 3428 Ha atau 45,18 dari luas keseluruhan yaitu 7.588 Ha dan kedua terbesar adalah berupa lahan persawahan seluas 1.925 Ha 25,37.
Selanjutnya merupakan lahan pemanfaatan lainnya 21,85 dan diikuti pemanfaatan untuk permukiman serta sebesar 0,58 untuk lahan kuburan.
Tabel 12 Penggunaan Lahan Wilayah Payangan Tahun 2009
No Desa Penggunaan Lahan Ha
Jumlah Ha
Sawah Tegalan Permu-
kiman Kubu-
ran Lainnya
1. Buahan Kaja
270,00 161,81 32,05 4,50 606,64 1.075,00 2. Buahan
150,00 494,00 93,03 4,50 208,47 950,00 3. Kerta
153,00 871,95 31,69 10,00 375,36 1.442,00 4. Puhu
313,00 787,00 67,03 5,00 218,97 1.391,00 5. Kelusa
203,00 279,40 62,01 3,77 101,82 650,00 6. Bresela
153,00 79,27 50,56 1,23 7,94 292,00
7. Bukian 209,00 429,10 90,56 6,00 104,34 839,00
8. Melinggih Kelod 252,00 154,55 46,51 3,79
5,15 462,00 9. Melinggih
222,00 170,92 59,56 5,21 29,31 487,00 Jumlah
1.925,00 3.428,00 533,00 44,00 1.688,00 7.588,00 Persentase
25,37 45,18 7,02 0,58 21,85 100,00 Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
4.2 Sosial dan Budaya 4.2.1 Demografi
Berdasarkan hasil registrasi penduduk di Kecamatan Payangan dalam 5 tahun terakhir menunjukkan, komposisi penduduk laki-laki dan perempuan
hampir berimbang tiap tahun. Kondisi ini bisa dilihat dari nilai sex ratio yang berkisar antara 99,64 sampai 100,55. Dilihat dari sebaran penduduk dalam luas
wilayah 75,88 km
2
mencapai 461 jiwakm
2
pada tahun 2005, terus meningkat sampai pada tahun 2008 dan tahun 2009 menjadi 473 jiwakm
2
. Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Payangan selama periode
tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 sebesar 1,9, menjadi 0,42 pada periode berikutnya 2007-2008 dan terus menurun sampai pada periode tahun 2008
sampai dengan tahun 2009 menjadi 0,15. Secara lebih rinci kondisi penduduk di Kecamatan Payangan bisa dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Kondisi Penduduk Kecamatan Payangan Tahun 2005-2009
No Jenis Data
Tahun 2005
2006 2007
2008 2009 1. Laki-Laki
L 17.529
17.780 17.869
17.915 17.938 2. Perempuan
P 17.433
17.845 17.905
17.944 17.975 3. Penduduk
L+P 34.962
35.625 35.774
35.859 35.913 4.
Sex Ratio 100,55
99,64 99,80
99,84 99,79 5. Kepadatankm
2
461 469
471 473
473 6. Pertumbuhan
1,9 0,42
0,24 0,15
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
4.2.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan suatu penduduk secara umum berkorelasi dengan Sumber Daya Manusia SDM yang dihasilkannya.
Peningkatan SDM melalui pendidikan bisa dilakukan karena pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran dan interaksi sosial. Melalui pendidikan
proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi iptek terjadi. Pendidikan juga merupakan instrumen utama dalam internalisasi, adaptasi, akulturasi, pewarisan
nilai-nilai antar generasi dan penciptaan budaya baru tanpa meninggalkan karakteristik budaya setempat.
Dilihat dari perspektif ekonomi, pendidikan dapat memacu pertumbuhan suatu wilayah. Peningkatan kualitas pendidikan akan meningkatkan produktivitas
yang berimbas pada peningkatan pendapatan, menurunya kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat.
Penduduk Payangan dalam lima tahun terakhir, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkannya masih didominasi oleh tamatan SD yaitu pada tahun
2005 sampai dengan tahun 2007 tetap sebesar 15.631 orang dan cenderung meningkat dalam dua tahun terakhir menjadi 15.885 orang pada tahun 2009.
Menyusul lulusan SLTP dan SMU yang memiliki kecenderungan yang sama dalam lima tahun terakhir. Berbeda halnya dengan lulusan akademiPT yang
menurun dalam dua tahun terakhirnya. Data selengkapnya ditunjukkan dalam Tabel 14.
Tabel 14 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Payangan Tahun 2005-2009
No Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
Tahun 2005
2006 2007
2008 2009
1. Belum Sekolah
2.948 2.948
2.948 3.477
3.481 2.
Belum Tamat SD 3.259
2.948 3.259
3.581 3.585
3. SD 15.631
15.631 15.631
15.861 15.885
4. SLTP 7.002
7.002 7.002
7.183 13.338
5. SMU 5.029
5.029 5.029
5.136 5.146
6. AkademiPT 642
642 642
621 622
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
4.2.3 Ketenagakerjaan
Perkembangan ketenagakerjaan di Kecamatan Payangan selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 seperti tertuang dalam Tabel 15, sempat
mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2007, kemudian naik lagi di tahun 2008 menjadi 27.476 orang dan tidak ada kenaikan sampai tahun 2009. Pada tahun
2009, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian sebanyak 15.006 orang 54,61, selanjutnya sektor perkebunan sebanyak 3.725
orang 13,56 dan ketiga terbanyak menyerap tenaga kerja adalah sektor peternakan yang sebanyak 3.680 orang 13,39 .
Tabel 15 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Payangan Tahun 2005-2009
No Lapangan Usaha
Tahun 2005
2006 2007 2008 2009
1. Pertanian 15.002
15.002 15.002 15.006 15.006
2. Peternakan 3.370
3.370 3.370 3.680 3.680
3. Perikanan
142 142
142 142 142 4. Perkebunan
3.527 3.527
3.527 3.725 3.725 5. Perdagangan
1.285 1.285
1.285 1.289 1.289 6. Industri
2.871 2.871
2.877 2.598 2.598 7.
Listrik, Air Minum 10
10 10
11 11
8. Angkutan
875 875
875 224 224 9.
Perbankan, Lembaga Keuangan -
- -
261 261
10. Pemerintahan,
Jasa-Jasa 2.135
2.135 2.135 540 540
Jumlah 29.217
29.217 29.223 27.476 27.476
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
4.2.4 Budaya
Budaya Bali secara umum dan Payangan pada khususnya tidak bisa terlepas dari yang namanya kesenian. Kesenian dalam perspektif orang Bali
merupakan bagian dari kehidupan sosio religi masyarakat. Kegiatan berkesenian akan selalu melengkapi setiap kegiatan keagamaan masyarakat sebagai rasa
syukur dan bakti mereka kehadapan Sang Pencipta. Pada perkembangannya kegiatan berkesenian telah menimbulkan banyak corak dan ragamnya sebagai
bentuk kreatifitas masyarakat yang tinggi. Kenyataan ini bisa dilihat dari semua desa yang ada di Payangan
mempunyai sekeheorganisasi kesenian diantaranya seperti sekehe
gonggambelan, topeng, barong, wayang, sekehe santhi, dan lainnya. Sekehe yang mendominasi adalah sekehe gong dimana di tiap desa terdapat 3 sampai dengan 9
sekehe. Untuk sekehe wayang wong ada di Desa Buahan Kaja, di Desa Melinggih Kelod ada sekehe kecak, dan di Desa Melinggih ada sekehe gambuh.
4.2.5 Kelembagaan
Kehidupan sosial budaya masyarakat Payangan dan di Bali pada umumnya memiliki keunikan dibandingkan daerah lainnya di luar Bali. Dalam tata
pemerintahan disamping adanya pemerintahan yang bersifat administratif, juga ada kelembagaan sebagai bagian dari kapital sosial yang bersifat adat sesuai
sociocultural masyarakatnya. Kelembagaan adat yang dikenal dengan sebutan desa pakraman desa adat merupakan salah satu bentuk pemerintahan di Bali
yang khas dan sudah terstruktur. Desa pakraman mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan
hidup masyarakat umat Hindu secara turun-temurun dalam ikatan Khayangan Tiga atau Kahyangan Desa yang berpegang pada falsafah hidup berdasarkan
konsep Tri Hita Karana, Tatwam Asi, dan Desa Kala Patra. Ketiga konsep ini memiliki hubungan yang sangat relefan dari segi konsep berkelanjutan dalam
pengembangan suatu wilayah. Aspek berkelajutan merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan
dalam mengembangkan suatu wilayah. Konsep keberlanjutan yaitu dengan tetap terjaganya keseimbangan atau keharmonisan hubungan antara ekonomi, sosial,
dan lingkungan sebagai tiga unsur penting. Secara lebih luas dan sebelumnya telah ada, aspek keberlanjutan bisa
dilihat melalui konsep Tri Hita Karana Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan, yang diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya. Di dunia ini manusia merupakan salah satu penentu dari ketiga
unsur ini, karena melalui manusia keseimbangan-keseimbangan baru akan terbentuk. Konsekuensi dari terbentuknya keseimbangan baru merupakan dampak
dari hukum sebab-akibat, sehingga diantara komponen alam perlu adanya saling menjaga Tatwam Asi. Untuk mampu menjaga keseimbangan dengan lebih baik,
manusia harus mampu menyesuaikan diri pada tempat, waktu, dan situasi kondisi dalam alam dan lingkungan yang ditempatinya Desa Kala Patra.
Desa Pakraman sebagai local wisdom mempunyai karakteristik yang sangat spesifik sebagai suatu sistem kekerabatan yang mewarnai kehidupan sosial
budaya masyarakat. Desa pakraman memiliki wilayah atau palemahan yang
terdiri dari satu atau lebih banjar pakraman yang merupakan satu kesatuan. Batas wilayah yang dimiliki secara fisik ditentukan oleh batas-batas alam seperti sungai,
bukit, sawah, jalan, dan sebagainya. Setiap kegiatan adat dan keagamaan diatur melalui aturan adat tersendiri
yang tertuang kedalam peraturan desa yang disebut dengan awig-awig. Kehadiran awig-awig di dalam masyarakat merupakan alat pembersatu sekaligus sebagai alat
kontrol dalam tatalaku dan perbuatan masyarakat desa. Jaringan organisasi yang terdapat didalam struktur masyarakat adat merupakan jalur penyampaian pendapat
dan pembahasan keputusan yang solid. Kuatnya ikatan kekerabatan dan ikatan emosional dapat dijadikan modal dasar dengan prinsip partisipatif untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam pemerintahan adat, masing
‐masing desa adat bersifat otonom dengan segala perangkat yang dimilikinya, dimana setiap desa adat mempunyai
aturan tersendiri yang berlaku bagi desabanjar yang bersangkutan. Walaupun demikian, aturan-aturan yang tertuang dalam awig
‐awig sama sekali tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku dalam pemerintahan administratif.
Di Kecamatan Payangan pada tahun 2009 secara keseluruhan tercatat seperti ditunjukkan dalam Tabel 16, ada sebanyak 48 desa adat dengan 59 banjar
adat. Dalam tatakelola air untuk irigasi terdapat kelembagaan tradisional yang disebut dengan subak. Subak merupakan sistem irigasi yang memiliki kearifan
lokal dan berbasiskan masyarakat Sutawan 2003. Tabel 16 Jumlah Desa Adat, Banjar Adat, dan Subak di Kecamatan Payangan
Tahun 2009
No Desa
Desa Adat Banjar Adat
Subak Yeh 1. Buahan
Kaja 8
8 10
2. Buahan 5
5 2
3. Kerta 8
8 6
4. Puhu 6
7 10
5. Kelusa 3
6 4
6. Bresela 1
3 1
7. Bukian 8
11 8
8. Melinggih Kelod
4 6
4 9. Melinggih
5 5
3 48
59 48
Sumber : Dihimpun dari Profil Desa dan BPS Kab. Gianyar 2010
Terdapat dua macam subak berdasarkan fungsinya, yaitu subak yeh subak untuk pertanian lahan basah terdata sebanyak 48 subak yang terdistribusi
di masing-masing desa. Untuk pertanian lahan kering disebut subak abian sejumlah 17 yang hanya terdapat di beberapa desa saja. Organisasi pemuda atau
sekehe truna sebagai wadah kaula muda menyalurkan aspirasi dan kreatifitasnya dalam ruang gerak pembangunan, terdapat disemua desa pada masing-masing
banjar.
4.3 Perekonomian
Perekonomian masyarakat Payangan bertumpu pada sektor-sektor seperti pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Sebagai masyarakat agraris, pertanian
menjadi sektor utama yang dikembangkan dengan didukung oleh ketersediaan lahan yang memadai. Perkembangan perekonomian masyarakat juga ditunjang
oleh keberadaan koperasi-koperasi dan Lembaga Perkreditan Desa LPD yang ada di setiap desa.
4.3.1 Pertanian
Kegiatan pertanian secara luas yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan merupakan tulang punggung
perekonomian masyarakat Payangan. Pertanian tanaman pangan yang banyak dikembangan oleh petani meliputi tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan
kacang tanah Tabel 17. Hasil produksi tanaman-tanaman ini selain untuk dijual sebagian dipakai untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Tabel 17 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktifitas Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Payangan Tahun 2009
No Jenis Tanaman
Luas Tanam ha
Luas panen ha
Produksi ton
Produktifitas kwha
1. Padi 3.761
3.761 2.0795,73
55,29 2. Jagung
110 60
301,17 50,20
3. Ubi Jalar
170 137
2.189,14 159,79
4. Ubi Kayu
170 137
2.183,14 159,35
5. Kacang Tanah
67 67
144,32 21,54
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
Tanaman padi sebagai tanaman utama yang menempati luas lahan 3.761 ha mencapai hasil produksi sebesar 2.0795,73 ton dengan produktifitas mencapai
55,29 kwha. Kalau dilihat dari produktifitasnya tanaman ubi jalar dan ubi kayu
yang tinggi yaitu mencapai 159,79 kwha dan 159,35 kwha. Komoditi lain yang
dikembangkan oleh masyarakat Payangan adalah tanaman hortikultura seperti ditunjukkan dalan Tabel 18, dimana pada tahun 2009 berdasarkan kuantitasnya,
tanaman cabe rawit mencapai produksi paling tinggi yaitu 15.087 kw, disusul oleh tanaman buncis dengan produksi 8.281 kw, kubis sebesar 2.050 kw, petsai atau
sawi sebesar 1.605 kw, labu siam, tomat, cabe dengan masing-masing produksi mencapai 319 kw, 290 kw, dan 140 kw.
Kapasitas produksi dari budidaya tanaman sayur-sayuran maupun
pertanian lainnya dilakukan berdasarkan kebutuhan dan besarnya permintaan pasar. Peningkatan permintaan bisa dilakukan melalui perbaikan kualitas dan
kuantitas produksi dengan dukungan produktifitas yang memadai. Komoditi sayur-sayuran bisa dijadikan produk unggulan bila dilakukan pengelolaan dengan
baik dan benar Suambara 2007.
Tabel 18 Produksi Sayuran di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Jenis Tanaman
Produksi kw 1. Kubis
2.050 2. Petsaisawi
1.605 3. Cabai
140 4. Tomat
290 5. Buncis
8.281 6. Cabe
Rawit 15.087
7. Labu Siam
319
Sumber : BPS dan Bappeda Kabupaten Gianyar 2010a
Pada tanaman buah-buahan ada berbagai macam tanaman buah yang dikembangkan, seperti terinci pada Tabel 19. Jenis tanaman pisang menempati
jumlah terbanyak yaitu mencapai 262.568 pohon dengan produksi 1.720 ton per tahun. Tanaman pisang banyak diusahakan masyarakat karena disamping dipanen
buahnya, permintaan pasar terhadap daun pisang juga banyak terutama jenis pisang batu. Berikutnya tanaman jeruk sejumlah 39.969 pohon dengan produksi
mencapai 488,9 ton per tahun.
Jenis buah-buahan banyak dibutuhkan masyarakat Bali untuk memenuhi keperluan upacara-upacara keagamaan. Peluang pasar yang tercipta cukup besar,
sehingga untuk memenuhinya masyarakat Payangan mengusahakan berbagai macam tanaman buah-buahan dan mencapai lebih dari tigabelas jenis yang
tersebar di semua desa di Kecamatan Payangan. Tabel 19 Jumlah Pohon dan Produksi Buah-Buahan di Kecamatan Payangan
Tahun 2009
No Jenis Tanaman
Pohon Produksi ton
No Jenis
Tanaman Pohon
Produksi ton
1. Jeruk 39.969
488,9 8.
Rambutan 4.536
68 2. Sawo
997 24
9. Salak
26.993 8,8
3. Nanas 2.480
3,3 10.
Apokat 1.570
93,8 4. Pepaya
5.559 1,2
11. Mangga
773 3,25
5. Pisang 262.568
1.720 12.
Manggis 7.408
226,9 6. Nangka
9.582 155
13. Durian
6.600 80
7. Duku 285
- 14.
Lainnya 303
- Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
Tanaman perkebunan yang diusahakan masyarakat payangan melalui perkebunan rakyat, umumnya merupakan perkebunan campuran. Jenis tanaman
perkebunan yang banyak diusahakan masyarakat Payangan adalah tanaman kopi, cengkeh, kelapa, tembakau, kakao, dan panili, yang pada tahun 2009 mencapai
luas tanam dan produksi seperti terlihat dalam Tabel 20.
Tabel 20 Luas Tanam dan Produksi Perkebunan di Kecamatan Payangan Tahun 2009
No Jenis Tanaman Luas Tanam ha
Produksi kw 1. Kopi
256,93 1.198,60
2. Cengkeh 23,00
41,70 3. Kelapa
991,00 5.271,60
4. Tembakau 15,00
101,30 5. Kakao
204,40 1.163,30
6. Panili 25,35
11,90
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
Peternakan yang dibudidayakan masyarakat Payangan pada tahun 2009 seperti terlihat pada Tabel 21 dapat dibedakan menjadi ternak besar yaitu sapi
dengan populasi 17.301 ekor. Ternak kecil yang terbanyak dipelihara adalah babi 42.192 ekor dan kambing populasinya cukup sedikit hanya 13 ekor. Ternak
unggas yang dipelihara terdiri dari ayam ras petelor maupun pedaging, ayam buras, dan itik. Populasi unggas terbanyak diusahakan adalah ayam buras 118.385
ekor dan yang paling sedikit populasi itik sebanyak 13.960 ekor. Tabel 21 Populasi Ternak di Kecamatan Payangan Tahun 2009
No Jenis Ternak
Populasi 1. Sapi
17.301 2. Kambing
13 3. Babi
42.192 4. Ayam Ras Petelor
20.000 5. Ayam Ras Pedaging
91.300 6. Ayam
Buras 118.385
7. Itik 13.960
8. Lainnya 218
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
4.3.2 Industri
Sektor industri yang berkembang di Kecamatan Payangan adalah industri kategori sedang, kecil, dan yang terbanyak adalah kerajinan rumah tangga
sejumlah 1.829 buah yang mampu menyerap sebanyak 3.404 orang tenaga kerja. Industri kecil sebanyak 34 buah dengan serapan tenaga kerja 179 orang, industri
sedang hanya ada 4 buah menyerap tenaga kerja 104 orang, untuk industri besar sementara ini belum ada Tabel 22.
Tabel 22 Banyaknya Perusahaan Industri dan Tenaga Kerja yang Terserap di Kecamatan Payangan Tahun 2009
No Katagori Industri
Jumlah buah
Tenaga Kerja orang
1. Besar -
- 2. Sedang
4 104
3. Kecil 34
179 4. Kerajinan Rumah Tangga
1.829 3.404
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
Produk yang dihasilkan dari industri-industri tersebut ada berupa jajanan tradisional, kerajinan kayu, dan ukir-ukiran. Pembuatan jajanan tradisional
biasanya untuk memenuhi keperluan upacara maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kerajinan kayu maupun ukir-ukiran perkembangannya semakin
bagus seiring banyaknya peminat dan pesanan untuk memenuhi kebutuhan sektor pariwisata.
4.3.3 Perdagangan dan Jasa
Pergerakan perekonomian di Kecamatan Payangan ditunjang oleh adanya kegiatan perdagangan dan jasa sebagai tempat perputaran finansial yang
menunjang denyut nadi perekonomian kawasan Payangan. Kegiatan perdagangan yang banyak berkembang adalah pasar umum untuk memenuhi berbagai
keperluan masyarakat, rumah makan, warung maupun toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, dan art shop yang menjual barang-barang kerajinan seni
sebagai penyedia barang-barang cenderamata bagi wisatawan. Usaha jasa yang berkembang diantaranya bank, LPD, dan KUD,
disamping itu ada juga usaha jasa perseorangan dan koperasi-koperasi. Keberadaan Lembaga Perkreditan Desa LPD yang dikelola oleh desa pakraman
untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan simpan pinjam untuk keperluan konsumtif maupun modal usaha. Banyaknya sarana perdagangan dan
jasa dalam lima tahun terakhir dirinci dalam Tabel 23.
Tabel 23 Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Payangan Tahun 2005 - 2009
No Jenis Sarana
Tahun 2005
2006 2007
2008 2009
1. Pasar Umum
2 2
2 2
2 2. RestoranRumah
Makan 5
5 6
4 4
3. Warung 344
344 362
358 358
4. Art Shop
19 19
19 12
12 5. Bank
- -
- 5
5 6. LPD
- -
- 48
48 7. KUD
- -
- 1
1
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
4.4 Kehutanan
Wilayah Payangan maupun Kabupaten Gianyar tidak mempunyai kawasan hutan, yang ada hanya berupa daerah berhutan seperti hutan rakyat, hutan milik,
hutan adat, dan sempadan mata air. Hutan rakyat berada di atas tanah milik dan tanah adat. Hutan milik, adalah hutan rakyat yang dibangun dan dikelola di atas
tanah-tanah milik; hutan adat atau hutan desa adalah hutan yang dibangun dan dikelola di atas tanah desa.
4.5 Kondisi Sarana dan Prasarana 4.5.1 Pos dan Telekomunikasi
Sarana komunikasi memegang peranan penting di era informasi seperti sekarang ini, baik elektronik maupun non elektronik. Tidak mengherankan kalau
kebutuhannya semakin hari semakin meningkat. Demikian halnya di Kecamatan Payangan, sarana komunikasi ini tersedia beraneka ragam sesuai kebutuhannya,
baik berupa surat, televisi, radio, telepon, maupun telepon seluler. Walaupun banyak pilihan sarana komunikasi yang cepat, efektif, dan
efisien, jasa pos masih memegang peranan penting. Untuk Kecamatan Payangan tersedia satu kantor pos pembantu yang terletak di Desa Melinggih sebagai kota
kecamatan. Banyaknya sarana komunikasi di Kecamatan Payangan secara terinci ditunjukkan dalam Tabel 24.
Tabel 24 Banyaknya Sarana Komunikasi di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Desa
Kantor Pos Pembantu
Pesawat Televisi
Radio Telepon HP
1. Buahan Kaja
- 916
600 25
600 2. Buahan
- 800
500 27
800 3. Kerta
- 1.027
100 12
946 4. Puhu
- 1.081
150 50
1.100 5. Kelusa
- 1.008
800 20
758 6. Bresela
- 531
416 5
750 7. Bukian
- 1.547
570 45
1.528 8. Melinggih
Kelod -
1.010 1.600
60 1.141
9. Melinggih 1
4.552 4.500
400 1.001
Jumlah 1
12.472 9.236
644 8.624
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
4.5.2 Transportasi
Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat vital dan strategis untuk memperlancar aksesibilitas dan kegiatan perekonomian. Meningkatnya
pembangunan antar wilayah menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilisasi penduduk dan memperlancar arus lalu lintas barang dan
jasa dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Terbangunnya prasarana transportasi di wilayah Payangan berpengaruh
pada semakin pesatnya perkembangan antar desa, dimana sampai tahun 2009 telah terbangun 100 km jalan beraspal dengan ditunjang pembangunan jembatan
yang tersebar antar desa dan sebagian merupakan jalan diperkeras dan jalan tanah Tabel 25. Jalan-jalan yang terbangun dengan cukup memadai telah
menghubungkan wilayah Payangan dengan Ubud dan Tegallalang, bahkan telah terbangun jalan lintas kabupaten yang menghubungkan Payangan dengan wilayah
Kabupaten Bangli. Tabel 25 Prasarana Transportasi di Kecamatan Payangan Tahun 2009
No Desa
Jenis Permukaan Jalan km Jumlah
Jembatan Aspal Diperkeras
Tanah 1. Buahan
Kaja 10
- 3
- 2. Buahan
12 -
- 2
3. Kerta 15
- 10
2 4. Puhu
10 3
12 -
5. Kelusa 8
1 5
2 6. Bresela
8 -
5 -
7. Bukian 15
2 1
1 8. Melinggih
Kelod 7
- -
1 9. Melinggih
15 -
1 1
Jumlah 100
6 37
9
Sumber : BPS Kab. Gianyar 2010
Seiring perkembangan prasarana, sarana transportasi juga mengalami peningkatan. Namun demikian khusus angkutan umum, baik itu untuk barang
maupun orang kapasitasnya masih perlu lebih ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan karena angkutan umum adalah angkutan yang bersifat massal, sehingga
bila penyediaannya mengikuti sistem yang standar akan mampu menciptakan moda transportasi yang efektif dan efisien serta dapat mengimbangi prasarana
yang ada dalam menunjang kegiatan perekonomian wilayah Payangan.
4.5.3 Listrik dan Air Bersih
Pemasangan jaringan listrik di Payangan sudah menyeluruh, semua desa dan banjar telah terjangkau, dimana jumlah pelanggan sampai dengan tahun 2009
sebanyak 11.827 pelanggan. Penggunaan listrik di Payangan dewasa ini sudah semakin luas, apalagi dengan terbangunnya gardu induk di Desa Melinggih,
penggunaannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja, tetapi telah digunakan sebagai sarana produksi, misalnya dalam pembuatan sanggah
bangunan suci. Tenaga listrik telah banyak digunakan untuk mendorong pertumbuhan industri pedesaan, seperti: ukiran, menjahit, dan pembuatan kue,
sehingga kebutuhan listrik tiap tahun cenderung terus mengalami peningkatan. Kondisi ini perlu diimbangi dengan pasokan listrik dalam jumlah dan
kualitas yang memadai untuk meningkatkan produktifitas industri pedesaan maupun untuk keperluan lainnya. Peningkatan kapasitas terpasang dan perluasan
jangkauan pelayanan menjadi hal penting yang perlu dilakukan. Air bersih sebagai sumber utama kehidupan di bumi sangat mempengaruhi
kesehatan manusia Soma 2011, sehingga ketersediaan air bersih sangatlah penting. Jangkauan pelayanan air bersih dari PDAM di Kecamatan Payangan
masih kurang memadai. Pemenuhan kebutuhan air bersih sebagian masih diusahakan sendiri oleh masyarakat melalui swadaya dan dikelola bersama,
dengan menyadap dari mata air setempat, dialirkan melalui perpipaan untuk ditampung ke dalam bak penampungan, selanjutnya disalurkan ke masing-masing
warga.
4.6 Kondisi Kepariwisataan
Kecamatan Payangan memiliki potensi dan daya tarik yang tinggi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Bentang alam dengan lembah-
lembah sungai serta hamparan persawahan yang berteras menciptakan pemandangan yang indah dan alami. Ditambah oleh suasana lingkungan tenang
dengan udara yang bersih dan nyaman menciptakan pemandangan yang menyejukkan hati.
Kehidupan masyarakat Payangan masih kental dengan adat dan budaya, dimana pada saat perayaan-perayaan tertentu, seperti upacara di pura-pura sering
dipentaskan berbagai kesenian dari masyarakat setempat maupun dari desa lainnya. Berbagai potensi yang ada bila dikemas dengan baik akan dapat dijadikan
obyek dan daya tarik wisata. Apalagi Wilayah Payangan berada pada posisi yang strategis, yaitu berada di jalur pariwisata Ubud.
Pengembangan pariwisata Payangan didukung dengan berdirinya hotel-
hotel dan penginapan serta tersedianya tempat-tempat rekreasi seperti ditunjukkan pada Tabel 26. Untuk melayani berbagai permintaan wisatawan, terdapat empat
buah hotel berbintang yaitu satu berada di Desa Puhu dan Desa Melinggih, serta dua di Desa Melinggih Kelod. Untuk hotel melati ada sebanyak empat buah
masing-masing ada di Desa Buahan, Desa Puhu, Desa Kelusa, dan Melinggih Kelod. Pondok wisata keberadaannya cukup banyak, yaitu ada 38 buah yang
tersebar di beberapa desa, sedangkan untuk tempat rekreasi ada 10 buah. Desa Bresela dan Desa Bukian belum terdapat sarana pariwisata, namun disana banyak
terdapat pengrajin yang membuat berbagai barang seni untuk keperluan wisatawan.
Tabel 26 Banyaknya Sarana Akomodasi dan Rekreasi di Kecamatan Payangan Tahun 2010
No Desa Jenis Akomodasi
Rekreasi Hiburan
Umum Hotel
Berbintang Hotel
Melati Pondok
Wisata 1. Buahan
Kaja ‐
‐ 3
‐ 2. Buahan
‐ 1
11 2
3. Kerta ‐
‐ 4
3 4. Puhu
1 1
10 ‐
5. Kelusa ‐
1 5
1 6. Bresela
‐ ‐
‐ ‐
7. Bukian ‐
‐ ‐
‐ 8. Melinggih
Kelod 2
1 2
2 9. Melinggih
1 ‐
3 2
Jumlah 4
4 38
10
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar 2010
Berdasarkan draft Ranperda RTRW Kabupaten Gianyar Tahun 2011- 2030, wilayah Payangan dijadikan bagian dari kawasan pariwisata Ubud sebagai
kawasan pariwisata alam, meliputi Desa Melinggih Kelod, Desa Melinggih, dan Desa Puhu, seperti terlihat pada Gambar 8. Hal ini karena potensi yang dimiliki
desa-desa cukup besar sebagai kawasan pengembangan wisata. Model pengembangan wisata yang paling cocok dikembangkan adalah
pariwisata yang berbasiskan masyarakat. Pengembangan pariwisata berbasiskan masyarakat adalah pengembangan pariwisata yang mendukung keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan pariwisata dan dapat dipertanggungjawabkan dari aspek sosial maupun lingkungan CIFOR 2004.
Pola pengembangan pariwisata berbasiskan masyarakat memiliki banyak keuntungan, selain mampu menciptakan nilai tambah bagi masyarakat setempat
juga mampu membuka lapangan pekerjaan. Selain itu, pengembangan pariwisata berbasiskan masyarakat juga mampu melestarikan lingkungan dan adat budaya
setempat.
Gambar 8 Peta Kawasan Pariwisata Kecamatan Payangan
Kerta
Puhu
Bukian Buahan
Buahan Kaja
Kelusa Melinggih
Bresela
Melinggih Kelod PAYANGAN
TEGALLALANG
UBUD UBUD
TAMPAK SIRING
115°1626E 115°1626E
115°1424E 115°1424E
8 °1
9 4
S 8
°1 9
4 S
8 °2
1 4
2 S
8 °2
1 4
2 S
8 °2
3 4
4 S
8 °2
3 4
4 S
8 °2
5 4
6 S
8 °2
5 4
6 S
8 °2
7 4
8 S
8 °2
7 4
8 S
PETA KAWASAN PARIWISATA
Sumber Peta : Bappeda Kab. Gianyar
±
1 2
3 Kilometers
Kecamatan Payangan
LEGENDA :
Batas Desa Batas Kecamatan
Batas Kabupaten Jalan
Sungai Kawasan Pariwisata
SKALA :
KAB. BANGLI
KAB. BADUNG
KAB. BADUNG
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keterkaitan Sektor Pariwisata dengan Sektor Lainnya