Persepsi Seluruh Wisatawan Persepsi Wisatawan Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan

wisata, dan kios atau pedagang asongan mendapatkan bobot masing-masing 0,218 dan 0,078. Dilihat dari harga tiket masuk ke obyek wisata nilai CR 0,015, wisatawan nusantara berpendapat harga yang ditawarkan murah 0,464, selanjutnya dengan bobot 0,421 pada pernyataan gratis untuk memasuki kawasan wisata. Untuk pernyataan harga tiket yang ditawarkan mahal mendapatkan bobot terendah yaitu sebesar 0,115. Pendapat wisatawan nusantara dengan nilai CR 0,001 pada faktor jarak obyek wisata yang ditawarkan. Mereka beranggapan jaraknya sedang 0,534 terhadap tempat tinggal atau dari tempat mereka menginap. Sedangkan kriteria jaraknya dekat diberikan bobot 0,302 dan kriteria jaraknya jauh 0,164 diberikan bobot terendah.

5.3.3 Persepsi Seluruh Wisatawan

Gambar 24 menampilkan hasil analisis persepsi seluruh wisatawa terhadap tujuh faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan beserta kriterianya masing-masing. Faktor pelayanan mendapatkan bobot tertinggi yaitu mencapai 0,323. Bobot 0,221 diberikan untuk faktor jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, dan untuk fasilitas yang tersedia sebesar 0,188. Pembobotan selanjutnya adalah: sarana transportasi 0,099, harga tiket 0,075, promosi 0,064, dan faktor jarak 0,03 dengan bobot terkecil. Pembobotan yang diberikan berdasarkan pada nilai CR 0,023. Dari tujuh faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, terdapat tiga faktor yang mendominasi berdasarkan bobot yang diperoleh, yaitu berada di atas nilai rata-rata bobot dari ketujuh faktor tersebut 0,143. Ketiga faktor tersebuat yaitu: pelayanan; jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan; dan faktor fasilitas. Pada faktor pelayanan dengan nilai CR 0,010, keramahan masyarakat setempat memperoleh bobot tertinggi yaitu sebesar 0,339, dan untuk kebersihan lingkungan dengan bobot 0,325. Pembobotan berikutnya sebesar 0,191 diperoleh pemandu wisata, sedangkan bobot terkecil sebesar 0,086 diperoleh kios atau pedagang asongan. Gambar 24 Persepsi Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Persepsi seluruh wisatawan pada jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan. Pada nilai CR 0,004 wisata alam termasuk agrowisata memperoleh bobot tertinggi yaitu sebesar 0,492. Bobot 0,301 pada wisata budaya, dan bobot terendah jatuh pada gabungan dari wisata budaya dan wisata alam agrowisata. Berdasarkan fasilitas yang tersedia di kawasan obyek wisata dengan nilai CR 0,021. Fasilitas toilet memperoleh bobot tertinggi yaitu sebesar 0,445; sedangkan untuk fasilitas lainnya seperti: penginapan, restoran dan toilet 0.150 0.393 0.457 0.399 0.325 0.086 0.191 0.160 0.478 0.362 0.206 0.492 0.301 0.219 0.445 0.190 0.146 0.186 0.553 0.261 0.210 0.355 0.435 0.000 0.200 0.400 0.600 Jauh Sedang Dekat Keramahan masyarakat setempat Kebersihan lingkungan Kiospedagang asongan Pemandu wisata Mahal Murah Gratis Wisata budaya wisata alamagrowisata Wisata alamagrowisata Wisata budaya Penginapan, restoran toilet Toilet Restoran Penginapan Angkutan umum Travelcarteran Mobil pribadi Non elektronik elektronik Elektronik Non elektronik 0,030 0,323 0,075 0,221 0,188 0,099 0,064 Ja ra k 7 P elayanan 1 H arg a tik e t 5 Jeni s wisata atrak si 2 F asilitas 3 Sarana tr anspor tasi 4 P romosi 6 mendapatkan bobot 0,219; restoran dengan bobot 0,190; dan bobot terkecil diperoleh fasilitas penginapan. Dilihat dari faktor transportasi, dengan nilai CR 0,001 pembobotan tertinggi diperoleh travel atau carteran 0,553, sedangkan penggunaan mobil pribadi memperoleh bobot sebesar 0,261. Posisi terakhir untuk transportasi menggunakan angkutan umum memperoleh bobot 0,186. Berdasarkan harga tiket, dengan nilai CR 0,012 pembobotan tertinggi pada harga tiket murah 0,478 dan dengan bobot 0,362 untuk harga tiket gratis. Sedangkan untuk harga tiket mahal memperoleh bobot 0,160. Ini menunjukkan bahwa harga tiket bukanlah persoalan bagi wisatawan untuk berwisata ke Kawasan Agropolitan Payangan. Faktor promosi dengan nilai CR 0,000 menunjukkan, bahwa untuk berwisata mereka memperoleh informasi melalui media promosi non elektronik dengan bobot tertinggi 0,435. Informasi melalui media elektronik dengan bobot 0,355 dan bobot terendah diperoleh media non elektronik dan elektronik dengan bobot 0,210. Selanjutnya faktor jarak, dengan nilai CR 0,000. Bobot tertinggi diberikan pada pernyataan bahwa jarak lokasi wisata dari tempat tinggalmenginap adalah dekat 0,457, jarak sedang dengan bobot 0,393, dan jarak jauh dengan bobot 0,150. Berdasarkan hasil analisis ketiga persepsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Bila dicermati, persepsi wisatawan mancanegara dengan persepsi seluruh wisatawan, tidak menunjukkan perbedaan persepsi yang signifikan menyangkut faktor-faktor maupun pada kriteria pada masing-masing faktor. Sehingga untuk mendapatkan persepsi secara menyeluruh terkait pengembangan kepariwisataan, yaitu dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, akan dilihat dari hasil analisis persepsi wisatawan mancanegara Gambar 22 dan hasil analisis persepsi wisatawan nusantara Gambar 23. Dari kedua hasil analisis tersebut dapat diketahui, bahwa terdapat lima faktor yang dominan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Faktor-faktor tersebut yaitu: pelayanan; jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan; fasilitas yang tersedia; sarana transportasi; dan promosi. Dari kriteria faktor pelayanan, yaitu menyangkut keramahan masyarakat setempat dan kebersihan lingkungan, perlu dipertahankan kualitasnya. Sedangkan pemandu wisata dan kios pedagang asongan perlu ditingkatkan kualitasnya. Dari faktor jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, perlu peningkatan kualitas pada wisata budaya maupun pada wisata alam termasuk agrowisata. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan berbagai atraksi yang mampu menarik minat wisatawan. Dilihat dari fasilitas yang tersedia, penginapan dan restoran perlu ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya. Misalnya dengan menyiapkan rumah- rumah penduduk sebagai sarana akomodasi. Hal ini sangat memungkinkan untuk dilakukan, disamping untuk mengurangi terjadinya alih fungsi lahan. Berikutnya yaitu dengan mengembangkan wisata kuliner dengan menyajikan hidangan khas masyarakat setempat. Pada sarana transportasi, yang perlu mendapatkan perhatian adalah angkutan umum. Sementara ini untuk mobilisasi wisatawan dilayani oleh angkutan travelcarteran dari agen-agen perjalanan wisata. Kedepannya nanti diperlukan pengadaan sarana transportasi umum yang mampu melayani setiap obyek wisata yang ada. Keberadaan angkutan umum sangat berperan dalam menarik minat wisatawan, terutama wisatawan nusantara, tentunya dengan tarif terjangkau dan pelayanan yang kontinyu. Dilihat dari faktor promosi, masih perlu lebih ditingkatkan lagi baik melalui media non elektronik maupun melalui media elektronik. Promosi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan agen-agen perjalanan dari daerah-daerah lain maupun dengan negara-negara lain yang prospektif pariwisata. 5.4 Rencana dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Perumusan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, diperoleh melalui analisis A’WOT. Untuk mencapai rumusan tersebut dilakukan beberapa tahapan analisis. 5.4.1 Faktor Strategi Internal dan Eksternal 5.4.1.1 Identifikasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal

A. Faktor Strategi Internal a. Kekuatan

1. Potensi SDA Kecamatan Payangan sebagai kawasan agropolitan memiliki lahan yang subur untuk pengembangan pertanian dalam arti luas, hamparan persawahan, perkebunan, kawasan berhutan, lembah dan perbukitan menciptakan keindahan alam yang alami. 2. Dukungan masyarakat Masyarakat menyambut baik daerahnya dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, dengan menggali potensi yang dimiliki baik atas dasar usaha sendiri maupun atas bantuan pihak luar baik pemerintah, swasta, maupun lembaga independen lainnya. 3. Letak geografis yang strategis Wilayah Payangan berada di jalur pariwisata Ubud, Batuan, Tegallalang, dan Kintamani dengan aksesibilitas yang memadai sehingga mudah untuk dijangkau. 4. Kelembagaan adat Kuatnya ikatan sosial budaya masyarakat tercermin dengan adanya kelembagaan adat beserta perangkatnya, salah satu perangkatnya yaitu berupa aturan yang tertuang kedalam awig-awig baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Implementasi dari suatu kelembagaan adat adalah dengan keberadaan desa pekraman, sekehe, dan subak dalam mengatur tata guna air. 5. Sarana dan prasarana Terbangunnya jalan-jalan dan jembatan, jaringan listrik, telepon yang telah tersebar luas. Sarana lain yang menunjang pengembangan pariwisata yaitu dengan berdirinya hotel, penginapan dan tempat rekreasi.

b. Kelemahan