Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keterkaitan Sektor Pariwisata dengan Sektor Lainnya

Keterkaitan masing-masing sektor dalam perekonomian Kabupaten Gianyar bisa diketahui dari analisis Input-Output I-O, disamping itu peranannya akan dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Sektor-sektor yang akan ditinjau disini adalah sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata industri tanpa migas; perdagangan besar dan eceran; restoran; hotel; jasa hiburan dan rekreasi dan sektor-sektor pertanian tanaman bahan makanan; tanaman perkebunan; peternakan dan hasil-hasilnya; kehutanan; perikanan.

5.1.1 Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar

Struktur perekonomian Kabupaten Gianyar bila dilihat dari PDRB akan didapat gambaran awal perkembangan pembangunan dalam suatu periode tertentu. PDRB merupakan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektorlapangan usaha yang melakukan kegiatan di suatu daerah tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi BPS Kab. Gianyar 2010b. PDRB Kabupaten Gianyar atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha tahun 2009 ditampilkan dalam Tabel 27. Lapangan usaha atau sektor-sektor perekonomian dalam PDRB dimaksud, sebelumnya telah diagregasi menyesuaikan Tabel I-O. Berdasarkan tabel tersebut, laju pertumbuhan total PDRB dalam periode tahun 2008-2009 mencapai 5,93. Lapangan usaha yang mencapai laju pertumbuhan diatas 10 ada lima, bila diurutkan dari yang terbesar yaitu: jasa penunjang keuangan 14,36, jasa perorangan dan rumah tangga 11,06, jasa sosial kemasyarakatan 11,00, bangunan 10,62, dan lembaga keuangan tanpa bank 10,25. Jasa penunjang keuangan yang mengalami laju pertumbuhan paling besar hanya mampu berkontribusi terhadap PDRB sebesar 0,59 dan berada di peringkat ke-16. Tanaman bahan makanan yang laju pertumbuhannya paling kecil 0,98 justru kontribusinya terhadap PDRB mencapai peringkat ke-3 yaitu sebesar 11,99. Laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar dalam membentuk PDRB, menunjukkan besaran yang bervariasi. Gambaran secara makro dari laju pertumbuhan PDRB terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gianyar, merupakan dampak nyata dari berhasilnya penerapan berbagai kebijakan ekonomi pada waktu sebelumnya yang dilakukan pemerintah, baik pusat maupun daerah disamping keterlibatan semua sektor pembangunan BPS Kab. Gianyar 2010b. Tabel 27 PDRB Kabupaten Gianyar Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 No Lapangan Usaha Nilai Juta Rupiah Laju Pertumbuhan Kontribusi Pering- kat 1. Tanaman Bahan Makanan 382.079,08 0,98 11,99 3 2. Tanaman Perkebunan 10.599,94 2,07 0,33 22 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 150.044,10 3,27 4,71 8 4. Kehutanan 88,67 3,16 0,003 24 5. Perikanan 18.462,02 6,07 0,58 17 6. Penggalian 12.109,17 4,99 0,38 20 7. Industri Tanpa Migas 604.734,56 7,33 18,97 1 8. Listrik, gas dan air bersih 29.147,01 6,85 0,91 15 9. Bangunan 137.930,37 10,62 4,33 9 10. Perdagangan Besar dan Eceran 476.372,97 6,47 14,94 2 11. Restoran 212.846,23 2,14 6,68 7 12. Hotel 278.490,44 4,37 8,74 5 13. Angkutan Jalan Raya 63.440,67 3,47 1,99 11 14. Jasa Penunjang Angkutan 37.144,65 2,77 1,17 14 15. Komunikasi 51.236,32 8,81 1,61 12 16. Bank 42.424,55 5,63 1,33 13 17. Jasa Penunjang Keuangan 18.705,08 14,36 0,59 16 18. Sewa Bangunan 83.588,87 8,17 2,62 10 19. Lembaga Keuangan tanpa Bank 10.182,04 10,25 0,32 23 20. Jasa Perusahaan 10.965,92 9,43 0,34 21 21. Pemerintahan Umum 310.347,57 7,82 9,74 4 22. Jasa Sosial Kemasyarakatan 13.187,80 11,00 0,41 19 23. Jasa Hiburan dan Rekreasi 15.479,77 7,69 0,49 18 24. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 218.215,10 11,06 6,85 6 Total 3.187.822, 90 5,93 100,00 Sumber : BPS dan Bappeda Kabupaten Gianyar 2010b Bila diperhatikan sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, memiliki kecenderungan mampu berkontribusi cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Gianyar, seperti industri tanpa migas 18,97 berada di peringkat ke-1, perdagangan besar dan eceran 14,94 di peringkat ke-2, restoran 6,68 di peringkat ke-7, hotel 8,74 peringkat ke-5, kecuali hiburan dan rekreasi 0,49 baru mampu mencapai peringkat ke-18 sumbangannya terhadap PDRB. Kontribusi terbesar mampu diberikan sektor industri tanpa migas, karena salah satu komponennya adalah industri kerajinan cendramata dan industri patung kayu yang banyak ada di Kabupaten Gianyar. Untuk sektor-sektor pertanian, seperti: tanaman bahan makanan 11,99 berada di peringkat ke-3, peternakan dan hasil-hasilnya 4,71 peringkat ke-8, perikanan 0,58 peringkat ke-17, tanaman perkebunan 0,33 peringkat ke-22, dan kontribusi terkecil adalah kehutanan 0,003 peringkat ke-24. Lebih jauh, peranan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar bisa dilihat dari Tabel I-O. Struktur dalam Tabel I-O disini terdiri dari 24 sektor perekonomian, yaitu: 1 tanaman bahan makanan; 2 tanaman perkebunan; 3 peternakan dan hasil-hasilnya; 4 kehutanan; 5 perikanan; 6 penggalian; 7 industri tanpa migas; 8 listrik, gas dan air bersih; 9 bangunan; 10 perdagangan besar dan eceran; 11 restoran; 12 hotel; 13 angkutan jalan raya; 14 jasa penunjang angkutan; 15 komunikasi; 16 bank; 17 jasa penunjang keuangan; 18 sewa bangunan; 19 lembaga keuangan tanpa bank; 20 jasa perusahaan; 21 pemerintahan umum; 22 jasa sosial kemasyarakatan; 23 jasa hiburan dan rekreasi; dan 24 jasa perorangan dan rumah tangga. Garis besar struktur Tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009 ditunjukkan dalam Tabel 28, untuk lebih terinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Input antara sebesar Rp 5.667.996,59 juta, yaitu merupakan input barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan atau proses produksi oleh sektor-sektor usaha dalam kegiatan ekonomi, sedangkan input primer atau disebut juga Nilai Tambah Bruto NTB adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi. Input primer yang merupakan selisih antara total input dengan input antara, terdiri dari: upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung. Jumlah NTB Kabupaten Gianyar sebesar Rp 3.187.822,90 juta, dimana 34,73 dari keseluruhan nilai tambah merupakan kontribusi dari upah dan gaji Rp 1.107.212,35 juta yang diciptakan kegiatan ekonomi di Kabupaten Gianyar. Selanjutnya mencapai 55,70 dari komponen surplus usaha Rp 1.775.591,14 juta, sedangkan sebanyak 7,19 dan 2,38 merupakan komponen penyusutan Rp 229.116,52 juta dan dari pajak tidak langsung Rp 75.902,88 juta. Upah dan gaji dalam struktur nilai tambah, merupakan komponen nilai tambah yang langsung bisa diterima oleh pekerja. Namun, bila diperhatikan porsinya, masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan surplus usaha. Kondisi ini menggambarkan, bahwa surplus usaha sebagai keuntungan dari pengusaha belum tentu dapat dinikmati langsung oleh masyarakat sebagai pekerja. Proporsi yang demikian masih bisa dibilang baik apabila keuntungan pengusaha tersebut diinvestasikan kembali di daerah dimana keuntungan tersebut diperoleh, sehingga secara lebih luas akan berdampak terhadap meningkatnya perekonomian daerah serta mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran wilayah. Pemilik modal atau investor yang baik adalah investor yang mampu memanfaatkan sumber daya lokal yang ada. Disamping itu mampu bermitra dan memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pengusaha lokal untuk ikut berperan serta. Tabel 28 Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar Berdasarkan Tabel I-O Tahun 2009 24 x 24 sektor No Uraian Jumlah Juta Rupiah Persentase Struktur Input 1. Jumlah Input Antara 5.667.996,59 2. Jumlah Input Primer Nilai Tambah Bruto 3.187.822,90 100,00 - Upah dan gaji 1.107.212,35 34,73 - Surplus usaha 1.775.591,14 55,70 - Penyusutan 229.116,52 7,19 - Pajak tidak langsung 75.902,88 2,38 Struktur Output 3. Jumlah Permintaan Antara 5.667.996,59 38,12 4. Jumlah Permintaan Akhir 9.201.757,46 61,88 5. Total Output 14.869.754,05 100,00 Sumber : Hasil Analisis 2011 Ditinjau dari struktur output table I-O Kabupaten Gianyar, menunjukkan total output sebesar Rp 14.869.754,05 juta, sebanyak Rp 5.667.996,59 juta merupakan komponen permintaan antara 38,12 bagi sektor usaha yang digunakan untuk proses produksi, sedangkan sisanya Rp 9.201.757,46 juta untuk memenuhi permintaan akhir 61,88. Semakin kecil permintaan antara dibandingkan permintaan akhir menunjukkan semakin kecil keterkaitan antar sektor ekonomi domestik dalam melakukan kegiatan usaha atau proses produksi. Disini juga menunjukkan bahwa output yang ada, lebih sedikit digunakan dalam proses produksi daripada untuk konsumsi akhir dari rumah tangga maupun pemerintah. Peranan suatu sektor dalam membentuk output Kabupaten Gianyar secara keseluruhan total output, ditunjukkan melalui besarnya output nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan sektor bersangkutan. Peranan masing-masing sektor tersebut bisa dilihat dalam struktur output tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009 yang ditunjukkan dalam Tabel 29. Tabel 29 Struktur Total Output Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 No Sektor Perekonomian Total Output Juta Rupiah Kontribusi Peringkat 1. Tanaman Bahan Makanan 417.817,73 2,81 13 2. Tanaman Perkebunan 131.962,86 0,89 17 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 425.850,09 2,86 10 4. Kehutanan 14.046,21 0,09 24 5. Perikanan 123.166,01 0,83 18 6. Penggalian 52.773,42 0,35 22 7. Industri Tanpa Migas 2.382.252,46 16,02 2 8. Listrik, gas dan air bersih 147.122,98 0,99 16 9. Bangunan 608.214,62 4,09 6 10. Perdagangan Besar dan Eceran 3.950.689,54 26,57 1 11. Restoran 484.509,40 3,26 8 12. Hotel 1.290.385,00 8,68 4 13. Angkutan Jalan Raya 1.496.527,98 10,06 3 14. Jasa Penunjang Angkutan 119.617,01 0,80 19 15. Komunikasi 460.865,16 3,10 9 16. Bank 782.320,11 5,26 5 17. Jasa Penunjang Keuangan 33.669,15 0,23 23 18. Sewa Bangunan 247.927,20 1,67 14 19. Lembaga Keuangan tanpa Bank 153.056,41 1,03 15 20. Jasa Perusahaan 110.800,28 0,75 20 21. Pemerintahan Umum 421.782,51 2,84 12 22. Jasa Sosial Kemasyarakatan 54.238,80 0,36 21 23. Jasa Hiburan dan Rekreasi 421.839,06 2,84 11 24. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 538.320,06 3,62 7 Total 14.869.754,05 100,00 Sumber : Hasil Analisis 2011 Pembentukan output di Kabupaten Gianyar didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, selanjutnya diikuti sektor, industri tanpa migas, angkutan jalan raya, hotel, bank, bangunan, jasa perorangan dan rumah tangga, restoran, komunikasi, peternakan dan hasil-hasilnya merupakan sepuluh sektor terbesar yang menyumbangkan pembentukan output di Kabupaten Gianyar. Dilihat dari peranan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dengan industri pariwisata. Pembentukan output Kabupaten Gianyar secara keseluruhan, sektor perdagangan besar dan eceran sebagai penyumbang terbesar yaitu sebanyak Rp 3.950.689,54 juta atau mencakai 26,57 dari total output, selanjutnya sektor industri tanpa migas sebesar Rp 2.382.252,46 Juta 16,02 berada di peringkat ke-2, sektor hotel sebesar Rp 1.290.385,00 juta 8,68 dan restoran sebesar Rp 484.509,40 juta 3,26 masing-masing berada diperingkat ke-4 dan ke-8, sedangkan untuk jasa hiburan dan rekreasi mencapai Rp 421.839,06 juta 2,84 baru mampu berada di peringkat ke-11. Untuk sektor-sektor pertanian, seperti peternakan dan hasil-hasilnya menyumbangkan output sebanyak Rp 425.850,09 juta 2,86 berada di peringkat ke-10, tanaman bahan makanan Rp 417.817,73 juta 2,81 peringkat ke-13, tanaman perkebunan Rp 131.962,86 juta 0,89 peringkat ke-17, dan perikanan Rp 123.166,01 juta 0,83 peringkat ke-18, sedangkan sektor kehutanan hanya menyumbangkan Rp 14.046,21 juta 0,09 berada di peringkat terakhir. Secara umum, sektor-sektor pariwisata masih mendominasi dalam pembentukan output Kabupaten Gianyar dibandingkan sektor-sektor pertanian. Peranan suatu sektor dalam perekonomian di Kabupaten Gianyar telah dilihat dari sisi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto PDRB dan dari pembentukan total output. Bila dibandingkan keduanya berdasarkan sepuluh besar sektor penyumbang PDRB terbanyak, memperlihatkan ada tujuh sektor diantaranya merupakan pembentuk total output dalam sepuluh besar. Terdapat tiga sektor tidak termasuk yaitu tanaman bahan makanan, pemerintahan umum, dan, sewa bangunan walaupun dalam pembentukan PDRB berada di peringkat ke- 3, ke-4, dan ke-10, tetapi dalam pembentukan total output tidak termasuk sepuluh besar. Kondisi ini dapat dicermati, bahwa nilai tambah yang dihasilkan suatu sektor dalam struktur perekonomian tidak hanya dipengaruhi kemampuannya dalam membentuk output, tetapi juga dipengaruhi oleh biaya yang keluarkan dalam pembentukan output tersebut. Output suatu sektor yang terbentuk membutuhkan input primer berupa nilai tambah, sehingga suatu sektor yang mempunyai sumbangan besar terhadap pembentukan output akan berkurang kontribusinya terhadap nilai tambah karena dalam proses produksinya membutuhkan lebih banyak input antara. 5.1.2 Keterkaitan antar Sektor 5.1.2.1 Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke belakang atau Direct Backward Linkage DBL menunjukkan total input antara yang dibutuhkan secara langsung suatu sektor untuk menghasilkan output sebesar satu satuan. Sedangkan keterkaitan langsung kedepan atau Direct Forward Linkage DFL menunjukkan total output antara suatu sektor yg digunakan secara langsung untuk memenuhi seluruh permintaan. Keterkaitan langsung ke belakang maupun keterkaitan langsung ke depan dianalisis menggunakan matriks koefisien teknologi. Nilai keterkaitan ini ditunjukkan pada Gambar 9. Ditinjau dari sepuluh besar nilai DBL dan DFL sektor-sektor di Kabupaten Gianyar tahun 2009, untuk sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, sektor industri tanpa migas memiliki nilai DBL sebesar 0,5934 menempati urutan ke-4, sedangkan nilai DFL-nya sebesar 2,2936 berada di urutan ke-1. Ini berarti sektor industri tanpa migas mampunyai peran lebih penting dalam memenuhi permintaan sektor-sektor lainnya atau mempunyai kemampuan yang kuat mendorong sektor-sektor hilirnya, dibandingkan menyerap input dari sektor lainnya. Lima sektor yang berperanan penting dalam menyediakan input bagi sektor industri tanpa migas adalah: industri tanpa migas, tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perdagangan besar dan eceran, dan angkutan jalan raya. Lima sektor yang terbanyak menggunakan output sektor industri tanpa migas adalah: bangunan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan besar dan eceran; industri tanpa migas; dan restoran. Sektor perdagangan besar dan eceran mempunyai nilai DBL sebesar 0,8794 berada pada urutan ke-1, sedangkan nilai DFL mencapai 0,4244 urutan ke-8. Berarti sektor ini mempunyai kemampuan paling besar dalam menyerap produksi sektor-sektor lainnya atau menarik sektor-sektor dibelakangnya hulu, dibandingkan untuk memenuhi permintaan sektor lainnya. Lima sektor penting penyedia input bagi sektor pedagang besar dan eceran meliputi: industri tanpa migas, bank, komunikasi, jasa perorangan dan rumah tangga, dan bangunan. Lima sektor terbanyak memakai output sektor pedagang besar dan eceran adalah: peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, bangunan, industri tanpa migas, dan hotel. Sektor restoran mempunyai nilai DBL sebesar 0,5358 urutan ke-5 dan nilai DFL-nya mencapai 0,2723 urutan ke-10. Lima sektor utama sebagai penyedia input untuk sektor restoran yaitu: industri tanpa migas; peternakan dan hasil-hasilnya; perdagangan besar dan eceran; perikanan; listrik, gas dan air bersih. Lima sektor utama pemakai output sektor restoran adalah: angkutan jalan raya, jasa hiburan dan rekreasi, perdagangan besar dan eceran, hotel, dan jasa penunjang keuangan. Sektor hotel mempunyai nilai DBL dan DFL masing-masing sebesar 0,3741 urutan ke-11 dan 1,0943 urutan ke-2. Kondisi ini menunjukkan sektor hotel memiliki peranan hampir sama dalam struktur perekonomian di Kabupaten Gianyar tahun 2009 dengan sektor industri tanpa migas. Sektor industri tanpa migas, peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, perikanan, dan tanaman bahan makanan merupakan lima sektor-sektor utama penyedia input untuk sektor hotel. Sektor jasa sosial kemasyarakatan, jasa perusahaan, bank, pemerintahan umum, dan jasa penunjang angkutan merupakan lima besar sektor- sektor pemakai output-nya. Kemudian untuk sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil- hasilnya yang mampu mencapai sepuluh besar. Dimana nilai DBL-nya 0,6029 berada diurutan ke-3 dan nilai DFL-nya 0,5373 berada diurutan ke-4. Dilihat keterkaitannya dengan sektor lainnya, sektor peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, industri tanpa migas, angkutan jalan raya, jasa perorangan dan rumah tangga, sebagai lima sektor utama penyedia input untuk sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sedangkan lima sektor utama pemakai output-nya adalah sektor peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, hotel, industri tanpa migas, dan tanaman bahan makanan. Gambar 9 Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Kekuatan keterkaitan langsung antar sektor baik ke belakang maupun ke depan sangat bervariasi. Semakin besar keterkaitan antar sektor dan semakin banyak sektor-sektor perekonomian saling berkaitan, menunjukkan semakin kuat struktur perekonomian yang dibangun. Sehingga dalam konteks 0.4121 0.0002 0.0225 0.0000 0.1609 0.1193 0.2026 0.0944 0.5543 0.4285 0.2208 0.4515 1.0943 0.2723 0.4244 0.4498 0.2276 2.2936 0.0979 0.1346 0.0284 0.5373 0.0966 0.2297 0.2642 0.2642 0.2642 0.2642 0.2109 0.4444 0.1951 0.4444 0.2691 0.3650 0.3827 0.3850 0.3741 0.5358 0.8794 0.6458 0.3857 0.5934 0.0998 0.3050 0.1369 0.6029 0.1557 0.0855 0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan DBL DFL pengembangan wilayah, keterpaduan antar sektor-sektor perekonomian menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, yaitu melakui peningkatan keterkaitan yang ada. Perekonomian Kabupaten Gianyar yang dibangun pada tiga sektor unggulan yaitu pertanian, industri kerajinan, dan pariwisata Bappeda Kab. Gianyar 2008a. Dilihat dari angka keterkaitan langsung antar sektor-sektor perekonomiannya, mempunyai potensi yang sangat besar berkembang lebih baik, bila mampu membangun keterpaduan dan mensinergikan antar sektor-sektor perekonomian yang dimiliki. Hal ini bisa dilakukan melalui jalinan kerjasama kemitraan dan koordinasi antar komponen masyarakat maupun antar stakeholders masyarakat, pemerintah, dan swasta. 5.1.2.2 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang atau Direct Indirect Backward Linkage DIBL adalah pengaruh yang disebabkan oleh kenaikan per unit permintaan akhir satu unit sektor tertentu terhadap sektor lain yang menyediakan input untuk sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan atau Direct Indirect Forward Linkage DIFL adalah pengaruh yang disebabkan oleh kenaikan per unit permintaan akhir suatu sektor terhadap sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung. Keterkaitan langsung dan tidak langsung dianalisis menggunakan kebalikan matriks Leontif. Nilai keterkaitan ini bisa dilihat dalam Gambar 10. Dilihat dari sepuluh besar nilai DIBL maupun DIFL, sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata di Kabupaten Gianyar tahun 2009. Sektor industri tanpa migas mempunyai nilai IDBL sebesar 2,0388 menempati urutan ke-5. Lima besar sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor industri tanpa migas adalah: industri tanpa migas, tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perdagangan besar dan eceran, dan angkutan jalan raya. Sedangkan nilai DIFL-nya menempati urutan ke-1 dengan nilai 5,5492. Lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor industri tanpa migas yaitu: industri tanpa migas; bangunan; perdagangan besar dan eceran; listrik, gas dan air bersih; dan restoran. Sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai DIBL sebesar 2,5560 menduduki urutan pertama, dimana ada lima sektor terbesar yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran adalah: perdagangan besar dan eceran, industri tanpa migas, bank, komunikasi, dan hotel. Nilai DIFL sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,9283 yang berada pada urutan ke-4. Lima sektor penting yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran adalah: perdagangan besar dan eceran, peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, bangunan, dan industri tanpa migas. Sektor restoran menduduki urutan ke-4 dengan nilai DIBL sebesar 2,0759. Lima sektor utama yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor restoran adalah: restoran, industri tanpa migas, peternakan dan hasil- hasilnya, perdagangan besar dan eceran, dan perikanan. Nilai DIFL-nya mencapai 1,4674 urutan ke-11, dengan lima sektor penting yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor restoran adalah: restoran, angkutan jalan raya, perdagangan besar dan eceran, jasa hiburan dan rekreasi, dan hotel. Sektor hotel mencapai nilai DIBL sebesar 1,7154 urutan ke-9, dimana lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor hotel adalah: hotel, industri tanpa migas, peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, dan tanaman bahan makanan. Nilai DIFL-nya sebesar 2,5164 dan berada pada urutan ke-2, dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor hotel yaitu: hotel, jasa sosial kemasyarakatan, jasa perusahaan, bank, dan pemerintahan umum. Untuk sektor-sektor pertanian yang mencapai sepuluh besar nilai DIBL maupun DIFL, sektor tanaman bahan makanan dengan nilai DIBL terkecil 1,1535 berada pada urutan ke-24 dari 24 sektor yang ada. Lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor tanaman bahan makanan adalah: tanaman bahan makanan, industri tanpa migas, angkutan jalan raya, perdagangan besar dan eceran, jasa perorangan dan rumah tangga. Dilihat dari nilai DIFL, sektor tanaman bahan makanan berada pada urutan ke-7 1,7714, dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor tanaman bahan makanan, yaitu: sektor tanaman bahan makanan, industri tanpa migas, jasa hiburan dan rekreasi, bangunan, dan restoran. Gambar 10 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Sektor peternakan dan hasil-hasilnya dengan nilai DIBL 2,3597 berada pada urutan ke-2, dimana sektor: peternakan dan hasil-hasilnya, industri tanpa 1.6487 1.0004 1.0352 1.0000 1.2364 1.1897 1.3098 1.1335 1.8973 1.7107 1.3872 1.9125 2.5164 1.4674 1.9283 1.6820 1.4418 5.5492 1.1910 1.3062 1.0638 2.0659 1.3769 1.7714 1.4978 1.4791 1.4563 1.4760 1.3628 1.7212 1.3737 1.7102 1.4635 1.6763 1.7161 1.7154 1.7154 2.0759 2.5560 2.2343 1.7446 2.0388 1.2032 1.5456 1.2595 2.3597 1.2868 1.1535 0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan DIBL DIFL migas, perdagangan besar dan eceran, angkutan jalan raya, dan bank, merupakan lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Untuk nilai DIFL-nya mencapai 2,0659 urutan ke-3 dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor peternakan dan hasil-hasilnya, yaitu sektor: peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, hotel, angkutan jalan raya, dan jasa sosial kemasyarakatan. Berdasarkan nilai DIBL dan nilai DIFL sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata dan sektor-sektor pertanian di Kabupaten Gianyar tahun 2009, menunjukkan bahwa kenaikan permintaan akhir sektor pariwisata lebih dominan dibandingkan sektor pertanian dalam memberikan dampak kenaikan total output pada masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa peranan sektor pariwisata lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Gianyar

5.1.3 Indeks Daya Penyebaran dan Indek Daya Kepekaan