11 a. Implementation Uncertainty, ketidakpastian implementasi pengelolaan
perikanan. b. Institutional Uncertainty, ketidakpastian dalam pengelolaan perikanan
sebagai sebuah institusi, ketidakpastian ”value system” dalam perikanan.
2.4. Permasalahan dalam Pengelolaan Perikanan
Aktivitas perekonomian utama yang menimbulkan permasalahan pengelolaan sumberdaya dan lingkungan wilayah pesisir dan lautan, yaitu 1
perkapalan dan transportasi tumpahan minyak, limbah padat dan kecelakaan; 2 pengilangan minyak dan gas tumpahan minyak, pembongkaran bahan pencemar,
konversi kawasan pesisir; 3 perikanan over fishing, pencemaran pesisir, pemasaran dan distribusi, modal dan tenaga kerjakeahlian; 4 budi daya
perairan ekstensifikasi dan konversi hutan; 5 pertambangan penambangan pasir dan terumbu karang; 6 kehutanan penebangan dan konversi hutan; 7
industry reklamasi dan pengerukan tanah; dan 8 pariwisata pembangunan infrastruktur dan pencemaran air Subri 2005.
Selanjutnya Subri 2005 menjelaskan bahwa pada masyarakat nelayan, pola adaptasinya menyesuaikan dengan ekosistem lingkungan fisik laut dan lingkungan
sosial di sekitarnya. Bagi masyarakat yang bekerja di tengah-tengah lautan, lingkungan fisik laut sangatlah mengandung banyak bahaya. Dalam banyak hal
bekerja di lingkungan laut sarat dengan risiko. Karena pekerjaan nelayan adalah memburu ikan, hasilnya tidak dapat ditentukan kepastiannya, semuanya hampir
serba spekulatif. Masalah risiko dan ketidakpastian risk and uncertainty terjadi karena laut adalah wilayah yang dianggap bebas untuk dieksploitasi open-access
Acheson in Subri 2005. Adanya risiko dan ketidakpastian ini disarankan untuk disiasati dengan mengembangkan pola-pola adaptasi berupa perilaku ekonomi
yang spesifik yang selanjutnya berpengaruh pada pranata ekonominya. Hubungan patronage merupakan salah satu pola adaptasi nelayan. Hubungan patronage
diharapkan dapat menanggulangi kesulitan dan krisis ekonomi keluarga yang dihadapinya, terutama pada saat paceklik musim angin barattidak melaut.
12
2.5. Ikan Tongkol Auxis thazard 2.5.1. Klasifikasi dan karakteristik umum morfologi
Klasifikasi ikan tongkol Auxis thazard menurut Cuvier 1832 in www.zipcodezoo.com :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Ordo :
Percomorphi Sub-ordo :
Scombroidea Famili
: Scombridae Genus
: Auxis Spesies :
Auxis thazard Sinonim
: Scomber thazard, Auxis hira, dll Nama Lokal : ikan tongkol
Nama Umum : Frigate mackerel
Gambar 2. Ikan Tongkol Auxis thazard dokumentasi pribadi
Ikan tongkol memiliki bentuk tubuh fusiform, memanjang dan penampang lintangnya membundar. Bentuk tubuh yang demikian memungkinkan ikan
berenang dengan sangat cepat. Bentuk kepala meruncing, mulut lebar dan miring ke bawah dengan gigi yang kuat pada kedua rahangnya, serta tipe mulut terminal.
Bentuk sisiknya sangat kecil dan termasuk tipe ktenoid. Pada batang ekor ikan terdapat 3 buah “keel” rigi-rigi yang bagian tengahnya mempunyai puncak yang
13 tajam. Keel tengah berbentuk memanjang dan tinggi dibandingkan dengan dua
keel lain yang mengapitnya. Ikan tongkol mempunyai sirip lengkap yaitu sepasang sirip dada, sepasang
sirip perut, dua sirip punggung, satu sirip anal dan satu sirip ekor. Warna daerah punggung biru tua, kepala agak hitam, terdapat belang-belang hitam pada daerah
punggung yang tidak bersisik di atas garis sisi. Perut berwarna putih, pewarnaan tubuh yang demikian ini, dimana warna bagian dorsal gelap dan bagian ventral
terang, dinamakan counter shading sebagai salah satu upaya penyamaran www.fishbase.com.
2.5.2. Habitat dan distribusi serta karakteristik lingkungan hidup
Habitat ikan tongkol yaitu epipelagik, neritik dan oseanik. Ikan ini hidup pada daerah pelagis oseanodromous dan laut dalam dengan iklim tropis yang
bersuhu 27-28°C dengan memakan ikan kecil, cumi-cumi, krustasea planktonik. Karena kelimpahannya ikan tongkol merupakan elemen yang penting dalam jaring
makanan serta dimangsa oleh ikan yang lebih besar termasuk tuna. Auxis thazard
banyak tersebar di Atlantik, Indian dan Pasifik. Ikan tongkol termasuk spesies
yang bermigrasi. Peta distribusi Auxis thazard dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Sebaran Ikan Tongkol Auxis thazard www.fishbase.com
14
2.5.3. Alat tangkap
Nelayan Kabupaten Garut melakukan operasi penangkapan ikan tongkol dengan menggunakan jaring insang gillnet, pukat cincin atau jaring lingkar
purse seine dan pancing Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Garut. Jaring lingkar adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi
panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring tali ris bawah, sehingga dengan
menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring Mukhtar 2010.
Gambar 4. Alat tangkap payang www.dkp.go.id
Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran
jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter
bentuk gillnet empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5-10 meter dan bentuk gillnet empat persegi panjang serta tinggi
jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gillnet empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gillnet tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah Mukhtar
2010.
15
Gambar 5. Alat tangkap gillnet www.dkp.go.id
Pancing merupakan alat tangkap yang memiliki mata pancing untuk menangkap ikan dengan cara menggunakan umpan berupa makanan ikan yang
menjadi sasaran. Makanan ikan tongkol yang biasa digunakan sebagai umpan yaitu ikan-ikan kecil, cumi, ataupun umpan buatan.
2.6. Hubungan Panjang Berat
Panjang badan diartikan sebagai panjang rata-rata dari suatu kohort. Estimasi panjang rata-rata tersebut diturunkan dari perata-rataan pengukuran
individu hewan. Pengukuran pertumbuhan ikan dapat dilaksanakan dalam beberapa cara diantaranya dengan melihat hubungan panjang dan berat ikan yang
diamati. Pengertian dari hubungan panjang dan berat adalah asumsi bahwa adanya relasi antara panjang dengan berat. Artinya setiap adanya penambahan panjang
diasumsikan terjadi penambahan berat, sampai ikan tersebut berhenti untuk bisa bertambah panjang Sparre Venema 1999.
Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga
dari panjangnya. Tetapi, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Jika diplotkan panjang
dan berat ikan pada suatu gambar, maka akan didapat bentuk logaritmik. Maka hubungan tadi tidak selamanya mengikuti hukum kubik, tetapi dalam suatu bentuk
16 rumus yang umum yaitu : w = cL
n
, dimana w = berat , L = panjang, c dan n = konstanta Effendi 2002.
Jika rumus umum tersebut ditransformasi kedalam logaritma, maka akan diperoleh persamaan : log w = log c + n log L, yaitu persamaan linear atau garis
lurus. Harga n ialah pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Menurut Carlander 1969 in Effendi 2002 harga eksponen
ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1.2-4.0 namun, kebanyakan dari harga n tadi berkisar dari 2.4-3.5 bilamana harga n = 3 menunjukkan bahwa
pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Pertumbuhan demikian seperti telah dikemukakan
ialah pertumbuhan isometrik. Sedangkan apabila n 3 atau n 3 dinamakan pertumbuhan alometrik. Apabila harga n 3 menunjukkan keadaan ikan yang
kurus, dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya. Jika harga n 3 menunjukkan ikan montok, pertambahan berat lebih cepat
daripada pertambahan panjang. Hubungan panjang bobot ikan tongkol Auxis thazard yang diperoleh Celloran in www.fishbase.com di Sri Lanka sebesar
3,334 alometrik positif.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama 20 hari yaitu pada bulan Maret – April 2010 di sekitar Tempat Pelelangan Ikan TPI Cilauteureun, Kecamatan Cikelet,
Kabupaten Garut, Jawa Barat. Tempat Pelelangan Ikan TPI Cilauteureun termasuk dalam wilayah Pameungpeuk yang berada pada koordinat 7° 38 0
Lintang Selatan, 107° 43 0 Bujur Timur www.maplandia.com. Pengukuran ikan dan pencatatan hasil tangkapan dari nelayan penangkap
tongkol dilakukan setiap hari ketika nelayan mendaratkan ikan hasil tangkapannya untuk disalurkan kepada pengumpul yaitu antara pukul 11.00 – 16.00. Lokasi
penelitian dan pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Lokasi penelitian dan pengambilan data