35
W = 0.0636L
2.4971
R
2
= 0.807 n = 200
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
5 10
15 20
25 30
35
Panjang cm B
e ra
t g
ra m
lebih tinggi. Koefisien variabilitas harga tongkol yang diperoleh dari hasil peramalan sebesar 0,01 atau 1. Fluktuasi dan ketidakpastian harga ikan layur
relatif kecil, nilai koefisien variabilitas yang diperoleh sebesr 0,03 atau 3 Wardani 2010. Ikan cakalang memiliki nilai koefisien variabilitas sebesar 0,19
atau 19 Mayangsoka 2010. Layur dan cakalang termasuk komoditas ikan untuk diekspor sehingga memiliki kisaran harga yang sempit dan mengikuti
permintaan pasar global seharusnya memiliki harga yang relatif lebih stabil. Peramalan menunjukkan harga ikan tongkol lebih stabil dibandingkan layur dan
cakalang, hal tersebut diduga karena penetapan harga ekspor dari negara pengimpor yang letaknya jauh.
4.5. Hubungan Panjang Berat
Hubungan panjang berat digunakan untuk menduga pertumbuhan dari sumberdaya ikan tongkol. Berdasarkan jumlah ikan contoh yang diperoleh selama
waktu penelitian, dilakukan analisis dengan 200 ekor ikan. Jumlah data panjang dan berat ikan tersebut diperoleh dalam waktu 20 hari dengan jumlah per hari 10
ekor. Grafik analisis hubungan panjang-berat ikan tongkol di Cilauteureun dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Hubungan panjang berat ikan tongkol
36
Hubungan panjang-berat ikan tongkol adalah
4971 ,
2
0636 ,
L W
= dengan
nilai b sebesar 2,4971. Setelah dilakukan uji t α = 0,05 terhadap nilai b tersebut
diketahui bahwa ikan tongkol memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif. Pola pertumbuhan alometrik negatif menyatakan bahwa pertumbuhan panjang ikan
tongkol lebih dominan dibandingkan pertumbuhan beratnya. Hal tersebut dikuatkan oleh nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,807 yang berarti bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 80,7.
Analisis hubungan panjang berat ikan tongkol Auxis thazard yang pernah dilakukan di negara Sri Lanka diperoleh nilai b sebesar 3,334 yang menunjukkan
pola pertumbuhan yang alometrik positif. Perbedaan nilai b yang diperoleh dapat disebabkan faktor lingkungan seperti iklim, kondisi perairan dan ketersediaan
makanan, musim penangkapan, jumlah banyaknya contoh ikan serta genetis ikan.
4.6. Pembahasan 4.6.1. Pembahasan hasil simulasi Monte Carlo
Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kegiatan perikanan tangkap disebabkan adanya ketidakpastian yang dapat berasal dari sumber-sumber
ketidakpastian secara alami maupun bersumber dari manusia. Fluktuasi hasil tangkapan dan harga ikan tongkol merupakan dua faktor yang memberikan
pengaruh besar bagi industri perikanan tangkap dan pengelolaan yang berkelanjutan.
Hasil tangkapan yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya musim penangkapan, kemampuan biologis, cuaca, daerah
penangkapan, alat tangkap yang digunakan, armada dan jumlah armada penangkap ikan, perilaku nelayan serta teknologi atau sarana lain yang
mendukung keberhasilan kegiatan penangkapan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan volume produksi sumberdaya perikanan yang ditangkap dapat
berubah dari waktu ke waktu dan tidak dapat diramalkan. Fluktuasi harga yang terjadi dapat lebih stabil apabila dibandingkan dengan
fluktuasi hasil tangkapan yang banyak dipengaruhi oleh keadaan alam. Pembentukan harga yang terjadi biasanya dipengaruhi oleh jumlah produksi serta
37 dikendalikan oleh manusia yang memanfaatkan sumberdaya perikanan tersebut.
Banyaknya ketidakpastian dalam kegiatan perikanan dapat menimbulkan resiko bagi keberlangsungan kegiatan perikanan ini. Hal tersebut dapat mempengaruhi
keadaan sumberdaya ikan maupun manusia yang memanfaatkan sumberdaya ikan tersebut.
Ketidakpastian yang terjadi dalam kegiatan perikanan dapat dianalisis dengan simulasi Monte Carlo. Dengan simulasi ini diharapkan dapat terlihat
peramalan forecasting yang terjadi mengenai pergerakan hasil tangkapan dan harga ikan tongkol. Hasil yang memperlihatkan bentuk kurva yang terdistribusi
secara normal dengan fluktuasi pada setiap kelas produksi dan harga. Hasil tangkapan dan harga memiliki nilai rata-rata dan standar deviasi yang dapat
menggambarkan sebaran nilai-nilai tersebut. Semakin kecil nilai standar deviasi terhadap rata-rata maka tingkat keseragaman data nilai semakin tinggi. Nilai
standar deviasi dari produksi dan harga yang diperoleh cukup besar. Dalam hal ini menunjukkan bahwa keadaan produksi serta penetapan harga ikan tongkol di
Cilauteureun memiliki faktor ketidakpastian yang sangat tinggi. Selain itu, besarnya koefisien variabel dari hasil tangkapan juga jauh lebih tinggi
dibandingkan koefisien variabel harga yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi koefisien variabel suatu peramalan, maka semakin tinggi ketidakpastian
parameter tersebut.
4.6.2. Ketidakpastian berdasarkan tipologi dan sumber ketidakpastian
Tipologi ketidakpastian untuk sumberdaya ikan tongkol di Garut meliputi randomness process uncertainty ketidakpastian proses, parameter and state
uncertainty ketdakpastian parameter sumberdaya, dan structural uncertainty ketidakpastian struktural. Ketidakpastian proses dalam sistem perikanan di
Cilauteureun sangat terlihat terutama dalam kegiatan pemasaran. Proses pembentukan harga yang disesuaikan dengan hasil tangkapan, tidak adanya
pelelangan, serta harga yang berubah-ubah setiap waktu, seperti yang terjadi pada 9 pengumpul. Pada dasarnya, pengumpul diharapkan dapat mereduksi tingginya
ketidakpastian dalam perikanan, terutama dalam harga dan struktur pasar, akan
38 tetapi hal tersebut belum dapat terjadi karena karakteristik dan tujuan dari setiap
pengumpul berbeda. Ketidakpastian parametersumberdaya yang terjadi meliputi keterbatasan
observasi, serta ketidakakuratan dalam menduga model dan mengestimasi keadaan sumberdaya. Observasi yang dilakukan bersifat terbatas dan hanya
melibatkan sebagian kecil sumberdaya yang diperoleh nelayan, sehingga model yang dihasilkan memiliki nilai koreksi yang cukup besar. Selain itu, keadaan
perairan laut Indonesia yang multi-alat tangkap dan multispesies mengakibatkan sulitnya menerapkan model-model dugaan yang pada dasarnya digunakan pada
daerah subtropis. Pengelolaan perikanan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan
pemangku kepentingan. TPI Cilauteureun Garut memiliki struktur organisasi yang jelas, namun kinerja yang belum optimal. Pihak pemerintahan dan
masyarakat masih belum bekerja sama dalam melakukan upaya pengelolaan ini. Berbagai macam tipologi ketidakpastian yang terdapat di Garut tersebut
merupakan ketidakpastian yang berasal dari alam dan manusia. Karakteristik alam perairan selatan serta sumberdaya ikan tongkol yang
tidak bisa dikendalikan manusia hendaknya dapat diantisipasi dengan mengelola dan mengurangi faktor-faktor yang berasal dari manusia seperti harga dan struktur
pasar, tujuan nelayan, serta perbedaan persepsi terhadap stok ikan. Analisis yang dilakukan terhadap ketidakpastian hasil tangkapan ikan tongkol ini menunjukkan
bahwa harga dan struktur pasar ikan tongkol sangat dipengaruhi oleh pengumpul. Sumber ketidakpastian alami dari ikan tongkol yang paling mudah untuk
diprediksi adalah hubungan panjang berat yang dilakukan untuk menduga pola pertumbuhan ikan tongkol serta menduga stok. Tingginya ketidakpastian hasil
tangkapan yang terjadi diduga sebagai salah satu akibat dari hubungan panjang berat. Hubungan panjang berat erat kaitannya dengan kegiatan mangsa-
memangsa dan pertumbuhan. Analisis yang diperoleh dari hubungan panjang berat bernilai alometrik negatif menimbulkan dugaan bahwa ikan masih dalam
proses pertumbuhan serta sedang berburu makanannya untuk dapat tetap mempertahankan hidupnya.
39
4.6.3. Kaitan hasil tangkapan dengan hubungan panjang berat
Ketidakpastian yang terjadi terhadap hasil tangkapan ikan tongkol Auxis thazard di Cilauteureun, diketahui dengan pengkajian mengenai hubungan
panjang berat ikan tongkol. Selama penelitian yang dilakukan diperoleh nilai hubungan panjang berat ikan tongkol setelah kemudian dilakukan uji t adalah
sebesar 2,4971 yang menunjukkan alometrik negatif. Alometrik negatif mengindikasikan bahwa pertumbuhan panjang yang terjadi lebih dominan
dibandingkan pertumbuhan berat. Hubungan panjang berat dapat mempengaruhi produksi atau hasil tangkapan
ikan tongkol. Ikan tongkol dengan pola pertumbuhan alometrik negatif cenderung memiliki berat yang lebih ringan, karena makanan yang masuk ke dalam tubuhnya
digunakan untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Fase atau tingkat pertumbuhan ini menunjukkan ikan masih kecil dan belum matang gonad
sehingga sesuai untuk dilakukan penangkapan dibandingkan ikan tongkol alometrik positif, karena diduga sedang melakukan pematangan gonad. Dengan
demikian induk atau ikan yang sudah matang gonad tetap dapat melakukan pemijahan terlebuh dahulu. Walaupun demikian, tidak semua fase pola
pertumbuhan yang alometrik negatif baik untuk dilakukan penangkapan. Apabila terdapat nilai b yang sangat mendekati 3, maka ikan tongkol tersebut sedang
menuju pada proses persiapan pematangan gonad sehingga akan lebih baik jika tidak ditangkap sampai ikan bereproduksi.
Hubungan panjang berat yang diperoleh juga dipengaruhi oleh jumlah dan waktu pengambilan contoh. Dalam penelitian ini, pengambilan contoh ikan
dilakukan pada musim peralihan Maret-April dimana jumlah ikan masih sedikit dan rata-rata ikan masih dalam fase awal pertumbuhan, sehingga ukuran ikan
masih kecil-kecil. Analisis yang dilakukan tidak dapat menduga laju pertumbuhan karena jumlah contoh ikan yang sedikit serta waktu pengamatan
yang tidak menggunakan interval waktu setiap hari, sehingga ikan belum sempat melakukan pertumbuhan. Apabila waktu pengambilan contoh dilakukan pada
musim puncak penangkapan Juni-September maka diduga akan diperoleh hubungan alometrik positif karena ikan mendekati proses pemijahan. Selain itu,
akan terdapat selang kelas baru yang menunjukkan adanya proses recruitment.
40
4.7. Alternatif Pengelolaan Perikanan Tongkol di Cilauteureun
Berdasarkan informasi mengenai kondisi yang terjadi terhadap sumberdaya ikan tongkol di Cilauteureun yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, maka
diperlukan adanya upaya untuk mengoptimalkan hasil tangkapan atau produksi ikan tongkol di Cilauteureun, Kabupaten Garut. Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan mengetahui informasi penting terkait sumberdaya ikan tongkol, meningkatkan teknologi dan kualitas sarana dan prasarana yang menunjang
kegiatan penangkapan. Adanya fasilitas TPI sebelumya dapat diperbarui untuk selanjutnya dimanfaatkan dalam kegiatan perikanan tangkap dalam menunjang
kebutuhan masyarakat serta permintaan luar daerah. Jumlah kapal yang beroperasi dalam kegiatan penangkapan ikan tongkol
tidak sesuai dengan yang tercatat di Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Garut. Hal ini menunjukkan adanya batas atau kesenjangan yang terjadi antara
pihak masyarakat nelayan dengan pemerintah. Pada umumnya nelayan mencari ikan dengan melihat keadaan alam tanpa memanfaatkan teknologi yang ada,
sehingga ketidakpastian yang terjadi semakin besar. Dengan fakta-fakta tersebut alternatif pengelolaan perikanan yang dapat diterapkan, antara lain :
1 Menggunakan bantuan teknologi seperti GPS Global Positioning System, serta memanfaatkan informasi yang disediakan oleh LAPAN Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional mengenai zona potensi penangkapan ikan ZPPI untuk nelayan Kabupaten Garut.
2 Perbaikan pencatatan data produksi dan nilai produksi seluruh jenis sumberdaya ikan yang tertangkap di perairan selatan Garut.
3 Perbaikan sarana dan prasarana terkait kegiatan perikanan. 4 Memperbarui armada tangkap yaitu dengan kapal besar yang dapat
menempuh perjalanan jauh hingga wilayah ZEE sehingga hasil tangkapan dapat optimum.
5 Penghapusan perda mengenai penghentian kegiatan pelelangan di TPI Cilauteureun, karena dengan tidak adanya kegiatan pelelangan tidak
beroperasinya TPI, maka akan mempengaruhi kesejahteraan nelayan serta keadaan sumberdaya yang ada.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama bulan Maret-April 2010, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Fluktuasi yang terjadi terhadap hasil tangkapan dan harga ikan tongkol menunjukkan tingginya ketidakpastian dalam kegiatan perikanan tangkap.
2. Wilayah sebaran penangkapan ikan tongkol terletak di sekitar 7° dan 8° LS perairan selatan Garut. Kondisi ini disebabkan oleh keadaan armada,
teknologi, kemampuan, serta keadaan alam perairan selatan yang memiliki ombak dan angin yang besar.
3. Musim puncak hasil tangkapan ikan tongkol terjadi sekitar bulan Juni- September.
4. Pola peramalan yang dilakukan menggunakan simulasi Monte Carlo jelas menunjukkan tingginya ketidakpastian yang terjadi terhadap usaha
perikanan tongkol di Cilauteureun, Garut. Pada umumnya hal tersebut dipengaruhi oleh armada, teknologi serta alam perairan selatan.
5. Kurangnya kontribusi pemerintah secara langsung dalam mengelola kegiatan perikanan mengakibatkan sumberdaya ikan tongkol belum
termanfaatkan secara optimal.
5.2. Saran 1. Masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu bekerja sama dalam
melakukan upaya pengelolaan terhadap sumberdaya yang ada di perairan selatan Garut sehingga produksi optimum dan kelestarian dapat terjaga.
2. Perlu dilakukan studi mengenai pola migrasi ikan tongkol Auxis thazard untuk mengetahui musim tangkapan yang baik di Cilauteureun.
3. Perlu dilakukan studi mengenai jejaring makanan ikan tongkol. 4. Kajian ketidakpastian ikan tongkol pada musim penangkapan.