Kesempatan Kerja Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Tabel 16. Penduduk Menurut Kepemilikan dan Penguasaan Rumah Tangga di Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 dalam Persen. Kepemilikan dan penguasaan Kampung Dalam Kampung Luar C. Ujung

G. Leutik Ciheleut Hulurawa

Lahan Luas 2 6,7 1 3,3 12 40 Sempit 28 9,3 30 100 29 96,7 18 60 Luas Rumah Luas 19 63,3 14 46,7 15 50 19 63,3 Sempit 11 35,7 16 53,3 15 50 11 36,7 Kondisi Rumah Layak 18 60 15 50 21 70 24 80 Tidak layak 12 40 15 50 9 30 6 20 Barang Berharga Banyak 10 33,3 12 40 15 50 24 80 Sedikit 20 66,7 18 60 15 50 6 20 Hewan ternak Banyak 3 10 2 6,7 6 20 18 60 Sedikit 27 90 28 93,3 24 80 12 40

5.2 Kesempatan Kerja Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Pada penduduk usia produktif Usia 15 + tahun lebih terlihat keragaman kesempatan pekerjaan penduduk kampung Cimulang Ujung, Ciheleut, Gunung Leutik dan Hulurawa. Secara umum penduduk perempuan usia produktif pada Kampung Dalam maupun Kampung Luar sedikit yang terlibat dalam kegiatan kerja produktif. Mayoritas perempuan menjadi ibu rumah tangga atau pengangguran lihat Tabel 12. Penduduk laki-laki usia produktif Kampung Dalam dan Kampung Luar lebih banyak bekerja di sektor non pertanian tersier kemudian pertanian pangan dan perikanan. Tabel 17. Kesempatan Kerja Perempuan dan Laki-Laki Usia 15 Tahun ke atas di Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 dalam Persen. Kesempatan Kerja Kampung Dalam Kampung Luar C. Ujung

G. Leutik Ciheleut

Hulurawa PR LK PR LK PR LK PR LK Pertanian pangan dan perikanan 2,7 10,7 4,8 17,7 4,3 6 46 Pertanian-Perkebunan 6,7 4,8 4,3 Non Pertanian Sekunder 4 3,2 8,1 4,3 14,3 2 8 Non Pertanian tersier 14,7 61,3 8,1 53,2 15,7 57,1 2 36 Jumlah 100 100 100 100 Keterangan : PR = Perempuan, LK = Laki-laki Kesempatan kerja pertanian-perkebunan paling kecil dibandingkan kesempatan kerja lain. Tidak adaPerempuan usia produktif yang bekerja di sektor pertanian – perkebunan. Kampung Hulurawa bahkan tidak terdapat penduduk laki-laki ataupun perempuan yang bekerja di pertanian non pangan. Hal tersebut ditegaskan oleh tokoh masyarakat yang mengatakan: “penduduk kampung hampir tidak ada yang bekerja di perkebunan. Pekerja tetap perkebunan adalah penduduk luar desa, kalaupun ada itupun sangat sedikit. Dari pada kerja diperkebunan yang gajinya 8000hari kerja tapi tidak setiap hari kerja lebih baik kerja jadi buruh pertanian jambu atau sayur gajinya 15.000hari jam kerjanya juga lebih sedikit. ”Bapak Maja, Ketua RT Hulurawa Kesempatan kerja penduduk Hulurawa di bidang pertanian pangan dan perikanan paling menonjol dibandingkan dengan desa-desa lain. Luas lahan pertaniansawah di Desa Bantar Sari yaitu 60,9 hektar, dari luas lahan tersebut lebih dari 60 persen berada di kampung Hulurawa Data Desa Tahun 2010. Kampung Gunung Leutik yang berada di desa yang sama tetapi letaknya di dalam perkebunan tidak memiliki lahan pertanian. Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan penduduk 18 persen laki-laki dan 5 persen perempuan Gunung Leutik bekerja di sektor pertanian pangan dan perikanan, persentasi lebih besar dibandingkan Cimulang Ujung. Pekerjaan tersebut diperoleh dari Kampung Hulurawa yang jaraknya sekitar 3 Km dari kampung mereka. Pekerjaan yang didapat oleh laki- laki dan perempuan semuanya sebagai buruh sedangkan pemilik lahan adalah penduduk kampung Hulurawa. Kondisi desa yang tertinggal dan terletak di tengah perkebunan membuat penduduk dalam perkebunan berusaha lebih kuat dibandingkan penduduk di luar perkebunan. Terlihat persentase penduduk dari Kampung Gunung Leutik yang bekerja di pabrik hampir sama dengan Kampung Luar. Mereka bekerja sebagai pembantu atau pegawai dapur pabrik. Tidak ada pilihan lain untuk tetap bertahan di pabrik tersebut meskipun usia mereka telah lanjut. Menurut Ibu Mina yang telah bekerja selama 30 tahun di pabrik X, ibu Mina sulit untuk meninggalkan pekerjaan tersebut karena tidak ada pilihan lain terlebih sebagai wanita kepala rumah tangga yang memiliki 13 anak. Nasib Ibu Saini tidak begitu baik setelah 3 kali menikah dia ditinggal pergi oleh suami tetapi harus merawat anak seorang diri. Berikut penuturan Ibu Saini : “meskipun harus pulang 2 minggu sekali dan menitipakan anak- anaknya kepada tetangga ataupun kepada anak yang lebih tua harus saya lakukan karena sebagai janda dan tidak ada yang bisa diandalkan di kampung ini. Yang muda dan sehat saja sulit mencari kerja contohnya anak-anak saya. Jadi perlu berpikir seribu kali buat keluar dari pabrik. ” Ibu Mina, Penduduk Kampung Gunung Leutik Laki-laki lanjut usia di atas 55 tahun di Kampung Dalam perkebunan masih ada yang bekerja di bidang pertanian pangan dan perikanan. Demi alasan ekonomi mereka bekerja keluar kampung sebagai buruh pertanian. Penduduk Kampung Gunung Leutik bekerja sebagai buruh pertanian sayuran dan buah jambu ke kampung Hulurawa, sedangkan penduduk Kampung Cimulang Ujung pun bekerja sebagai buruh pertanian padi dan sayuran di luar desa yaitu ke Desa Rancabungur dan Mekarsari. Penduduk Cimulang Ujung lebih memilih bekerja ke luar desa untuk pertanian karena lahan pertanian di desanya sudah tidak memadai selain itu jarak desa-desa tersebut lebih dekat dibandingkan wilayah pertanian di desanya. Dapat disimpulkan kesempatan kerja untuk laki-laki dan perempuan berbeda di bidang pertanian pangan dan perikanan, pertanian-perkebunan, non pertanian sekunder dan non pertanian tersier. Lebih banyak laki-laki yang terlibat dalam kegiatan produktif sedangkan perempuan lebih dominan di sektor domestik. Perempuan yang terlibat di sektor produktif mayoritas melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sektor domestik, missal; menjadi pembantu rumahh tangga, dan membersihkan rumput. 5.3 Kesempatan Kerja Penduduk Berdasarkan Perubahan Antar Waktu Sebelum komoditas sawit dan setelah komoditas sawit Perubahan komoditas karet ke komoditas sawit perkebunan PTPN VIII memiliki dampak nyata pada kesempatan kerja penduduk pinggir perkebunan yaitu Kampung Cimulang Ujung, Kampung Ciheleut, Kampung Gunung Leutik dan Kampung Hulurawa. Perubahan kesempatan kerja ditunjukkan dengan ragam pekerjaan yang dimiliki penduduk sebelum dan setelah komoditas sawit. Perubahan ragam pekerjaan tersebut dapat dilihat pada laki-laki dan perempuan. hasil yang ditunjukkan merupakan persentasi perubahan jumlah individu bekerja dari total masing-masing di kampung. Persentasi hasil dari setiap kampung dibandingkan dengan kampung lain, sehingga menunjukkan perbandingan kesempatan kerja berdasrkan jenis kelamin di berbagai sektor. Kampung yang lebih dekat dengan perkebunan lebih banyak yang bekerja di perkebunan dibandingkan dengan kampung yang berada jauh dari perkebunan. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 18. Kampung Gunung Leutik dan Cimulang Ujung yang berada di tengah perkebunan sekitar 30 persen dari responden dulunya bekerja di perkebunan. Posisi Ciheleut di pinggir perkebunan dan dekat kantor perkebunan tidak mampu menarik kesempatan kerja pertanian-perkebunan lebih besar dibandingkan kampung Cimulang Ujung yang berada didalam perkebunan. Perbedaan terlihat jelas pada perubahan kesempatan kerja perempuan setelah konvenrsi komoditas sawit. Hampir semua kampung tidak ada yang bekerja di perkebunan. Menurut informan hal tersebut terjadi karena jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sawit lebih sedikit meski luas afdeling meningkat komoditas karet 1 afdeling 50 Ha sedangkan sawit 1 Afdeling 500 hektar, perubahan pola pekerjaan menjadi borongan atau pekerja harian lepas, serta anggapan kerja di perkebunan sawit terlalu berat untuk perempuan. Tabel 18. Kesempatan Kerja Perempuan Sebelum dan Setelah Sawit di Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 dalam Persen. Kesempatan Kerja Kampung Dalam Kampung Luar C. Ujung

G. Leutik Ciheleut

Hulurawa sblm Stlh sblm stlh sblm stlh sblm stlh Pertanian pangan dan perikanan 30,8 50 6,3 30 40 Pertanian-Perkebunan 30,8 31,1 6,3 Non Pertanian Sekunder 7,7 6,3 6,3 10 Non Pertanian tersier 15,4 46,2 18,8 25 12,5 56,3 50 40 Lain-lain 38,5 15,4 37,5 18,8 50 31,3 50 10 sekolah 15,4 12,5 31,3 10 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 Keterangan : Sblm = Sebelum penanaman sawit Tahun 200, Stlh = Setelah penanaman sawit setelah Tahun 2000 Mengalami penurunan kesempatan kerja di pertanian perkebunan tetapi kesempatan kerja perempuan meningkat di bidang pertanian pangan dan perikanan. Penduduk dalam perkebunan bekerja ke luar kampung menjadi buruh pertanian ke kampung lain bahkan ke desa lain. Jumlah perempuan yang sekolah tidak ada setelah komoditas sawit ini menunjukkan bahwa perempuan telah masuk dalam pekerjaan atau menjadi ibu rumah tangga. Tetapi jumlah “lain-lain” Ibu rumah tangga mengalami penurunan di semua kampung hal tersebut menunjukkan perempuan yang bekerja mengalami peningkatan. Kesempatan kerja perempuan tersebar di berbagai bidang terkecuali bidang pertanian-perkebunan. Seperti yang diungkapkan oleh keluarga bapak Atang, dulunya di kampung Cimulang Ujung banyak perempuan bekerja di perkebunan karet bahkan sebagai pegawai tetap. Tetapi karena mereka dianggap sudah tua dan keterampilan yang dimiliki tidak memadai mereka tidak dipakai lagi sebagai pekerja perkebunan sawit. Padahal saat komoditas sawit perempuan-perempuan tersebut selain bekerja di perkebunan mereka juga bisa menanam singkong di dalam perkebunan, hal tersebut tidak dapat dilakukan lagi. Mayoritas perempuan-perempuan pekerja perkebunan dulu menjadi pengrajin sapu lidi non pertanian tersier untuk dijual ke tengkulak dan memunguti pelepah sawit untuk digunakan sendiri sebagai bahan bakar atau dijual ke tengkulak. Tabel 19. Kesempatan Kerja Laki-Laki Sebelum dan Setelah Sawit di Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 dalam Persen. Kesempatan Kerja Kampung Dalam Kampung Luar C. Ujung

G. Leutik Ciheleut

Hulurawa sblm Stlh sblm stlh sblm stlh sblm stlh Pertanian pangan dan perikanan 15 32,4 10,3 8,6 13,2 50 Pertanian-Perkebunan 17,5 24,5 5,9 8,6 8,6 Non Pertanian Sekunder 30 65 41,2 53 22,4 55,2 36,8 Non Pertanian tersier 12,5 25 17,6 8,8 25,9 10,3 13,2 44,7 Lain-lain 12,5 25 17,6 8,8 25,9 10,3 13,2 5,3 sekolah 22,5 14,7 27,6 15,8 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 Keterangan : Sblm = Sebelum penanaman sawit Tahun 200, Stlh = Setelah penanaman sawit setelah Tahun 2000 Berdasarkan Tabel 19, kesempatan kerja laki-laki di bidang pertanian- perkebunan tidak jauh berbeda dengan perempuan. Kesempatan kerja pertanian- perkebunan mengalami penurunan dan yang masih bekerja di perkebunan hanya yang menetap di kampung yang terletak di dekat perkebunan. Setelah perubahan komoditas sawit kesempatan kerja masyarakat di bidang non pertanian tersier dan pertanian pangan dan perikanan meningkat. Hal tersebut menunjukkan perubahan pekerjaan penduduk yang dahulu di pertanian-perkebunan beralih ke non pertanian tersier dan pertanian pangan dan perikanan. Hal berbeda di temui pada penduduk Kampung Dalam Hulurawa. Sebelum dan setelah sawit penduduk banyak bekerja di sektor pertanian pangan dan perikanan bahkan mengalami peningkatan. Penduduk kampung Hulurawa juga tidak ada yang bekerja di sektor pertanian-perkebunan bahkan sejak sebelum sawit. Berikut penuturan responden mengenai hal tersebut: “ Dulu saya bekerja di pabrik kimia Jakarta bahkan telah menjadi kepala bagian. Tetapi suatu hari saya berpikir untuk berhenti dan kembali ke desa menjadi petani. Saya berpikir untuk apa gaji besar tetapi di umur yang belum cukup tua uang saya akan habis untuk biaya pengobatan akibat akumulasi bahan kimia. Saya sangat sedih melihat kondisi rekan-rekan yang banyak mengidap penyakit dan mati muda akibat akumulasi bahan kimia. Akhirnya saya memutuskan kembali menjadi petani dengan pikiran dulu orang tua saya bisa hidup makmur dan mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat pendidikan tinggi hanya sebagai petani. Mereka juga sangat menikmati masa tua mereka.” Bapak Safrudin, Petani Hulurawa “ Dulu saya pernah bekerja di garmen dan pabrik roti tapi setelah 10 tahun bekerja tidak ada yang bisa kumpulkan untuk ditabung. Hanya mampu untuk menyewa 800 m 2 sawah. Kemudian saya memperoleh pinjaman dari keluarga istri saya yang kemudian digunakan untuk menyewa sawah. Semakin luas lahan yang saya kuasai secara bertahap keluar dari pabrik. Hingga sampai saat ini saya memiliki 17 Ha lahan yang diperoleh dari gadai, sewa dan membeli. Selain lahan tersebut keuntungan dari pertanian saya mampu membuat kolam renang seluas ± 1 Ha sebagai media rekreasi penduduk desa dan telah memiliki rumah yang cukup layak “ Bapak Sohip, Petani Hulurawa Secara umum perubahan kesempatan kerja penduduk perempuan dan laki- laki Kampung Dalam dan luar perkebunan dapat dilihat dari Tabel 18 dan 19. Namun yang perlu diingat adalah kesempatan kerja penduduk sangat dinamis sehingga selain kesempatan kerja yang telah ditunjukkan diatas hanya pekerjaan utama dari masing-masing individu. Beberapa pekerjaan sampingan dan tidak tetap masyarakat lakukan untuk mempertahankan dan mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA