4.2.1 Kondisi Geografi
Kampung Dalam dan Kampung Luar secara umum dibedakan atas lokasi kampung dengan perkebunan, tetapi perbedaan Kampung Dalam dan Kampung
Luar juga dapat dilihat berdasarkan kondisi geografi meliputi jarak pusat pemerintahan, wilayah administratif, jumlah KK, Jumlah Rumah Tangga, dan luas
wilayah. Kampung Dalam berada lebih jauh dibandingkan Kampung Luar dengan pusat pemerintahan dengan jumlah wilayah administratif hampir sama. Jumlah
Kepala Keluarga tidak menggambarkan jumlah rumah tangga di masing-masing kampung. Cimulang ujung lebih memiliki lebih banyak empangsitu 3 buah
dibandingkan kampung lain, sedangkan Hulurawa memiliki lahan pertanian lebih luas dibandingkan kampung-kampung lain. Tabel 7 berikut akan menunjukkan
perbedaan lebih rinci dari keempat kampung tersebut. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Kondisi Geografi di
Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 dalam Persen.
Kondisi Geografi Kampung
Kampung Dalam Kampung Luar
Cimulang Ujung
Gunung Leutik
Ciheleut Hulurawa
Jarak ke…. Km
a. Kantor desa 1-2
3-4 0-1
0-1 b. Kantor
kecamatan 1-2
4-5 3-4
5-6
Wilyah administratif unit
a. RW 8
1 1
1 b. RT
2 4
3 4
Jarak Ke Jalan Kabupaten Km
1-2 1-2
0-1 0-1
Akses Fasilitas Transportasi Publik
Sulit Sulit
Mudah Mudah
Persentase luas Kampung Dalam
Perkebunan 100
100 35
10
Luas kampung diluar perkebunan
11 Ha 4,2 Ha
4,7 Ha 34,8 Ha
a. lahan kering 59
95 84
57 b. lahan sawah
7 5
12 43
c. empangsitu 34
4
Sumber: Rekap Data Ketua Rukun Warga 2010
4.2.2 Kondisi Sosial
Jumlah Penduduk Kampung Dalam dan Kampuung Luar perkebunan relatif hampir sama, terutama untuk kampung G. Leutik memiliki kemiripan
dengan Kampung Luar perkebunan bila dibandingkan dengan Cimulang Ujung. Penduduk kedua desa hampir seluruhnya beragama Islam 99 persen dan suku
Sunda 85 persen. Tabel 8 dan 9 berikut menunjukkan gambaran lebih rinci kondisi sosial penduduk di keempat kampung tersebut.
Tabel 8. Penduduk Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 dalam Persen.
Penduduk Kampung Dalam
Bantar Sari Cimulang
Ujung Jiwa
Gunung Leutik
Jiwa Ciheleut
Jiwa Hulurawa
Jiwa Jumlah Kepala
Keluarga KK 136
259 286
257
Jumlah Rumah Tangga unit
113 194
273 236
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 228
46,44 436
45.04 511
50.90 505
49.12 Perempuan
263 53.56
532 54.96
497 49.10
523 50.88
Total 491
100 968
100 1004
100 1028
100
Sumber: Rekap Data Ketua Rukun warga 2010
Secara umum karakteristik jumlah kelompok umur penduduk Gunung Leutik lebih mirip dengan penduduk Kampung Luar dibandingkan Cimulang
Ujung. Hal tersebut ditunjukkan dengan proporsi jumlah penduduk usia 15
+
tahun yang hampir sama, sedangkan Cimulang Ujung memiliki karakteristik yang
berkebalikan pada usia 15
+
tahun tersebut. Jadi lebih terlihat secara karakteristik umur masyarakat Gunung Leutik lebih mirip dengan Kampung Luar.
Tabel 9. Penduduk menurut Kelompok Umur di Kampung Dalam Dan Luar, Tahun 2011 dalam Persen.
Golongan Umur
Tahun Kampung Dalam
Kampung Luar Cimulang
Ujung G. Leutik
Ciheleu t
Hulurawa
0-14 16
18 11
9 15-29
27 33
31 35
30-44 30
25 27
28 45-59
19 20
23 26
≥ 60 8
4 8
2
Ʃ 100
100 100
100
Sumber: Data Rukun warga 2010
Pendidikan rata-rata penduduk di Kampung Dalam adalah tingkat Sekolah Dasar SD lebih rendah dibandingkan penduduk di Kampung Luar yang
rata-rata SMA bahkan kuliah meskipun ongkos yang harus dikeluarkan lebih besar dari pada biaya sekolah mereka15 ribuhari pp Cimulang-Bogor. Ongkos
dari Hulurawa ke kota lebih murah dibandingkan dari Cimulang, karena posisi kampung yang dekat dengan jalan kabupaten. Penduduk kampung Ciheulet sering
mendapatkan pelatihan keterampilan dan kewirausahaan sehingga menambah keterampilan dan kesempatan kerja mereka. Saat ini di Kampung Dalam telah ada
kemajuan dengan adanya sekolah Madrasah Aliyah dan Sekolah Dasar yang letaknya berdekatan dengan kantor desa. Selama ini belum pernah ada pelatihan
kewirusahaan atau keterampilan untuk penduduk yang menjangkau lokasi tersebut.
4.2.3 Kondisi Ekonomi Penduduk Kampung Luar Ciheleut dan Hulurawa dan kampung Dalam
Cimulang ujung dan Gunung Leutik memiliki perbedaan dalam pekerjaan penduduk secara umum. Penduduk Kampung Dalam kampung memiliki ragam
pekerjaan lebih sedikit dibandingkan penduduk perkebunan. Jumlah pekerja serabutan dan pengangguran lebih tinggi pada penduduk Kampung Dalam
perkebunan. Penduduk Kampung Luar lebih banyakyang bekerja di bidang jasa serta pertanian pangan dan perikanan dibandingkan penduduk dalam perkebunan.
Namun di kedua lokasi tersebut jumlah masyarakat yang bekerja di perkebunan sedikit.
Persen angkatan kerja dari total penduduk Kampung Dalam yaitu Cimulang Ujung 41,99 persen dan Gunung Leutik 52,08 persen, sedangkan
Kampung Luar yaitu Ciheleut 70,28 persen dan Hulurawa 69,81 persen. Junlah penduduk bukan angkatan kerja yaitu Cimulang unjung 58,01 persen, Gunung
Leutik 47,92 persen, Ciheleut 29,47 persen, dan Hulurawa 27,7 persen. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan penduduk Kampung Luar lebih banyak
yang memiliki kegiatan bila dibandingkan masyarakat Kampung Dalam perkebunan.
Tabel 10. Penduduk Usia 15 ke Atas menurut Jenis Mata Pencaharian di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011dalam Persen.
Jenis Mata Pencaharian
Kampung Dalam Kampung Luar
Cimulang Ujung
G. Leutik
Ciheleut Hulurawa
Angkatan Kerja
a. Pertanian 17,56
13,54 15,73
26,87 b. Perkebunan
14,50 2,43
3,15 0,28
c. Pabrik 1,53
5,21 5,25
3,60 d. Jasa
8,40 30,90
46,15 39,06
Bukan Angkatan Kerja
a. Sekolah 6,87
4,86 8,84
6,37 b. Ibu Rumah
tangga 39,69
35,07 18,88
21,05 c. Lain-lain
11,45 7,99
1,75 0,28
Jumlah 100
100 100
100
Sumber: Rekap Data Ketua Rukun warga 2010
Dari penduduk Cimulang Ujung hanya dua orang KK yang bekerja sebagai PNS dan 3 orang KK yang bekerja di perkebunan 1 mandor dan 2 harian
tetap. Hampir semua tenaga kerja Cimulang Ujung menjadi buruh di kota dan buruh pertanian. Kampung ini juga biasa menjadi buruh pertanian ke desa yang
berbatasan dengan Desa Mekar Sari dan Rancak Bungur terlebih ketika tidak ada pekerjaan menjadi buruh bangunan keluar kampung. Adanya 3 situdanau di
Kampung Cimulang Ujung yang jaraknya berdekatan, menjadi sumber mata
pencaharian bagi keluarga yang memiliki lahan dengan membuat empang sebagai petani ikan. Khususnya penduduk RT 2 banyak yang bekerja baik sebagai pemilik
empang maupun buruh. Namun jumlah air setiap tahun mengalami penurunan. Di kampung lain biasanya bila 1 bulan tidak turun hujan maka penduduk akan
mencari air ke kampung Cimulang Ujung Penduduk Kampung Gunung Leutik hanya 3 orang yang bekerja sebagai
mandor perkebunan sisanya bekerja serabutan, tetapi tidak ada penduduk yang bekerja sebagai buruh harian lepas perkebunan. Kondisi kampung diperparah
dengan tidak ada fasilitas jalan kecamatan. Beberapa jalan setapak hanya mampu dilalui motor, tetapi juga tidak ada sumber daya alam yang bisa diandalkan seperti
situ dan empang dan hanya terdapat sedikit lahan pertanian. Penduduk yang bekerja di pertanian biasanya bekerja ke luar kampung. Banyak penduduk desa
yang mengganggur karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk bekerja ke kota sama dengan penghasilan yang mereka dapat seperti buruh bangunan atau
penjaga toko. Tahun ini Kampung Gunung Leutik mendapatkan proyek pembangunan jalan paving jalan dari PNPM dan bantuan mandiri oleh seorang
pendatang untuk membangun jalan di dalam kampung. Meskipun lebar jalan tersebut hanya sekitar 0,75 meter, hal tersebut sangat mempermudah mobilitas
penduduk terlebih di musim penghujan. Tidak setenang Kampung Cimulang, kampung ini sering bergejolak dengan perusahaan . Salah satunya akibat ulah
penduduk yang suka mencuri sawit dan memindahkan batas perkebunan sehingga perusahaan merasa dirugikan. Kampung ini pernah melakukan demo terhadap
perusahaan tahun 1998, 2001,2002 karena upah dan perlengkapan kerja yang diberikan sangat minim. Namun demo tidak berlanjut semenjak para penggerak
demo dijadikan pekerja tetap perkebunan. Kondisi ekonomi penduduk di Kampung Ciheleut ini terlihat jauh lebih
baik dari Kampung Hulurawa. Penduduk Kampung Ciheleut yang bekerja di perkebunan lebih banyak dibandingkan penduduk Kampung Hulurawa 3orang
dibanding 1 orang sebagai mandor . 20 Kepala Keluarga K K sebagai Pegawai Negeri Sipil dan sisanya adalah buruh, petani dan pekerja serabutan lain. Namun
hampir semua yang bekerja sebagai PNS dan mandor perkebunan bukan merupakan orang asli Kampung Ciheleut. Pelatihan-pelatihan tidak hanya
melibatkan laki-laki tetapi juga wanita sering dilibatkan. Hasilnya di Desa Cimulang terdapat petani jamur yang memiliki pekerja dari penduduk desa
sendiri. Selain itu, penduduk Kampung Ciheleut dan Hulurawa sering memperoleh pinjaman uangmodal untuk usaha dan beberapa bantuan lain untuk
meningkatkan ekonomi penduduk. Mudahnya akses untuk ke luar kampung menjadi salah satu penyebab penduduk bekerja ke luar desa. Apabila salah satu
warga bekerja di suatu dinas, maka kampung sering mendapatkan program- program dari dinas tersebut.
Sebagian besar penduduk Kampung Hulurawa bekerja di sektor pertanian karena lahan pertanian masih cukup luas. Komoditas tanaman pertanian adalah
sayuran. Padi tidak banyak ditanam karena sulit memenuhi kebutuhan air sehingga penduduk beralih dari padi ke sayur meskipun tidak semenguntungkan
bertanam padi. Tidak ada penduduk yang bekerja di sektor perkebunan. Pekerjaan penduduk kampung Hulurawa adalah buruh pabrik, buruh bangunan, PNS, Polisi
dan pengusaha. Hulurawa meskipun tidak dilalui sarana transportasi angkot, kualitas jalan desa baik dan terletak dekat jalan kabupaten sehingga mudah
dijangkau.
4.3 Sejarah Desa dan Perkebunan