Teknik penangkapan Alat Tangkap Perangkap Traps

oleh bubu yang akan dijadikan sebagai daerah penangkapan. Pemasangannya ada yang dipasang satu persatu dan secara berantai sistem rawai. Bubu adalah alat tangkap yang cara pengoperasiannya bersifat pasif yaitu dengan cara menarik perhatian ikan agar masuk kedalamnya. Prinsip penangkapan ikan menggunakan bubu adalah membuat ikan dapat masuk dan tidak dapat keluar dari bubu Sainsbury 1996. Bubu dan jaring penghalang barrier net adalah jenis-jenis alat tangkap yang sebenarnya sudah digunakan oleh nelayan sejak lama. Mereka banyak ditinggalkan sejak digunakannya sianida pada perikanan karang dan pukat harimau pada perikanan laut dalam yang menjanjikan kemudahan pengoperasian dan hasil tangkapan yang berlipat ganda. Upaya menggalakkan kembali alat-alat tangkap ini tidak semata menganjurkan nelayan kembali ke kondisi dulu, tetapi disertai modifikasi yang bertujuan meningkatkan hasil tangkapan dan tetap mengendalikan dampaknya terhadap kualitas habitat Widyaningsih 2004.

2.3 Capaian Penelitian Bubu Sebelumnya

Penelitian tentang perikanan bubu telah banyak dilakukan hingga saat ini, antara lain mengenai: 1 Studi tentang pengaruh pemasangan leader net terhadap hasil tangkapan dan tinjauan tingkah laku ikan karang pada alat tangkap bubu sayap Mawardi, 1998. Pada penelitian ini menunjukkan hasil tangkapan bubu sayap dengan Leader net DL dan bubu sayap tanpa Leader net TL berbeda nyata. Demikian pula hasil tangkapan bubu sayap DL siang dan bubu sayap TL malam hari berbeda nyata. Berbeda dengan hasil tangkapan bubu sayap TL tidak memperlihatkan hasil tangkapan yang berbeda nyata antara siang dan malam. Hasil rekaman tingkah laku ikan didapatkan proses dan kuantitas ikan pada saat mendekati dan menjauhi mulut bubu, ikan yang masuk kedalam bubu dan yang berhasil meloloskan diri serta menjauhi bubu. 2 Pengaruh kedalaman dan kontur dasar perairan terhadap hasil tangkapan kakap merah Lutjanus malabaricus dalam pengoperasian bubu Urbinas, 2004. Pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat trend kedalaman bahwa semakin dalam perairan, hasil tangkapan semakin tinggi atau sebaliknya semakin dangkal perairan, hasil tangkapan semakin sedikit. Kakap merah lebih banyak tertangkap pada kedalaman 109,6-123,6 m, 53,2- 67,2 m, 67,3-81,3 m, 137,8-151,8 m dan 39,1-53,1 m dengan kontur dasar perairan yang berbukit-bukit. Selain itu, ikan kakap merah memiliki pola penyebaran yang tinggi pada kedalaman 33,1-81,3 m dan 109,6-151,8 m dengan kontur dasar perairan yang berbukit-bukit, sedangkan pola penyebaran rendah terjadi pada kedalaman 81,4-109,5 m dengan kontur dasar perairan yang landai. 3 Perbandingan hasil tangkapan bubu bambu dan bubu lipat Setiawan 2006. Pada penelitian ini menunjukkan jumlah dan berat hasil tangkapan bubu bambu dan bubu lipat tidak berbeda nyata. Bubu lipat lebih efektif untuk menangkap jenis crustacea. 4 Hasil tangkapan dari bubu kawat dan bubu lipat Purnama 2006. Pada penelitian ini menunjukkan jumlah dan berat hasil tangkapan bubu kawat dan bubu lipat tidak berbeda nyata. Bubu lipat dapat digunakan sebagai pengganti bubu kawat dan lebih efektif dalam usaha pemanfaatan sumberdaya ikan maupun biota lainnya. 5 Respon Penciuman ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus terhadap umpan buatan Riyanto 2008. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan jenis umpan dan waktu perendaman siang dan malam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan. Selain itu juga, umpan alami memiliki efektifitas yang lebuh baik untuk penangkapan ikan kerapu dengan bubu dibandingkan umpan buatan

2.4. Klasifikasi Ikan Karang

Menurut Wiryawan et al. 2002 Ikan karang yang ditemukan di daerah terumbu karang di Sumatera Lampung sebanyak 168 spesies yang berasal dari 28 famili. Menurut Adrim 1993 diacu oleh Nasution 2001 dan Terangi 2004, mengelompokkan ikan karang dalam tiga kategori, yaitu : 1 Kelompok ikan target, yaitu ikan yang mempunyai manfaat sebagai ikan konsumsi, seperti : Famili Serranidae, Lutjanidae, Haemulidae dan Lethrinidae; 2 Kelompok ikan indikator, yaitu ikan karang yang dinyatakan sebagai indikator kelangsungan hidup terumbu karang. Hanya satu famili yang termasuk kelompok ikan indikator yaitu family Chaetodotidae. 3 Kelompok ikan utama mayor, yaitu ikan yang berperan dalam rantai makanan seperti ikan dari famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Labridae, Siganidae, Mullidae dan Apogontidae.