Prinsip pengoperasian bubu yaitu dipasang secara pasif menghadang dan memerangkap ikan. Hal-hal yang membuat ikan tertarik pada bubu
khususnya pada bubu yang tidak menggunakan umpan antara lain : 1 Pergerakan acak ikan;
2 Menganggap bubu sebagai tempat istirahat dan berlindung; 3 Tingkah laku sosial interspesies;
4 Pemasangan; dan 5 Mencari pasangan.
Menurut Martasuganda 2003, secara umum ikan masuk ke dalam bubu karena faktor-faktor berikut :
1 Mencari makan; 2 Mencari tepat berlindung;
3 Mencari tempat beristirahat; dan 4 Sifat thigmotaxis ikan.
Unit penangkapan bubu terdiri atas kapal, alat tangkap bubu dan nelayan. Pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang. Untuk
memudahkan dalam mengetahui tempat pemasangan bubu, biasanya bubu dilengkapi dengan pelampung tanda Subani dan Barus 1989. Posisi peletakan
bubu tanpa menggunakan pelampung tanda, posisi tersebut dicatat dengan menggunakan alat bantu Global Poition System GPS sehingga hanya nelayan
tersebut saja yang mengetahui posisi peletakan bubu. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pencurian hasil tangkapan bubu dan terseretnya bubu oleh
kapal.
2.2.2 Pengoperasian bubu
Subani dan Barus 1989 membedakan bubu menjadi tiga golongan berdasarkan cara pengoperaiannya, yaitu bubu dasar ground fishpot, bubu
apung floating fishpot dan bubu hanyut drifting fishpot. Bubu dasar dapat dioperasikan dengan dua cara, yaitu dipasang secara terpisah, setiap satu bubu
dengan satu tali pelampung atau single traps dan beberapa bubu dirangkaikan menjadi satu dengan menggunakan tali utama, disebut main line traps.
Sumertha dan Soedharma 1975 menjelaskan bahwa penyebaran hidup biota di laut dipengaruhi oleh tingkat kedalaman, arus, pasang surut serta
mempunyai kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu Puslitkan 1991, kakap merah Lutjanus
sanguineus cenderung membentuk gerombolan dengan ukuran yang berbeda
untuk kedalaman perairan yang berbeda. Menurut Gunarso 1985, penyediaan tempat-tempat untuk bersembunyi
maupun berlindung bagi ikan sebagai salah satu jenis pikatan telah lama dipraktekkan orang. Pikatan biasanya digunakan oleh alat yang berbentuk
perangkap. Pada prinsipnya ikan masuk ke dalam perangkap seolah perangkap sebagai tempat berlindung. Konstruksi alat dibuat sedemikian rupa hingga ikan
yang masuk kedalamnya tidak dapat melarikan diri. Mursbahan 1977 menyatakan bahwa ikan banyak terdapat di sekitar rumpon, mungkin karena
rumpon tersebut terlihat oleh ikan sebagai tempat berlindung dari buruan musuhnya. Larger et. al. 1977 menambahkan bahwa reaksi ikan mendekati
bubu disebabkan oleh respon ikan tersebut untuk mencari tempat berlindung. Fluktuasi hasil tangkapan bubu menurut Tiyoso 1979 terjadi karena :
1 Migrasi dan perubahan harian, musiman maupun tahunan dari kelompok ikan;
2 Keragaman ikan di dalam populasi; dan 3 Tepat tidaknya penentuan tempat pemasangan bubu, karena alat tangkap
jenis ini bersifat pasif dan menetap. Menurut Reppie 1989, metode penangkapan dengan alat tangkap bubu
tergantung pada tingkah laku ikan sebagai objek penangkapan dan objek ukuran mata bubu. Metode penangkapan dengan bubu mempunyai beberapa
karakteristik yang memberikan keuntungan yaitu: 1 Pembuatan alat tangkap bubu mudah;
2 Pengoperasiannya mudah; 3 Kesegaran hasil tangkapan bagus; dan
4 Daya tangkap dapat diandalkan dan bisa dioperasikan pada lokasi yang alat tangkap lain tidak mengoperasikannya Monintja dan Martasuganda 1990.
2.2.3 Teknik penangkapan