baik dan tidak cacat. Menurut nelayan bubu kawat di Kabupaten Bangka Selatan, pembuatan rangka bubu biasanya membutuhkan besi sepanjang 14 meter untuk
membuat bubu jaring  sebanyak 1 buah dengan harga Rp. 300.000,00 dengan pemakaian operasi 6 enam-7 tujuh bulan.
a
Gambar 8 a Bubu jaring di Kabupaten Bangka Selatan b Tampak atas bubu jaring c Tampak samping bubu jaring d Rancang bangun mulut bubu
4.2.3  NelayanAnak Buah Kapal ABK
Nelayan bubu dasar di Kabupaten Bangka Selatan pada umumnya hanya mengandalkan kemampuan fisik dan tingkat pendidikan bukan merupakan
keharusan bagi nelayan, namun yang penting adalah keterampilan dan b Tampak Atas
c Tampak Samping
0,45 m 1,55 m
1 m
0,7 m
d 3 inch
0,45 m 0,65 m
semangat kerja. Nelayan tersebut dikategorikan kedalam nelayan kecil, yaitu nelayan yang pendapatan dari hasil operasi penangkapan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nelayan merupakan faktor utama dalam penentuan keberhasilan suatu operasi penangkapan.
Jumlah nelayan yang beroperasi di Kabupaten Bangka Selatan  sekitar 4881  orang, 103 orang diantaranya merupakan nelayan bubu Kabupaten
Bangka Selatan  2006.  Nelayan bubu jaring dan bubu kawat dalam pengoperasiannaya melibatkan 2-4 orang nelayan. Tiap nelayan tidak
mempunyai tugas khusus, dalam arti semua pekerjaan dikerjakan secara bersama-sama  Sebagian besar nelayan bubu jaring berdomisili di kecamatan
Tukak Sadai, Toboali, Simpang Rimba, dan Batu Betumpang, sedangkan untuk nelayan bubu kawat sebagian besar berdomisili di Kecamatan Tukak Sadai dan
Lepar Pongok Lampiran 3 dan Lampiran 4.
4.2.4  Metode pengoperasian bubu
1  Bubu kawat Pengoperasian bubu kawat bersifat pasif berada di dasar perairan.
Pengopersian  bubu kawat di bagi menjadi 4  tahap, yaitu  :  persiapan,  setting, soaking dan hauling.
Tahapan pertama yaitu persiapan perlengkapan alat dan pembekalan. Persiapan yang dilakukan dimulai dari mempersiapkan bubu kawat yang akan
digunakan, pembekalan bagi nelayan, mesin kompresor serta mesin kapal yang akan digunakan. Satu trip pengoperasian unit penangkapan bubu kawat
biasanya dilakukan satu trip dalam 1-2 hari, yaitu pagi hari pada pukul 06.00 – 09.00 WIB. Setelah semua persiapan selesai, lalu nelayan segera menuju fishing
ground  atau daerah penangkapan ikan  Lampiran 1. Jarak dari fishing ground sekitar 1-2 mil, ditempuh selama kurang lebih 30 menit - 1 jam.
Setelah tiba di fishing ground  mesin dimatikan dan jangkar diturunkan, kemudian segera mencari daerah pengoperasian. Nelayan memulai  pencarian
dengan cara menyelam atau snorkling. Penyelaman dilakukan nelayan bubu untuk melihat gerombolan ikan dan pencarian gorong-gorong karang atau biasa
disebut  gosong. Setelah menemukan daerah yang cocok, kemudian nelayan menurunkan selang kompresor sebagai alat bantu pernafasan serta bubu kawat
yang akan dipasang  sebanyak 4 buah untuk  1 kali proses penyelaman. Pengoperasian bubu kawat dimulai dengan pemasangan bubu di dasar perairan
dengan posisi mulut bubu menghadap kearah tempat ikan berlindung. Kemudian bubu kawat ditutupi dengan tumpukan batuan  karang yang sudah mati, kecuali
bagian mulut bubu. Peletakan bubu diletakkan di sekitar artificial coral reef. Peletakan harus diusahakan sedemikian rupa, agar bubu tersebut tidak terbalik.
Gelombang dan arus laut yang besar akan  berpengaruh terhadap kestabilan bubu karena dapat menyebabkan posisi bubu bergeser dan akhirnya
terbalik.  Selanjutnya  setelah pemasangan bubu I selesai diikuti pemasangan bubu kawat yang lainya, dengan jarak 15-100  m antar bubu. Waktu yang
dibutuhkan dalam pemasangan bubu kawat sekitar 3-5 jam. Umpan yang digunakan adalah jenis ikan hidup seperti ikan-ikan  yang
berukuran kecil yang telah disediakan yang tertangkap pada pemasangan sebelumnya ataupun hewan karang yang biasa melalui bagian dalam bubu kawat
tersebut dan menjadi target ikan utama. Gambaran pengoperasian bubu kawat dan tahapan pengoperasian bubu kawat dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Tahap operasional alat tangkap bubu kawat Setelah pemasangan bubu kawat selesai seluruhnya, nelayan mulai
membereskan perlengkapan dan menaikkan jangkar, serta kembali ke fishing base. Bubu kawat yang telah terpasang akan direndam selama 3-5 hari.
c ABK pada saat hauling d Hasil tangkapan bubu  kawat
a Kapal menuju fishing ground b ABK bersiap melakukan setting
Hauling  dilakukan  di atas  perahu pada  pada pagi hari.  Hasil tangkapan dimasukan ke dalam bak penampung ikan. Biasanya setelah proses
pengangkatan, nelayan akan mencari dan memasang bubu kawat kembali jika kondisinya masih baik dan masih ada waktu untuk beropersi. Apabila bubu kawat
mengalami kerusakan, maka nelayan akan kembali ke fishing base untuk memperbaiki bubu tersebut.
2  Bubu jaring Pengoperasian bubu jaring bersifat pasif berada di dasar perairan.  Setelah
kapal berlayar selama 1,5-3 jam dan tiba di fishing ground  Lampiran 2 yang berjarak antara 7-14 mil, maka setting dimulai dengan menununggu aba-aba dari
nahkoda kapal sambil merekam posisi bubu pada GPS, setelah aba-aba diberikan, maka ABK  siap menjatuhkan  bubu pertama  diawali dengan
mengulurkan tali utama dilanjutkan dengan tali cabang kemudian bubu I tanpa perlu melakukan penyelaman ke dasar perairan  guna membantu proses
peletakannya, kemudian menjatuhkan bubu kedua juga setelah ada aba-aba dari nahkoda kapal sambil merekam posisi bubu pada GPS juga, untuk satu
rangkaian bubu. Tahapan pengoperasian bubu jaring dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Tahap operasional alat tangkap bubu jaring c ABK bersiap untuk menjatuhkan
pengait pada saat hauling d Hasil tangkapan bubu jaring
a  Kapal menuju fishing ground b Penurunan bubu kawat
Umpan yang digunakan pada bubu jaring adalah jenis ikan hidup yang telah tertangkap pada pemasangan sebelumnya seperti ikan-ikan yang menjadi
target ikan utama ikan karang. Selain itu juga, hewan karang dan tumbuhan laut seperti alga  yang biasa melalui bagian dalam bubu jaring tersebut juga  bisa
menjadi umpan  pada penangkapan dengan menggunakan alat tangkap bubu jaring.
Pada proses peletakan bubu ini diusahakan agar funnel  saling berhadapan.  Hal ini dilakukan pada semua rangkaian bubu pada semua
perlakuan dua, tiga, empat dan lima hari. Proses  setting  untuk satu rangkaian bubu berlangsung selama 5-10
menit.  Setelah semua bubu diletakkan,  bubu direndam selama 3-5 hari. Proses hauling  sama untuk semua perlakuan  bubu, yaitu mula-mula dengan
mempersiapkan  gancu, yang digunakan untuk mengait tali antara bubu bambu dengan bubu jaring di dasar perairan.
Setelah tiba di lokasi peletakan bubu, maka nahkoda  kapal memberikan aba-aba kepada ABK untuk menjatuhkan gancu. Alat bantu ini dijatuhkan antara
bubu bambu dan bubu jaring, kemudian nahkoda kapal menjalankan kapal secara perlahan diantara bubu, sambil sesekali melihat ke GPS dan ABK.
Apabila dirasa gancu telah tersangkut tali bubu, maka ABK memberikan aba-aba kepada nahkoda untuk menghentikan kapal mesin kapal tetap hidup dan proses
hauling pun dilakukan dengan menarik tali gancu tersebut. Tarikan demi tarikan  dilakukan oleh ABK hingga gancu  sampai di atas
kapal, setelah itu  maka giliran tali bubu main line diangkat dan diletakkan melintang pada kapal. Kemudian kapal menyisir main line  pada salah satu sisi
kapal untuk memperpendek jarak bubu. Apabila diperkirakan jarak bubu hampir dekat dengan kapal, maka ABK
mulai menarik  main line  hingga bubu naik ke kapal.  Apabila bubu jaring telah terlihat, maka seluruh ABK membantu menaikkan bubu ke atas kapal secara
bersamaan. Pada saat pengangkatan bubu, kapal mengalami ketidakstabilan dikarenakan beban yang ditimbulkan akibat proses pengangkatan bubu.
Setelah bubu naik ke kapal maka dilakukan proses pengeluaran hasil tangkapan. Proses hauling  ini dapat berlangsung selama 20-30 menit. Hauling
dilakukan sebanyak 5  lima kali dan dinyatakan sebagai  5  lima  kali ulangan. Masing-masing perlakuan lama perendaman tiga hari, empat hari dan lima hari
melakukan 5 lima kali ulangan.
Setelah proses hauling  selesai dilakukan, maka kapal kembali menuju fishing base.  Hasil tangkapan tersebut diusahakan agar tetap hidup karena
memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan ikan hasil tangkapan yang telah mati. Hasil tangkapan langsung dimasukkan ke dalam  palkah yang
telah diisi air laut.   Pencatatan semua hasil tangkapan dilakukan setelah kapal tiba di fishing base  pukul 16.00  WIB  -  18.00 WIB,  yang  meliputi jenis, jumlah
ekor, berat kg hasil tangkapan.
4.3 Hasil Tangkapan