Pada umumnya nilai B yang tidak besar dapat memudahkan kapal dalam melakukan penangkapan dengan stabil, karena dengan bentuk kapal yang
ramping dan panjang serta tinggi yang tidak terlalu besar, maka tidak membebani kapal saat penarikan alat tangkap. Nilai H tidak boleh terlalu besar, karena akan
menghambat laju perahu. Menurut Zarochman 1996, untuk ukuran dimensi utama kapal tersebut sesuai dengan yang diisyaratkan untuk kapal yang memiliki
panjang 18 meter harus memiliki syarat LB 4,5; LH = 10,0; dan BH = 2,10. Berdasarkan perhitungan di atas, perahu dengan alat tangkap bubu dasar
dengan material terbuat dari kawat dan jaring memenuhi syarat untuk operasi penangkapan.
Kapal yang digunakan untuk pengoperasian bubu dasar memiliki ruang di atas dek. Posisi ruang mesin berada di bawah dek di bagian tengah kapal. Kapal
bubu dilengkapi dengan tiang-tiang penyangga disisi kanan kiri kapal yang digunakan untuk membentangkan atap apabila hujan datang yang terbuat kayu.
Apabila kapal membawa bubu dasar, bubu tersebut diletakkan di atas atap atau di bagian haluan kapal. Palka pada kapal bubu dasar berada di bagian haluan
kapal beserta dengan keranjang-keranjangnya. Perbekalan biasanya diletakkan di bagian buritan kapal didekat pengemudi, sedangkan solar minyak tanah dan
oli diletakkan di bawah lantai dek dan beberapa perlengkapan lainnya. Kapal penangkap ikan karang dengan alat tangkap bubu dasar
menggunakan mesin inboard dengan bahan bakar solar. Sebagai mesin utama mesin penggerak umumnya menggunakan mesin PS 120 dan Dongfeng 20 HP
yang berjumlah 1 buah yang berdaya 24 -60 PK. Gross ton yang digunakan 10 GT.
4.2.2 Alat tangkap
Trend pengembangan teknologi penangkapan ikan ditekankan pada teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan dengan harapan dapat
memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan Arimoto et al. 1999. Sesuai dengan kondisi perairan yang relatif berkarang, kegiatan
penangkapan ikan di Kabupaten Bangka Selatan didominasi oleh alat penangkapan ikan yang ditujukan untuk ikan karang dan pelagis. Jika dikaitkan
dengan kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Bangka Selatan pada umumnya masih bersifat tradisional artisanal fisheries dan tergolong ramah
lingkungan. Alat tangkap yang digunakan untuk usaha penangkapan ikan karang adalah bubu dasar yang terbuat dari material kawat dan jaring atau yang lebih
dikenal dengan istilah bubu kawat dan bubu jaring. Bubu tersebut memiliki beberapa kelebihan berikut kekurangannya. Bentuk bubu kawat dan jaring yang
rata dibagian bawah memudahkan saat pemasangannya di dasar perairan dan di sela-sela gugusan karang. Bentuk mulut yang mengerucut dan posisi mulut
dalam menghadap ke bawah menyulitkan ikan untuk lolos setelah masuk ke dalam bubu. Mulut bubu berbentuk bulat pada bagian luar dan mengecil terus ke
dalam dengan bentuk lonjong atau oval menyerupai bentuk lingkar tubuh ikan body girth.
Alat tangkap yang dominan di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari pukat pantai 154 unit, bubu 225 unit, payang 124 unit dan jaring insang 1148 unit DKP
Kabupaten Bangka Selatan 2007. Wilayah pengoperasian alat tangkap bubu berada di daerah karang yang berada di sekitar pulau-pulau kecil.
Bubu merupakan salah satu alat tangkap yang pengoperasian di perairan karang di Kabupaten Bangka Selatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
nelayan, bubu yang berada di Kabupaten Bangka Selatan yaitu bubu dasar. Bahan pembuatan bubu biasanya menggunakan jaring dan kawat yang sangat
berpengaruh terhadap ketahanan bubu. Jika bubu yang terbuat dari jaring ketahanannya 4 bulan, sedangkan yang dari kawat 6-7 bulan. Bubu yang
digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. Perbedaan antara kedua jenis bubu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perbedaan bubu kawat dengan bubu jaring di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2009
No Uraian
Bubu Kawat Bubu Jaring
1. Rangka Rotan tebal 2,5 inch
Besi tebal 0,75 inch 2. Bentuk
Silinder, bagian depan dan belakang mengerucut
Empat persegi panjang 3. Panjang
0,9 m - 1,30 m 1,55 m
4. Lebar 0,7 m -1 m
1 m 5. Tinggi
0,3 m 0,6 m
6. Bahan funnel Kawat weldingmesh
Kawat loket tebal 1 mm, Ø 1 inch
7. Lebar funnel 0,3 m - 0,5 m
0,5 m 8. Tinggi funnel
0,3 m 0,6 m
9. Panjang funnel 0,4 m - 0,6 m
0,7 m 10. Mesh size
2,5 inch 3 inch
11. Bahan Kawat
PE 12. Rangka
rotan Besi
13. Daya tahan 4 bulan
6-7 bulan 14 Pemberat
Batu karang 5-10 kg Batu granit 1-4 bh 5-10
kg
Sumber : Hasil wawancara dan pengukuran langsung di lapangan 2009
1. Bubu kawat Bubu kawat yang beroperasi di Kabupaten Bangka Selatan termasuk
dalam klasifikasi bubu dasar. Dalam satu unit penangkapan bubu kawat, nelayan mengoperasikan 10-20 bubu. Bubu kawat yang beroperasi di Kabupaten Bangka
Selatan termasuk sederhana, terdiri atas badan bubu, mulut dan rangka Gambar 7.
a
Gambar 7 a Bubu kawat di Kabupaten Bangka Selatan b Rancang bangun mulut bubu c Rancang bangun alat tangkap bubu kawat
2,5 inch
c
0,4-0,6 m
0,3-0,5 m
m
b
0,9-1,3 m
0,7-1 m 0,3 m
Badan bubu terdapat pintu untuk mengeluarkan hasil tangkapan. Pintu terbuat dari kawat yang berukuran 0,2 x 0,2 m, serta memakai rotan sebagai alat
pengunci. Mulut bubu berfungsi sebagai tempat masuknya ikan, berbentuk mengerucut dengan ukuran lebar mulut bagian luar sebesar 0,3 - 0,5 m, dan
tinggi mulut bagian luar 0,3 m, sedangkan lebar mulut bagian tengah adalah 0,2 m, dan tinggi 0,3 m, serta lebar mulut bagian dalam berukuran 0,15 m dan tinggi
0,2 m. Panjang bagian mulut bubu kawat ini 0,4 - 0,6 m, yaitu jarak dari mulut terluar sampai bagian dalam. Konstruksi utama dalam badan bubu terbentuk dari
kawat berukuran mata 2,5 inch. Konstruksi rangka bubu kawat bervariasi pada ukuran mulut dan badan
bubu, disesuaikan dengan komoditas yang menjadi sasaran tangkap. Hal ini dimaksudkan agar mutu ikan bagus dan tidak mengalami luka akibat konstruksi
bubu kawat. Menurut nelayan bubu kawat di Kabupaten Bangka Selatan, pembuatan
rangka bubu kawat biasanya membutuhkan rotan sepanjang 10 meter untuk membuat bubu kawat sebanyak 1 buah dengan harga Rp. 70.000,00 dengan
pemakaian operasi empat bulan. 2. Bubu jaring
Bubu jaring yang beroperasi di Kabupaten Bangka Selatan termasuk dalam klasifikasi bubu dasar. Dalam satu unit penangkapan bubu jaring, nelayan
mengoperasikan 5-10 bubu. Bubu jaring yang beroperasi di Kabupaten Bangka Selatan termasuk sederhana, terdiri atas badan bubu, mulut dan rangka.
Konstruksi rangka bubu jaring bercvariasi pada ukuran mulut dan badan bubu, disesuaikan dengan komoditas yang menjadi sasaran tangkap agar mutu ikan
baik dan tidak cacat. Bentuk bubu jaring adalah empat persegi panjang, yang dilengkapi 1 mulut
sebagai pintu untuk masuknya ikan. Rangka bubu jaring terbuat dari besi dengan diameter 0,8 cm. Panjang bubu jaring adalah 1,55 m dengan lebar 1,23 m dan
tinggi 0,6 m. Funnel terbuat dari bahan kawat loket dengan ketebalan 1 mm dan diameter 1 inch lebar dan tinggi funnel 0,45 m dengan panjang 0,65 m. mesh
size dari bubu jaring adalah 3 inch dengan bahan jaring terbuat dari PE polyethilene. Konstruksi alat tangkap bubu jaring disajikan pada Gambar 8.
Alat tangkap bubu jaring yang beroperasi di Kabupaten Bangka Selatan, konstruksi rangka bubu kawat bervariasi pada ukuran mulut dan badan bubu,
disesuaikan dengan komoditas yang menjadi sasaran tangkap agar mutu ikan
baik dan tidak cacat. Menurut nelayan bubu kawat di Kabupaten Bangka Selatan, pembuatan rangka bubu biasanya membutuhkan besi sepanjang 14 meter untuk
membuat bubu jaring sebanyak 1 buah dengan harga Rp. 300.000,00 dengan pemakaian operasi 6 enam-7 tujuh bulan.
a
Gambar 8 a Bubu jaring di Kabupaten Bangka Selatan b Tampak atas bubu jaring c Tampak samping bubu jaring d Rancang bangun mulut bubu
4.2.3 NelayanAnak Buah Kapal ABK