material kawat dan jaring dengan analisis kriteria investasi, maka nilai NPV0, net BC1 dan IRR tingkat suku bunga yang berlaku 15. Besarnya nilai Net
BC dan ROI dipengaruhi oleh hasil tangkapan dan biaya usaha yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sobari et al. 2006, bahwa
besarnya nilai Net BC, BEP dan ROI sangat dipengaruhi oleh hasil tangkapn yang diperoleh dan besarnya biaya usaha yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan
usaha tersebut layak untuk dikembangkan Lampiran 10 dan 14. Kenaikan harga bahan bakar solar pada usaha perikanan bubu dasar
dengan alat tangkap bubu kawat sebesar 65,4 dan dan bubu jaring sebesar 160, dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak sensitif
terhadap kenaikan harga bahan bakar solar. Apabila sampai terjadi kenaikan harga bahan bakar solar, maka sebaiknya harga jual ikan per kg dinaikkan.
Selain itu, perlu adanya bantuan subsidi solar dari pemerintah atau membentuk agen yang khusus untuk menjual alat dan bahan untuk perbekalan dan peralatan
melaut seperti solar, sehingga harga beli solar akan sama dengan harga yang beredar di pasaran atau pemerintah memberikan subsidi solar, sehingga harga
beli solar akan terjangkau oleh nelayan. Penurunan harga ikan pada usaha perikanan bubu dasar dengan alat tangkap bubu kawat sebesar 29,5 dari
harga rata-rata Rp 54.250,00 per kg menjadi Rp 38.246,25 per kg dan pada alat tangkap bubu jaring sebesar 25,82 dari harga rata-rata Rp 54.250,00 per kg
menjadi Rp 40.242,00 per kg usaha menjadi tidak layak dan menjadi sensitif terhadap pengembangan usaha. Hal ini harus diperhatikan oleh stakeholder
pelaku usaha untuk tetap menjaga mutu ikan agar harga ikan tetap stabil di pasaran.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi tentang Perikanan Bubu dasar di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Komposisi dan jumlah hasil tangkapan bubu dasar dengan material terbuat
dari kawat dan jaring merupakan kelompok ikan target dan memiliki komposisi yang sama yaitu kerapu sunu Plectopomus leopardus yaitu,
kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus, kerapu malabar Epinephelus malabaricus, kakap merah Lutjanus sanguineus, baronang Siganus
javus, ekor kuning Caesio cuning, swanggi Holocentridae dan tambangan Lutjanus johni. Pada alat tangkap bubu kawat dan bubu jaring
didominasi oleh ikan tambangan Lutjanus johni dan kerapu sunu sebanyak 24 ekor.
2 Berat total tangkapan ikan terbanyak pada pengoperasian bubu dasar dari material jaring yaitu sebesar 90,05 kg. Sedangkan berat total tangkapan
bubu dasar dari material kawat yaitu sebesar 82,58 kg. Berdasarkan lama perendaman didapatkan berat total tangkapan ikan terbanyak pada
pengoperasian bubu dasar yang direndam selama 5 lima hari yaitu sebesar 71,59 kg, kemudian perendaman 3 hari yaitu sebesar 53,96 kg, dan
perendaman 4 hari yaitu sebesar 47,08 kg, sehingga lama perendaman sangat memberikan pengaruh.
3 Tingkat keuntungan pada usaha perikanan bubu dasar dengan menggunakan alat tangkap bubu kawat adalah Rp 9.465.507,93 per tahun dan nilai RC
sebesar 1,05, pada usaha alat tangkap bubu jaring, keuntungan yang diperoleh, yaitu sebesar Rp 26.662.429,00 per tahun, dan nilai RC sebesar
1.10. Berdasarkan kriteria investasi usaha perikanan bubu dasar dengan menggunakan alat tangkap bubu kawat diperoleh NPV sebesar Rp
132.093.915,15, sedangkan pada usaha alat tangkap bubu jaring diperoleh nilai NPV sebesar Rp 314.926.267,14, sehingga kedua alat tangkap tersebut
layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan dan tidak mengalami sensitive terhadap kenaikan harga bahan bakar solar dan penurunan harga ikan di
pasaran.
6.2 Saran
Pengoperasian bubu dasar dengan material jaring dan kawat yang direndam selama 3 tiga, 4 empat dan 5 lima hari cukup efektif terhadap penangkapan
ikan karang di Kabupaten Bangka Selatan. Guna meningkatkan efektivitas penangkapan dengan alat tangkap bubu dasar dengan material jaring dan kawat,
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai : 1 Komparasi teknologi bubu dasar dalam rangka peningkatan pendapatan
nelayan; 2 Penggunaan beberapa jenis atraktan yaitu umpan yang berbeda dan
cahaya pada pengoperasian bubu dasar; 3 Pengaruh bentuk pintu funnel bubu terhadap hasil tangkapan dan
tingkah laku ikan; 4 Sistem pengelolaan usaha perikanan bubu dasar beserta
pengembangannya.