Sumber: a http:www.flmnh.ufl.educnhccst_tsch_am_head.htm; b dokumentasi pribadi.
Gambar 3 Buaya supit Tomistoma schlegelii. Keterangan: a Kepala; b Seluruh tubuh.
2.1.3 Habitat
Menurut Fakultas Kehutanan IPB 1990 secara umum pergerakan buaya meliputi daerah berawa rawa payau dan rawa air tawar terutama daerah rawa
yang terdapat tumbuhan penutup nipah, pandan, rumput dan perdu sebagai tempat berlindung, aliran sungai yang berarus tenang, danau-danau yang di
sekitarnya banyak ditumbuhi vegetasi, dan daerah pertemuan antara sungai dan laut muara. Majid 2009 menyebutkan bahwa buaya merupakan satwa yang
hidupnya sebagian besar di air. Jika siang hari buaya berjemur di tepian sungai dan di tempat terbuka.
2.1.4 Penyebaran
Menurut Britton 2003, buaya muara tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia terutama aliran-aliran sungai hingga di muara sungai yang mendekati
lautan seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Irian Jaya. Buaya muara juga terdapat di Australia Utara, Banglades, Brunei, Myanmar, Kamboja, Cina, India,
Kepulauan Solomon, Kepulauan Fiji, Malaysia, Pulau Caroline, Papua New Guinea, Philipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Buaya air tawar
tersebar di Kamboja, Indonesia meliputi Borneo dan Jawa, Laos, Malaysia, dan Thailand. Buaya supit tersebar di Indonesia Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan
Sulawesi, Malaysia, Thailand south.
2.1.5 Populasi
Berdasarkan Portal Informasi Kota Samarinda Box 2009, hasil survei terbaru tim gabungan International Union for Conservation of Nature and Natural
b a
Resources Crocodile Specialist Group IUCN CSG bersama Proyek konservasi
Berbak Sembilang Wetlands International pada Agustus 2002, populasi buaya supit di sepanjang lebih dari 50 km sungai Merang hanya tiga ekor berukuran
kecil, padahal tahun 2001 masih ditemukan 15 ekor buaya supit. IUCN Red List of Threatened Species
version 2010, populasi buaya supit di alam diperkirakan di bawah 2.500 individu dewasa.
Menurut Ross et al. 1998 dalam Kurniati et al. 2005, di Indonesia buaya air tawar hanya ditemukan di habitat alam yaitu di pedalaman Sungai Mahakam.
Hasil survei Ross et al. 1998 dan Cox 2004 dalam Kurniati et al. 2005 pada tahun 1995 dan 1996 diketahui bahwa populasi buaya air tawar sangat terpisah
dan diperkirakan bahwa populasi pada waktu itu hanya terdiri dari beberapa ratus individu. Siamese Crocodile Working Group 2004 dalam Kurniati et al. 2005
menyebutkan populasi buaya air tawar saat ini tidak diketahui, tetapi menurut Simpson dan Han 2004 dalam Kurniati et al. 2005 diperkirakan populasinya
sangat kecil atau punah.
2.2 Penangkaran
Menurut Thohari 1987a penangkaran merupakan suatu kegiatan untuk mengembangbiakkan jenis satwaliar dan tumbuhan alam yang bertujuan untuk
memperbanyak populasinya dengan mempertahankan kemurnian jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaannya di alam dapat dipertahankan. Menurut
PP No. 8 Tahun 1999, penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwaliar dengan tetap
mempertahankan kemurnian jenisnya. PP No. 8 Tahun 1999 juga menyebutkan penangkaran untuk tujuan pemanfaatan jenis dilakukan melalui kegiatan: a
pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang terkontrol; b penetasan telur dan atau pembesaran anakan yang
diambil dari alam. Menurut PP No. 8 Tahun 1999, standar kualifikasi penangkaran bagi para
penangkar yang ingin menjual hasil penangkarannya didasarkan pertimbangan: a batas jumlah populasi jenis tumbuhan dan satwa hasil penangkaran; b
profesionalisme kegiatan penangkaran; c tingkat kelangkaan jenis tumbuhan dan satwa yang ditangkarkan. Hasil penangkaran satwaliar yang dilindungi yang