Perawatan kesehatan dan penyakit Pemanfaatan buaya

2.3.4 Perawatan kesehatan dan penyakit

Pengendalian penyakit dalam usaha penangkaran turut menentukan tingkat keberhasilan, baik dengan usaha pencegahan ataupun pengobatan. Dalam hal kesehatan, satwaliar yang dipelihara secara intensif oleh manusia akan berkurang kemampuannya dalam melawan bibit penyakit. Hal tersebut dikarenakan kemampuan tubuh menghasilkan antibodi berbeda dibandingkan apabila binatang tersebut hidup liar atau bebas di alam. Selain itu peranan predator telah hilang dalam memutuskan rantai penularan penyakit dari individu yang sakit ke individu lain yang masih sehat Thohari 1987a. Menurut Permatasari 2002, ordo Crocodilia paling sering mengalami penyakit infeksi, dikarenakan sanitasi yang kurang baik dan sering terjadi luka- luka akibat perkelahian yang berpotensi menimbulkan infeksi pada luka. Penyebab penyakit infeksi diantaranya bakteri, virus, parasit, dan jamur. Permatasari 2002 juga menambahkan, selain diakibatkan oleh penyakit infeksi, beberapa hal yang menyebabkan buaya menderita suatu kelainan adalah cacat, buta, atau luka-luka.

2.3.5 Pemanfaatan buaya

Manfaat ekonomis yang diperoleh dari buaya antara lain yaitu kulit, daging, dan bagian-bagian lain dari buaya. Kerajinan kulit buaya cukup beragam, mulai dari tas, dompet, sepatu, ikat pinggang hingga asesoris rumah. Umumnya kerajinan dari kulit buaya bernilai tinggi dan mahal, karena dalam prosesnya membutuhkan waktu yang lama. Selain kulit, bagian buaya yang bernilai ekonomis adalah daging. Menurut Permatasari 2002, di beberapa negara masih ada masyarakat yang mengkonsumsi daging buaya sebagai makanan yang eksotik dan sebagai suguhan terhadap turis-turis. Bagian penis dan kelenjar asesoris maupun ginjal juga masih dimanfaatkan masyarakat tertentu di Negara Cina sebagai obat tradisional.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di penangkaran buaya CV Surya Raya Balikpapan yang terletak di Jl. Mulawarman RT 29, Kelurahan Teritip Km 28, Kecamatan Balikpapan Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai Oktober 2010.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi termometer dry-wet, meteran, kertas lakmus kertas pH, kamera digital, dan panduan wawancara. Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah: buaya muara Crocodylus porosus , buaya air tawar Crocodylus siamensis dan buaya supit Tomistoma schlegelii .

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli pertama. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga tinggal mencari dan mengumpulkan, digunakan sebagai pendukung data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan studi literatur. Jenis dan metode pengumpulan data tersaji pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data No Data yang diambil Jenis Data Metode Pengumpulan Data Primer Sekunder Observasi Wawancara Studi literatur 1. Pengelolaan perkandangan √ √ √ √ 2. Pengelolaan pakan √ √ √ √ 3. Penyakit dan perawatan kesehatan √ √ √ √ 4. Pengelolaan reproduksi √ √ √ √ 5. Pemanfaatan hasil √ √ √ √ 6. pH sumber air √ √ √ √ 7. Sarana penunjang penangkaran √ √ 8. Satwa lain yang ditangkarkan √ √