sebagai tempat wisata tentunya memiliki dampak negatif terhadap satwa buaya itu sendiri. Sejauh ini, pengelola penangkaran telah memberikan peraturan bagi
pengunjung yang akan mendatangi penangkaran tersebut antara lain tidak semua buaya dapat dilihat oleh pengunjung misalnya anakan buaya yang masih rentan
terhadap keributan dan buaya yang akan berkembangbiak kawin dan bertelur harus bebas dari kegiatan yang dapat mengganggu aktifitasnya, maka pengelola
meletakkan kandang tersebut pada bangunan tertutup dan tidak ada yang boleh melihat kecuali petugas penangkaran yang khusus menangani anakan buaya
tersebut; petugas melakukan pengawasan terhadap pengunjung yang melihat buaya; memasang papan-papan peringatan di sekitar kandang agar pengunjung
selalu memperhatikan keselamatan diri; dan pengunjung yang datang harus memenuhi kriteria atau syarat khusus yang dapat dibaca pada papan pengumuman
yang telah di pajang.
5.5.2.3 Fasilitas pendukung
Guna menunjang kegiatan wisata yang ditawarkan, diperlukan fasilitas pendukung. Fasilitas pendukung wisata yang terdapat di penangkaran buaya CV
Surya Raya Lampiran 6 antara lain loket, pendopo, halaman parkir, toko souvenir
, ruang informasi, etalase barang-barang berbentuk buaya warung sate buaya, papan interpretasi, papan peringatan, toilet, mushola, tempat sampah,
warung-warung pedagang makanan dan minuman, serta sarana bermain anak-anak jungkat-jungkit, ayunan, dan perosotan.
Hasil pengamatan terhadap fasilitas yang terdapat di penangkaran menunjukkan bahwa fasilitas yang ada masih layak dan masih dalam kondisi baik.
Fasilitas yang disediakan juga sudah sesuai dengan kebutuhan pengunjung.
5.6 Restocking
Penangkaran buaya CV Surya Raya belum pernah melakukan restocking terhadap buaya yang ditangkarkan, padahal restocking merupakan kewajiban bagi
penangkar yang melakukan usaha penangkaran satwa yang dilindungi undang- undang. Berdasarkan Permenhut No. P.19Menhut-II2005 tentang Penangkaran
Tumbuhan dan Satwaliar Bab X pasal 71 disebutkan bahwa untuk menjaga keseimbangan buaya di alam maka para peternak diwajibkan turut membina
populasi buaya di habitat alamnya restocking terutama di daerah penangkapan
buaya yaitu dengan mengembalikan ± 10 dari buaya yang akan dipotong setiap tahunnya ke habitat alamnya.
Hasil wawancara dengan pihak penangkaran menyebutkan bahwa belum pernah melakukan restocking dengan alasan masyarakat setempat tidak
menyetujui dilakukannya restocking. Masyarakat beranggapan keberadaan buaya di alam menimbulkan keresahan yaitu dapat mengganggu aktifitas masyarakat
yang tinggal di pedalaman Sungai Mahakam. Pihak penangkaran seharusnya melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya
menjaga keberadaan populasi buaya di alam. Salah satu kegiatannya yaitu Penangkaran Inti Rakyat PIR yang melibatkan masyarakat di sekitar lokasi
sebagai penangkar plasma sehingga dapat memberikan dampak positif meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Selain itu, habitat untuk
pelepasliaran buaya harus diperhatikan guna mendukung kelangsungan hidup buaya yaitu dengan memperhatikan keadaan lingkungan alami yang belum
tercemar limbah dan kegiatan manusia.
5.7 Analisis Dampak Penangkaran terhadap Lingkungan Sekitar
5.7.1 Dampak penangkaran terhadap lingkungan biofisik
Pembangunan penangkaran buaya CV Surya Raya memberikan dampak yang tidak diharapkan bagi lingkungannya. Dampak tersebut dapat berupa
terjadinya pencemaran lingkungan, baik berupa pencemaran udara polusi udara dan suara dari kendaraan bermotor para pengunjung maupun pencemaran air dari
kotoran satwa buaya dan satwa lain yang ditangkarkan dan sisa makanan yang tidak habis dimakan satwa yang ditangkarkan tersebut.
Limbah dari kotoran dan sisa makanan buaya dan satwa lain yang ditangkarkan bila tidak ditangani dengan baik dapat menjadi masalah serius bagi
kesehatan masyarakat di sekitar penangkaran, karena limbah misalnya yang mencemari sumber air di sekitar penangkaran bukan saja akan memberikan
kontribusi terhadap kandungan bahan organik perairan tetapi juga sangat mungkin mengandung bibit-bibit penyakit yang menyebabkan gangguan kesehatan
masyarakat. Berdasarkan hasil pengukuran pH derajat keasaman terhadap sumber air letaknya 50 m dari tempat pembuangan limbah yang digunakan
untuk mengisi kolam pada setiap kandang di penangkaran buaya CV Surya Raya
diperoleh nilai pH air sebesar 6,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumber air yang digunakan di penangkaran masih ideal bagi kehidupan akuatik. Kisaran pH
dalam Baku Mutu Sumber Air golongan C air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan berdasarkan SK Menteri KLH No. Kep-
02MENKLH11988 adalah 6-9. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar penangkaran 300 m
dari penangkaran yang menyebutkan bahwa mereka belum merasakan dampak pencemaran air dari limbah penangkaran, namun mereka hanya merasakan
dampak pencemaran udara bau kotoran gajah feses, sisa makanan, dan urine gajah jika terdapat angin dari arah penangkaran yang berhembus menuju ke
pemukiman warga. Hasil pengamatan di areal penangkaran buaya CV Surya Raya menunjukkan
bahwa sumber terjadinya pencemaran udara bau hanya berasal limbah satwa yang dipelihara khususnya buaya dan gajah. Limbah dari penangkaran buaya CV
Surya Raya secara visual juga tidak menimbulkan dampak terhadap kondisi biofisik lingkungan sekitar penangkaran. Kondisi tumbuhan di sekitar tempat
pembuangan limbah masih dapat tumbuh subur. Jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar kolam pembuangan limbah antara lain pohon laban, sengon, talas, semak
belukar dan berbagai jenis rumput-rumputan. Berdasarkan wawancara dengan petugas penangkaran, beberapa jenis ikan juga masih dapat hidup dalam tempat
pembuangan limbah seperti ikan gabus harwan, ikan sepat, dan ikan lele.
5.7.2 Dampak penangkaran terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar penangkaran
Hasil wawancara dengan masyarakat yang tinggal di sekitar penangkaran menyebutkan bahwa dampak yang dirasakan terhadap keberadaan penangkaran
buaya CV Surya Raya adalah dampak positif. Dampak positif yang dirasakan antara lain masyarakat dapat terlibat langsung menjadi pekerja di penangkaran,
misalnya bekerja menjadi karyawan di penangkaran dan berjualan di areal penangkaran membuka warung makan dan menjual souvenir yang berhubungan
dengan buaya, mendirikan toko makanan ringan, di depan rumah warga sekitar penangkaran. Secara tidak langsung adanya penangkaran dapat menjadi salah satu
lapangan pekerjaan atau mata pencaharian warga setempat. Adanya penangkaran
menjadikan daerah tempat tinggal masyarakat menjadi terkenal dan banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun wisatawan internasional,
dari kalangan masyarakat biasa, pejabat daerah, kalangan artis, sampai dengan pangeran Bernhard dari Belanda yang merupakan pendiri WWF.
5.8 Indikator Keberhasilan Pengelolaan Penangkaran
Keberhasilan pengelolaan penangkaran buaya di CV Surya Raya dapat dilihat dari dua indikator utama yakni teknis pengelolaan penangkaran terutama
dari aspek reproduksi dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar penangkaran. Berdasarkan aspek reproduksi, buaya yang ditangkarkan telah berhasil
menghasilkan keturunan hingga generasi ketiga F3, sedangkan berdasarkan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar penangkaran, masyarakat memperoleh
dampak positif adanya penangkaran misalnya terlibat langsung menjadi tenaga kerja di penangkaran, sehingga secara tidak langsung adanya usaha penangkaran
ini dapat mengurangi pengangguran di daerah sekitar. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi keberhasilan penangkaran dari aspek reproduksi dan sosial
ekonomi masyarakat sekitar penangkaran. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkaran tersaji pada Tabel 17.
Tabel 17 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkaran
No. Aspek keberhasilan penangkaran
Faktor yang mempengaruhi
1. Reproduksi
Pemilihan bibit, nisbah kelamin tiap kandang breeding
, letak dan perlengkapan kandang breeding
, serta teknologi penetasan telur. 2.
Sosial ekonomi masyarakat sekitar penangkaran
Keterlibatan masyarakat sekitar dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan
penangkaran.
1. Reproduksi
Pengelolaan reproduksi yang dilakukan penangkaran CV Surya Raya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan reproduksi buaya yang ditangkarkan. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa pemilihan bibit yang berkualitas dengan memperhatikan kondisi fisik yang sehat, cepat tumbuh, dan indukan yang berasal
dari populasi yang berbeda sangat berpengaruh terhadap keberhasilan reproduksi. Di penangkaran ini, buaya supit tidak berhasil berkembangbiak karena indukan
buaya supit diambil dari satu sarang sehingga terjadi inbreeding. Thohari 1989
menyebutkan bahwa salah satu akibat terjadinya perkawinan dari keturunan segaris adalah rentannya kemampuan bereproduksi.
Pembagian nisbah kelamin jantan terhadap betina dengan perbandingan ideal yaitu 1 : 4 sangat menentukan keberhasilan reproduksi karena dengan
demikian kebutuhan indukan pada saat musim kawin terpenuhi. Ketidakberhasilan reproduksi pada buaya supit di penangkaran ini disebabkan karena nisbah kelamin
jantan terhadap betina yang tidak ideal yaitu 12 : 1. Kandang breeding sebaiknya terletak di tempat yang tenang, sehingga buaya yang akan berkembangbiak tidak
terganggu. Letak kandang breeding buaya supit di bagian depan menyebabkan mudahnya interaksi dengan pengunjung, sehingga aktifitas reproduksi buaya supit
terganggu. Penyediaan perlengkapan kandang breeding sudah sesuai dengan kebutuhan buaya untuk melakukan aktifitas seperti berenang, berjemur, kawin dan
bertelur. Salah satu teknologi reproduksi yang digunakan di penangkaran CV Surya Raya yaitu dengan penetasan telur secara buatan. Penetasan telur dalam
inkubator dengan menggunakan media penetasan Sphagnum moss, telah menunjukkan keberhasilan penetasan dengan daya tetas telur sebesar 73 .
2. Sosial ekonomi masyarakat sekitar penangkaran
Keberhasilan penangkaran dari aspek sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar penangkaran dipengaruhi adanya keterlibatan masyarakat
terhadap kegiatan yang terkait dengan penangkaran. Usaha penangkaran tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi
penangkaran. Masyarakat dapat menerima keberadaan penangkaran dengan segala konsekuensinya, baik dampak positif maupun negatif penangkaran.
Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 12 orang yang bekerja di penangkaran CV Surya Raya, 10 kios pedagang kaki lima yang menjual makanan
dan lima kios pedagang souvenir di lokasi penangkaran, terdapat enam unit warung makan, tiga kios penjual bensin dan satu bengkel motor yang berada di
luar lokasi penangkaran. Berdasarkan hasil wawancara, para pedagang yang berjualan di areal penangkaran merupakan warga Kelurahan Teritip. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa secara tidak langsung keberadaan penangkaran CV Surya Raya telah memberikan manfaat positif, karena dengan bekerja di
penangkaran dan mendirikan berbagai usaha, warga sekitar penangkaran dapat mensejahterakan keluarganya.
Manfaat tidak langsung adanya penangkaran antara lain jasa transportasi angkutan kota ke arah Kelurahan Teritip menjadi ramai pada akhir pekan atau
hari libur nasional oleh pengunjung penangkaran; nama daerah Kelurahan Teritip menjadi terkenal dibandingkan dengan nama penangkaran CV Surya Raya, karena
rata-rata pengunjung menyebut nama penangkaran tersebut dengan sebutan “penangkaran buaya Teritip”; aksesibilitas dan fasilitas umum misalnya: jalan
raya dan SPBU di Kelurahan Teritip menjadi lebih baik karena banyak pengunjung yang memanfaatkan fasilitas tersebut; serta secara tidak langsung
keberadaan penangkaran dapat menambah pendapatan daerah dari hasil pajak tiket pengunjung dan retribusi kendaraan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan penangkaran buaya di CV Surya Raya terdiri dari lima kegiatan
utama yaitu pengelolaan perkandangan, pengelolaan pakan, penyakit dan perawatan kesehatan, pengelolaan reproduksi, serta pengelolaan pemanfaatan
hasil. Teknik pengelolaan penangkaran termasuk kategori pengelolaan intensif.
2. Ditinjau dari aspek reproduksi dan sosial ekonomi masyarakat sekitar penangkaran, pengelolaan reproduksi untuk buaya muara dan buaya air tawar
termasuk dalam kategori berhasil, sedangkan dari aspek reproduksi pada buaya supit belum berhasil. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
penangkaran dari aspek reproduksi meliputi pemilihan bibit, nisbah kelamin tiap kandang breeding, letak dan perlengkapan kandang breeding, serta
teknologi penetasan telur, sedangkan dari aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar penangkaran dipengaruhi oleh tingkat keterlibatan masyarakat sekitar
dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan penangkaran.
6.2 Saran Saran yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan seluruh aspek pengelolaan penangkaran terutama dalam hal perkandangan maupun reproduksi untuk buaya supit.
2. Perlu diadakan restocking dengan mengembalikan ± 10 dari buaya yang akan dipotong setiap tahunnya ke habitat alamnya.
3. Penelitian mengenai pengaruh pembuangan limbah penangkaran buaya CV Surya Raya terhadap kualitas air di sekitar penangkaran.
4. Papan interpretasi mengenai buaya muara, buaya air tawar, dan buaya supit untuk menambah pengetahuan pengunjung.
5. Pengaturan kuota masuk pengunjung dalam kegiatan wisata agar buaya tidak terganggu.
6. Perbaikan pembuatan struktur organisasi penangkaran buaya CV Surya Raya.