Perkandangan Pakan Reproduksi Pengelolaan Penangkaran

2.3.1 Perkandangan

Menurut Fakultas Kehutanan IPB 1990 perkandangan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kandang dan pengelolaannya, meliputi: macam, bentuk dan ukuran kandang, sistem pengandangan, pemeliharaan dan pengelolaan kandang. Kantor Wilayah Dinas Kehutanan Irian Jaya dan Fakultas Kehutanan IPB 1986 dalam Suwandi 1991 menyebutkan bahwa penangkaran buaya yang baik harus membuat kandang dengan syarat-syarat: tempat yang relatif luas, keadaan air yang bersih dan mengalir tenang, adanya tempat berjemur, adanya tumbuhan naungan tempat berteduh, dan tersedianya makanan yang cukup.

2.3.2 Pakan

Menurut Thohari 1987a, faktor makanan memegang peranan kunci dalam suatu usaha penangkaran satwa. Seperti halnya pada usaha peternakan intensif, biaya untuk makanan hampir mencapai 75 dari total biaya produksi. Tingginya biaya pakan dapat dipakai sebagai suatu gambaran bagi usaha penangkaran satwaliar. Menurut Ratnani 2007 buaya muara memangsa berbagai macam daging, ikan hingga mamalia besar. Taylor 1979 menyebutkan bahwa kebutuhan makanan buaya berbeda-beda tergantung beberapa faktor seperti spesies, jenis kelamin, umur, aktifitas dan keadaan lingkungan. Menurut Hardjanto dan Masyud 1991 beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan makanan buaya, yakni: 1. Jenis-jenis makanan yang biasa dimakan buaya, disesuaikan dengan umurnya. 2. Jumlah makanan yang diperlukan buaya untuk mencapai pertumbuhan atau produksi maksimal. 3. Cara penyediaan ransum buaya sesuai umur, aktifitas buaya, dan tujuan pemeliharaan misalnya untuk pembesaran, pembibitan, dll.

2.3.3 Reproduksi

Menurut Thohari 1987a, dalam usaha penangkaran dikatakan berhasil apabila teknologi reproduksi jenis satwa tersebut telah dikuasai. Pengembangbiakkan dapat melalui perkawinan antara satwa jantan dengan betina secara alami, inseminasi buatan, pemindahan embrio embrio trasfer ataupun dengan pembuahan secara invitro. Buaya memperbanyak keturunannya dengan cara bertelur. Kopulasi dilakukan di dalam air yang didahului dengan perkelahian antara buaya jantan dengan buaya betina dan hanya berlangsung beberapa menit pada siang hari Dinas Kehutanan 1986 dalam Ratnani 2007. Tanda-tanda masa birahi dan terjadinya perkawinan buaya jantan selalu membenturkan kepala ke tubuh buaya betina. Buaya betina tidak melakukan reaksi melawan terhadap benturan buaya jantan. Perkawinan terjadi di dalam kolam dan sulit dideteksi, pada umumnya terjadi antara bulan Februari hingga Oktober Tim PT Yasanda 1992 dalam Ratnani 2007. Buaya muara di penangkaran sering kali membuat sarang untuk menempatkan sejumlah telur. Sarang-sarang dibuat pada tanah yang agak tinggi dan kering. Di sekeliling sarang tersebut terdapat pelepah pisang, glagah dan ranting-ranting, semak-semak dan dedaunan kering. Semua material yang sudah kering dibuat sarang yang berbentuk gundukan menyerupai kurungan ayam. Di sekeliling sarang biasanya terdapat tanah kering yang agak bersih dengan sebuah lingkaran berjari-jari berkisar 2-3 m Ratnani 2007. Grzimek 1975 mengemukakan bahwa buaya muara jantan dewasa mencapai dewasa kelamin pada ukuran panjang tubuh 2,9-3,3 m dengan berat badan 80-160 kg, sedangkan betina mencapai dewasa pada ukuran panjang minimum 2,4-2,8 m, mencapai dewasa diperkirakan 8-12 tahun. Menurut Iskandar 2000 buaya air tawar meletakkan telurnya dalam sarang pada awal musim hujan, berukuran 75-80 x 50 mm. Anakan yang baru menetas berukuran sekitar 250 mm. Buaya muara betina bertelur pada awal musim hujan. Sekali bertelur dihasilkan rata-rata 22 butir telur dengan berat rata-rata 104 gram, anakan yang menetas berukuran 310-370 mm, berwarna abu-abu kecoklatan. Pada buaya supit sekali bertelur dihasilkan 20-60 butir telur dan diletakkan dalam tanah sedalam sekitar 0,6 m dan ditimbuni dengan sampah tumbuhan setinggi sekitar 0,5 m, sekitar 200- 400 dari tepi sungai. Ukuran telur adalah 95-110 x 55-67 mm, dengan berat 221- 300 gram, hampir dua kali lipat lebih besar dari jenis buaya lainnya. Lama pengeraman telur adalah 72 sampai 90 hari pada suhu 28-33 °C.

2.3.4 Perawatan kesehatan dan penyakit