Kesimpulan Saran HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pada daerah Hulu Blanakan konsentrasi kadmium Cd sebesar 0,22 µgL, tembaga Cu sebesar 2,21 µgL, dan konsentrasi timbal Pb sebesar 2,32 µgL. Pada daerah tambak konsentrasi logam berat kadmium Cd berkisar antara 0,18-0,49 µgL, logam berat tembaga Cu berkisar antara 0,51-2,55 µgL dan logam berat timbal Pb berkisar antara 1,05- 4,84 µgL. Sedangkan pada daerah muara konsentrasi logam berat kadmium Cd berkisar antara 0,27-0,51 µgL, logam berat tembaga Cu berkisar antara 1,87- 2,89 µgL dan logam berat timbal Pb berkisar antara 0,42-1,26 µgL. Nilai logam berat yang diperoleh seperti Cd, Cu dan Pb belum bersifat membahayakan bagi lingkungan dan belum mencemari lingkungan, namun konsentrasi logam berat ini dapat meningkat di dalam tubuh organisme akibat akumulasi. Konsentrasi logam berat pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai baku mutu KepMen LH No. 51 tahun 2004. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan air baku tambak dengan pembuatan tandon dan penanaman mangrove di tambak dengan metode sylvofishery untuk mengurangi konsentrasi logam berat yang masuk ke dalam tambak budidaya.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian logam berat Cd, Cu, dan Pb pada saat musim yang berbeda musim hujan dan pengamatan pada sedimen. DAFTAR PUSTAKA Anggraeny YA. 2010. Analisis Kandungan Logam Berat Pb, Cd, dan Hg Pada Kerang Darah Anadara granosa di Perairan Bojonegoro, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Serang. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Anggraini. 2007. Analisis Kadar Logam Berat Pb, Cd, Cu, dan Zn Pada Air Laut, Sedimen, Dan Lokan Gelonia coaxans di Perairan Pesisir Dumai, Provinsi Riau. Ariawan K dan Irawanti S. 2005. Kajian Tambak Di Hutan Mangrove Pantai Utara Jawa Kasus Kabupaten Subang Arifin Z. 2011. Konsentrasi Logam Berat Di Air, Sedimen Dan Biota Di Teluk Kelabat, Pulau Bangka. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI. Jakarta. Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. -----------. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Effendi H. 2003. Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan polusi udara. Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Direktorat Jendral pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas pangan dan Gizi.Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ghalib M, Djawad MI, dan Fachruddin L. 2002. Pengaruh Timabal Pb Terhadap Konsumsi Oksigen Juvenil Ikan Bandeng Chanos chanos Forskall. Jurnal. Universitas Hasanudin. Makasar. Gunawan H, Anwar C, Sawitri R, dan Karlina E. 2007. Status Rkologis Sylvofishery Pola Empang Parit Di Bagian Pamangkuan Hutan Purwakarta. Jurnal. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Gunawan H, dan Anwar C. 2008. Kualitas Perairan Dan Kandungan Merkuri Hg Dalam Ikan Pada Tambak Empang Parit Di Bagian Kesatuan Pamangkuan Hutan Ciasem-Pamanukan, Kesatuan Pemangkuan Hutan Purwakarta, Kabupaten Suabng, Jawa Barat. Jurnal. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Kadang L. 2005. Analisis Status Pencemaran Logam Berat Pb, Cd, dan Cu Di Perairan Teluk Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Khazali M. 1998. Panduan Teknis Penanaman Mangrove Bersama Masyarakat. Wetland International – Indonesia Programme. Bogor, Indonesia. Lestari dan Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat Terhadap Kualitas Air Laut Dan Sumberdaya Perikanan Studi Kasus Kematian Massal Ikan- Ikan Di Teluk Jakarta.LIPI, Jakarta. MENLH. 2004. Surat Keputusan MENLH No. Kep. 51MEN-LHI2004, Tentang Baku Mutu Air Laut, Sekretariat Menteri Negara dan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta. Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat Timbal, Kadmium, Dan Tembaga Di Perairan. Makalah Pribadi Pengantar Ke Falsafah Sains PPS702 Program Pasca Sarjana S3 Institut Pertanian Bogor. Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. PT Prandnya Paramita. Jakarta. Indonesia. Mulyawan I. 2005. Korelasi kandungan Logam berat Hg, Pb, Cd, dan Cr pada Air Laut, sedimen, Dan Kerang Hijau Perna viridis Di Perairan kamal Muara, Teluk Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Napitu WT. 2011. Analisis Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Dan Cu Pada Bandeng, Belanak, Dan Udang Di Kawasan Silvofishery Blanakan Subang. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Nugraha AY. 2006. Deteksi logam berat pada buah dan daun mahkota dewa dengan metode spektrofotometer serapan atom [skripsi]. Departemen Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Nybakken JW. 1982. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis dari Marine Biology: An Ecological Approach. Penerjemah EH. Muhammad et al edisi pertama. PT. Gramedia. Jakarta. Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Philadelphia :Saunder Com. Prihatman. 2000. Budidaya Udang Windu. Jakarta Putra NU, Batubara H, Soetanti E, Suwiryono J, dan Srinawati. 2008. Monitoring Kulitas Ikan dan Lingkungan Kawasan Budidaya di Provinsi Sulawesi Selatan. Laporan. Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Takalar. Takalar. Puradimaja. 2007. Atlas Sumberdaya Pesisir dan Laut. Jawa Barat. Rochyatun E dan Rozak A. 2007. Pemantauan Kadar Logam Berat Dalam Sedimen Di Perairan Teluk Jakarta. Makara, Sains, Vol. 11, No. 1, April 2007: 28-36 28. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut DO dan Kebutuhan Oksigen Biologi BOD Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. [Jurnal]. Oseana, Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 - 26 ISSN 0216-1877. Sanusi HS. 1985. Akumulasi Logam Berat Hg dan Cd pada Tubuh Ikan Bandeng Chanos chanos Forskal. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. ------------. 2006. Kimia Laut Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Sarjono A. 2009. Analisis Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cu dalam Air dan Jeringan Tubuh Kerang Hijau Perna viridis di Kamal Muara, Jakarta Utara. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Siregar TH dan Murtini JT. 2008. Kandungan Logam Berat Pada Udang, Tuna, dan Rumput Laut di Beberapa Lokasi di Indonesia. Jurnal. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Sudarmaji, Mukono J, dan Corie IP. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Fakultas Kesehatan Manusia. Universitas Airlangga. Syahminan. 1996. Studi Pencemaran Logam Berat di Perairan Estuari Siak, Pekanbaru, Riau. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Widigdo B dan Pariwono J. 2000. Daya Dukung Perairan Di Pantai Utara Jawa Barat Untuk Budidaya Udang. Jurnal. Institut Pertanian Bogor. Bogor Lampiran 1. Analisis AAS Analisis logam berat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometrik serapan atom AAS yaitu dengan menggunakan prinsip berdasarkan hukum Lambert-Beert yaitu banyak sinar yang diserapan berbanding lurus dengan dengan kadar zat. Persamaan garis antara konsentrasi logam berat dengan absorbansi adalah persamaan liniar dengan koefisien arah positif : Y = a +bX. Dengan memasukan nilai absorbansi larutan contoh kepersamaan garis larutan standar maka kadar logam berat contoh dapat diketahui. Larutan contoh yang mengandung ion logam dilewatkan melalui nyala udara –asilten bersuhu 2000 C sehingga terjadi penguapan penguapan dan sebagian tereduksi menjadi atom. Lampu katoda yang sangat kuat mengeluarkan nergi pada panjang gelombang tertentu dan akan terserap oleh atom-atom logam berat yang sedang di analisis. Jumlah energi cahaya yang diserap atom logam berat pada panjang gelombang tertentu ini sebanding dengan jumlah zat yang diuapkan pada saat dilewatkan melewati nyala api udara asitilen. Setiap unsur logam berat membutuhkan lampu katoda yang berbeda. Keseluruhan prosedur ini sensitif dan selektif karena setiap unsur membutuhkan panjang gelombang yang sangat pasti Tinsley 1979 dalam Darmono 1995. Untuk lebih jelasnya prinsip kerja AAS dapat dilihat pada Gambar. Lampiran 2. Tabel Data Dan Kurva Logam Berat Cd, Cu, Dan Pb Pada Air Hasil Penelitian Cu µgL Pb µgL Cd µgL Hulu Blanakan 2,21 2,32 0,22 Tambak A 2,04 1,47 0,38 Tambak B 0,51 1,05 0,36 Tambak C 2,55 4,63 0,18 Tambak D 1,02 4,84 0,49 Muara Ciasem 1,87 0,63 0,51 Muara Blankan 2,89 0,42 0,27 Muara Gangga 2,89 1,26 0,27 Kurva kalibrasi logam berat Cu Kurva kalibrasi logam berat Cd Lanjutan Lampiran 2 Kurva kalibrasi logam berat Pb Lampiran 3. Hasil Analisis AAS Logam Berat Cd, Cu, dan Pb Lanjutan Lampiran 3. Lanjutan Lampiran 3. Lampiran 4. Data Logam Berat Cd, Cu, Dan Pb Pada Biota Udang dan Ikan Napitu 2011 Pada Udang Lokasi Satuan Cu Cd Pb Hulu Blanakan µgL 278,6 5 5 Tambak µgL 260 5 141 Muara Balnakan µgL 380,9 5 144,5 Laut µgL 261,8 4 112,2 Pada Ikan Lokasi Satuan Cu Cd Pb Hulu Blanakan µgL 18 5 121,4 Tambak µgL 51,6 5 5 Muara Balnakan µgL 40,1 5 196,3 Laut µgL 35,2 5 105,3 Lampiran 5. Sifat Kimia Dan Fisika Substrat Dasar Perairan Mangrove, Empang Parit, Dan Tambak Biasa. Lampiran 6. Data Logam Berat Perairan Subang Widigdo Pariwono 2000 Parameter Satuan Muara1 Laut plume Muara2 Plume Sungai Kadmium Cd µgL 7 3 36 11 18 Khromium Cr µgL 5 1 13 1 1 Timah Hitam Pb µgL 27 27 80 57 57 Seng Zn µgL 11 8 11 17 17 Tembaga Cu µgL 412 294 294 353 235 Lampiran 7. Nilai Pengamatan Kualitas air dan Baku Mutu yang Tersedia di Lokasi di KabupatenKota di Pantai Utara Jawa Barat Puradimaja 2007 Lampiran 8. Kandungan Logam Berat , Diterjen, Minyak Dan Lemak Dalam Perairan Tambak Di BKPH Ciasem Pamanukan Gunawan Anwar 2008. Parameter Satuan Terukur Timah Hitam Pb µgL 562 Perak Ag µgL 1 Kadmium Cd µgL 4 Merkuri Hg µgL 0,8 Sianida Cn µgL 1 Diterjen MBAS µgL 1660 Minyak Lemak µgL 1000 Lampiran 9. Alat dan Bahan Alat Tulis Termometer o C Refraktometer Lakmus Indikator Alat Transportasi GPS Erlenmeyer Botol BOD AAS TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT DI KAWASAN PETAMBAKAN SYLVOFISHERY PERAIRAN BLANAKAN, SUBANG, JAWA BARAT JHON ANTONY RIANDI PURBA SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRACT JHON ANTONY RIANDI PURBA. The Level Pollution of Heavy Metals in the Region Sylvofishery Embankment Waters Blanakan, Subang, West Java. Under direction of KADARWAN SOEWARDI and SIGID HARIYADI The results of this research show that the concentration of heavy metals from samples Blanakan waters is heavy metals cadmium Cd with a concentration range from 0,18 to 0,48 gL, copper Cu concentrations ranged from 0,51-2,89 gL, and lead Pb concentration range from 0,42-4,84 gl. Highest concentrations of metals Cd are present in the area Estuary Ciasem, highest concentrations metals Cu are present in the region of the mouth of the Gangga, and highest concentrations metals Pb are present in the area embankment D. Based on the results of this research known that the concentration of heavy metals in Blanakan still lower if compared to the value of quality raw KepMen LH No. 51 in 2004. The value of the concentration of heavy metals Cd, Cu, Pb and research results is still lower if compared to the results of research done before in the same areas on water samples 2000. Research on heavy metals, Cu, Cd and Pb was done on the biota of fish and shrimp in the area and the same time as compared to the concentrations of heavy metals in these research results, also still lower, where the metal concentration in water samples of water 100 times lower than concentrations in biota. Therefore needed to do standard water processing dikes by the manufacture tandon to reducing the concentration a heavy metal who enters into an embankment the cultivation of at the time of the uptake of water dikes. Keywords: level pollution, heavy metals, sylvofishery, embankment. ABSTRACT JHON ANTONY RIANDI PURBA. The Level Pollution of Heavy Metals in the Region Sylvofishery Embankment Waters Blanakan, Subang, West Java. Under direction of KADARWAN SOEWARDI and SIGID HARIYADI The results of this research show that the concentration of heavy metals from samples Blanakan waters is heavy metals cadmium Cd with a concentration range from 0,18 to 0,48 gL, copper Cu concentrations ranged from 0,51-2,89 gL, and lead Pb concentration range from 0,42-4,84 gl. Highest concentrations of metals Cd are present in the area Estuary Ciasem, highest concentrations metals Cu are present in the region of the mouth of the Gangga, and highest concentrations metals Pb are present in the area embankment D. Based on the results of this research known that the concentration of heavy metals in Blanakan still lower if compared to the value of quality raw KepMen LH No. 51 in 2004. The value of the concentration of heavy metals Cd, Cu, Pb and research results is still lower if compared to the results of research done before in the same areas on water samples 2000. Research on heavy metals, Cu, Cd and Pb was done on the biota of fish and shrimp in the area and the same time as compared to the concentrations of heavy metals in these research results, also still lower, where the metal concentration in water samples of water 100 times lower than concentrations in biota. Therefore needed to do standard water processing dikes by the manufacture tandon to reducing the concentration a heavy metal who enters into an embankment the cultivation of at the time of the uptake of water dikes. Keywords: level pollution, heavy metals, sylvofishery, embankment. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Tingkat Pencemaran Logam Berat Di Kawasan Petambakan Sylvofishery Perairan Blanakan, Subang, Jawa Barat adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2012 Jhon Antony Riandi Purba C24070047 RINGKASAN Jhon Antony Riandi Purba. C24070047. Tingkat Pencemaran Logam Berat Di Kawasan Petambakan Sylvofishery Perairan Blanakan, Subang, Jawa Barat. Dibawah bimbingan Kadarwan Soewardi dan Sigid Hariyadi. Perairan pesisir merupakan tempat bermuaranya bahan buangan baik yang berasal dari kegiatan di daratan industri, rumah tangga dan kegiatan pertanian maupun kegiatan di perairan transportasi dan kapal penangkapan ikan. Salah satu bahan buangan yang dapat mencemari perairan secara serius adalah logam berat. Keberadaan logam berat yang terlarut dalam laut, tambak, maupun sungai di perairan pesisir sangat tergantung dari intensitas atau aktivitas yang terjadi di sekitar perairan tersebut. Semakin tinggi aktivitas yang terjadi di sekitar perairan tersebut, baik di darat maupun areal pantainya, maka kadar logam berat akan semakin meningkat Anggraini 2007. Adanya logam berat di perairan dapat berbahaya, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap ekosistem perairan biotik maupun abiotik dan juga masyarakat sekitar. Perairan Blanakan merupakan salah satu daerah tempat padat aktivitas, seperti tempat penangkapan ikan, kilang minyak, dan pertanian, serta industri. Diantara bebarapa jenis logam berat yang ada, dalam penelitian ini difokuskan terhadap tiga jenis logam berat yang dianggap dominan di perairan Blanakan, yaitu kadmium Cd, timbal Pb, dan tembaga Cu. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan logam berat di kawasan petambakan sylvofishery Blanakan, Subang, Jawa Barat. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari parameter logam berat, yaitu Cd, Cu, Pb dan beberapa parameter fisika-kimia. Disamping itu, dilakukan di perairan antara lain suhu, DO, salinitas, dan pH. Data sekunder yang dipakai adalah data penelitian yang pernah dilakukan di daerah Blanakan, Subang, Jawa Barat dan data penunjang lainnya. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Mei-Juni 2011 di Hulu Blanakan, tambak, dan muara Gangga, Ciasem, Blanakan. Selanjutnya sampel logam berat diekstraksi di laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Departemen MSP dan analisis logam berat di Laboratorium Kimia Bersama Departemen Kimia. Hasil analisis menunjukkan bahwa logam berat Cu tertinggi terdapat pada daerah Muara Blanakan dan Muara Gangga, yaitu sebesar 2,89 µgL, yang terendah terdapat pada daerah tambak B sebesar 0,51 µgL. Sedangkan konsentrasi logam berat Pb tertinggi terdapat pada daerah tambak D sebesar 4,84 µgL dan yang terendah terdapat pada daerah Muara Blanakan sebesar 0,42 µgL. Untuk logam berat Cd tertinggi terdapat pada daerah Muara Ciasem sebesar 0,51 µgL dan yang terendah terdapat pada daerah Tambak C sebesar 0,18 µgL. Konsentrasi logam berat Cd, Pb, dan Cu secara umum masih dibawah baku mutu yang telah ditetapkan dalam KEPMEN LH No.51 Tahun 2004, dan belum bersifat membahayakan bagi lingkungan akut, namun kandungan logam berat tersebut jika terus menerus berada dalam perairan dalam waktu yang lama dikhawatirkan akan terjadi akumulasi, baik dalam sedimen maupun dalam biota perairan, dan akan dapat membahayakan kehidupan biota perairan tersebut dan juga bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Untuk itu dalam suatu peraiaran seperti perairan Blanakan tersebut, dalam pemanfaatannya untuk kegiatan budidaya perikanan perlu dilakukan tindakan preventif dengan pembuatan tandon sebelum air masuk ke tambak untuk mengurangi konsentrasi logam berat yang ada ataupun dengan penerapan penanaman mangrove di setiap tambak. Dengan demikian akan lebih menjamin kesuksesan kegiatan budidaya perikanan dan juga produk budidayanya akan lebih aman dikonsumsi.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan pesisir merupakan wilayah yang padat aktivitasnya, dimana banyak aktivitas yang dilakukan masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu contoh perairan pesisir tersebut adalah perairan Blanakan. Di daerah Blanakan ini terdapat berbagai macam aktivitas masyarakat, mulai dari penangkapan ikan, transportasi, penambangan minyak, hingga persawahan. Aspek kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menghasilkan limbah. Salah satu limbah tersebut adalah logam berat. Logam berat yang cukup dominan dan dapat mencemari perairan ini di fokuskan pada limbah Cd, Cu, dan Pb. Dimana logam berat ini dapat masuk ke perairan Blanakan baik melalui darat sungai maupun laut muara. Berdasarkan pasang surut logam berat tersebut akan masuk ke tambak sehingga dapat mencemari perairan Blanakan. Faktor lingkungan perairan seperti pH, temperatur atau suhu dan salinitas, dapat mempengaruhi toksisitas logam berat di perairan. Penurunan pH air akan menyebabkan logam berat menjadi semakin besar. Logam berat dalam air yang memiliki suhu tinggi akan membentuk senyawa kompleks yang mengendap dalam dasar perairan Rochyatun Rozak 2007. Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan estuari merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Perairan estuari seperti perairan Blanakan merupakan salah satu aspek yang patut untuk dikaji keberadaan logam beratnya, seperti di perairan pantai laut, tambak mangrove maupun sungai Sungai Blanakan. Beberapa logam berat tersebut banyak dipergunakan dalam berbagai keperluan, seperti halnya dalam industri rumah tangga, perkapalan, dan pertanian. Penggunaan logam berat tersebut dalam berbagai keperluan sehari-hari secara langsung maupun tidak langsung, sengaja ataupun tidak sengaja ternyata telah mencemari lingkungan seperti timbal Pb, kadmium Cd, dan tembaga Cu. Logam tersebut dapat diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh organisme, mengendap di sedimen perairan maupun di badan air Fardiaz 1992.

1.2 Rumusan Masalah

Hutan mangrove di Blanakan dewasa ini telah mengalami perubahan menjadi tempat pemukiman, pertanian, tempat rekreasi, tambak, dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penumpukan limbah ke Sungai Blanakan, dimana hasil penumpukan limbah hasil aktivitas manusia atau lingkungan ini dapat menyebabkan pencemaran perairan serta menurunkan daya dukung carrying capacity perairan tersebut yang selanjutnya merugikan biota yang ada di sungai dan kawasan mangrove Blanakan bahkan manusia. Pencemaran logam berat dapat dianalisis dan dikaji dari sumbernya, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Bagan alur analisis logam berat di perairan Blanakan